Hujan Lebat Mengancam Kendari, Banjir Terus Mengintai
Hingga sepekan ke depan, cuaca buruk masih berpotensi terjadi di Kendari. Ancaman bencana harus diwaspdai.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·2 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Hujan sangat lebat berpotensi terus terjadi di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara, selama sepekan ke depan. Belokan angin hingga anomali cuaca di perairan turut menyumbang perubahan cuaca. Kewaspadaan harus ditingkatkan seiring ancaman bencana banjir yang rutin terjadi.
Kepala Stasiun Maritim BMKG Kendari Sugeng Widarko menuturkan, selama sepekan ke depan, potensi cuaca buruk masih berpotensi tinggi terjadi di Kendari dan sejumlah wilayah lain. Hujan lebat hingga sangat lebat berpeluang terjadi dalam satu waktu.
”Berdasar perkiraan kami, selama sepekan ke depan potensi cuaca buruk masih bisa terjadi. Oleh karena itu, kewaspadaan mesti terus ditingkatkan,” kata Sugeng, dihubungi dari Kendari, Selasa (23/4/2024).
Secara umum, tutur Sugeng, situasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, wilayah Sultra memang masih dalam musim hujan. Kondisi ini akan berlangsung hingga Juni mendatang. Selain Kendari, hujan diprediksi turun merata di daratan hingga kepulauan Sultra.
Selain itu, ada faktor regional yang membuat hujan bisa turun lebat. Pembelokan angin di atas daratan Sultra membuat penumpukan massa udara sehingga tingkat kondensasi tinggi. Pengembunan lalu terjadi dan membuat awan hujan menebal.
Tidak hanya itu, di perairan Sultra juga terjadi anomali. Suhu muka laut jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan penguapan lebih cepat dari biasanya.
”Kemarin hujan di Kendari kami catat telah masuk kategori hujan sangat lebat. Dalam satu jam bahkan mencapai 25 milimeter. Karenanya, kami segera sampaikan ke pihak terkait untuk waspada,” ujarnya.
Pada Senin (22/4/2024) sore, hujan deras melanda wilayah Kendari. Beberapa wilayah langganan banjir mulai terendam air. Saluran air penuh air yang mengalir deras dan merendam permukiman.
Riqar (27), warga Kota Lama Kendari, menuturkan, saat hujan turun, ia dan keluarganya selalu waspada. Sebab, air bisa naik dengan cepat dan merendam permukiman. Air di saluran juga mengalir deras sampai bisa menerjang rumah dan kendaraan.
”Semenjak banjir bandang Maret lalu, kami di sini semakin waswas. Air dari gunung bisa turun dengan cepat dan merendam rumah,” ucapnya.
Banjir bandang menerjang Kendari pada Rabu (6/3/2024). Hujan deras selama beberapa jam membuat air melimpas dengan deras dan membawa lumpur. Air menerjang rumah, menghanyutkan kendaraan, dan membuat warga mengungsi.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendari hingga Sabtu (9/3/2024) menyebutkan, 3.248 rumah terendam banjir. Banjir juga berdampak pada 3.233 keluarga. Sebanyak 15 keluarga lain terdampak longsor.
Sebelumnya, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Kendari Safril Kasim mengungkapkan, secara teori, banjir bandang di Kendari berasal dari limpasan air kuat dari Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa. Tempat itu adalah kawasan konservasi penting di Kendari. Selain meredam banjir, kawasan itu juga memiliki banyak sumber air bersih.
Hujan selama beberapa jam, kata Safril, membawa debit air besar dan turun dari elevasi yang curam. Akibatnya, air mengalir deras membawa sejumlah material dan menghantam permukiman. Rumah sakit penuh pasien juga terdampak.
Ke depan, tuturnya, pemerintah harus segera membuat studi komprehensif terkait persoalan di Tahura Nipa-Nipa. Hal itu dilakukan guna mengetahui skala kerusakan, titik kritis, hingga solusi dan penanganan untuk lingkungan dan masyarakat.