Status Gunung Ruang Turun, Bandara Sam Ratulangi Dibuka Kembali
Bandara Sam Ratulangi kembali dibuka. Namun, maskapai dan AirNav masih mengatur ulang jadwal penerbangan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
DOKUMENTASI KANTOR SAR MANADO
Tim SAR dan warga membersihkan jalan desa yang tertutup abu vulkanik Gunung Ruang, Senin (22/4/2024). Saat ini, status gunung api di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, itu diturunkan dari Awas menjadi Siaga.
MAKASSAR, KOMPAS — Bandara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, kembali dibuka untuk penerbangan komersial seiring turunnya status Gunung Ruang dari Awas menjadi Siaga pada Senin (22/4/2024). Namun, pihak maskapai dan AirNav masih harus mengatur ulang jadwal penerbangannya.
Sebelumnya, Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, mengalami erupsi pada Selasa (16/4/2024) malam. Saat itu, statusnya naik dari Waspada menjadi Siaga. Rabu malam, statusnya kembali ditingkatkan menjadi Awas.
Sejak erupsi pertama, Bandara Sam Ratulangi sudah ditutup. Kondisi itu menyebabkan ratusan penerbangan ditunda.
Situasi Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, yang ditutup sementara karena erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, Kamis (18/4/2024). Akibatnya, sejumlah penerbangan dari beberapa maskapai penerbangan dibatalkan.
Yanti Pramono dari Humas Bandara Sam Ratulangi mengatakan, bandara kembali dibuka pada Senin pukul 12.00 Wita. Pembukaan ini sesuai dengan Notice to Airmen (Notam) A1054/24 NOTAMC A1041/24.
Akan tetapi, Yanti menyebut, pesawat tidak bisa langsung beroperasi. Ada beberapa hal yang harus disiapkan dan diatur ulang, terutama jadwal penerbangan.
”Tentu saja tidak ujuq-ujuq pesawat langsung terbang. Kami juga meminta calon penumpang bersabar. Intinya, bandara sudah dibuka kembali,” katanya.
DOKUMENTASI BASARNAS MANADO
Kondisi Pulau Tagulandang Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, yang direkam pada Jumat (18/4/2014). Ribuan warga mengungsi mandiri akibat erupsi Gunung Ruang.
Sementara itu, di Tagulandang, Sitaro, tim SAR bersama warga mulai membersihkan jalan dari material erupsi. Sejumlah warga yang sakit juga dievakuasi ke Posko Kesdam Apengsala.
”Tim dikerahkan membantu warga membersihkan jalan dari ujung kawasan Balomara sampai Desa Rende. Sedangkan awak kapal KN Bima Sena bersama Polairud membantu menurunkan logistik bantuan dari Polda Sulut untuk dibawa ke Posko Apengsala,” kata Rio M Kereh, Kepala Jaga Harian Kantor SAR Manado.
Hingga Minggu (21/4/2024) malam, tercatat ada 3.598 pengungsi. Mereka berasal dari 15 desa di Sitaro. Pengungsi terbanyak berasal dari Desa Barangka Pehe sebanyak 613 orang, Bahoi (728), Balehumara (529), Apengsala (379), Pumpente (262), dan Desa Mohongsawang (243).
