Operasi Pencarian Dokter yang Sampannya Terbalik di Lombok Tengah Ditutup
Operasi pencarian dokter Wisnu yang hilang di perairan Lancing, Lombok Tengah, ditutup.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Hingga saat ini, dokter Lalu Wisnu Aditya Wardana (27) yang hilang di perairan Lancing, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, sejak Rabu (17/4/2024) lalu belum ditemukan. Sesuai prosedur, Kantor SAR Mataram menutup operasi pencarian Wisnu karena telah memasuki hari ketujuh. Meski demikian, dukungan pencarian tetap diberikan hingga dua hari ke depan.
Koordinator Lapangan Kantor SAR Mataram Arif Gunawan dalam keterangan persnya di Mataram, Rabu (24/4/2024) mengatakan, operasi SAR pencarian Wisnu ditutup pada Selasa (23/4/2023). ”Hasil penyisiran kami hingga hari ketujuh masih nihil. Sesuai standar operasional prosedur, jika operasi SAR sampai hari ketujuh nihil, maka operasi SAR diusulkan untuk ditutup,” kata Arif.
Seperti diberitakan, Lalu Wisnu yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Praya, Lombok Tengah, dilaporkan hilang pada Rabu (17/4/2024) sekitar pukul 15.00 Wita.
Awalnya, ia bersama dua rekannya memancing di perairan Lancing. Kawasan perairan Lancing yang berada sekitar 18 kilometer barat Sirkuit Mandalika memang salah satu lokasi memancing di Lombok Tengah.
Berdasarkan penuturan kapten kapal atau salah satu dari dua orang yang selamat, mereka mulai memancing di perairan Lancing pada Rabu sekitar pukul 09.00 Wita. Sekitar pukul 14.00 Wita, sampan mereka terkena gelombang dan terbalik.
Kapten tersebut kemudian meminta dua rekannya, termasuk Wisnu, untuk tetap berpegangan di sampan. Sementara dia ke pinggir untuk mencari bantuan.
Saat tiba di pinggir, kapten kapal yang sudah berada di pinggir masih bisa melihat Wisnu dan satu rekannya. Namun, tak lama, Wisnu berenang dengan kotak peralatan memancing. Saat dicek kembali, hanya satu yang berada di sampan dan Wisnu hilang.
Sejak hari itu, operasi SAR dimulai hingga dinyatakan ditutup pada Rabu. Operasi tersebut melibatkan sejumlah pihak, mulai dari Kantor SAR Mataram, TNI Angkatan Laut, kepolisian, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), nelayan dan masyarakat setempat, hingga keluarga.
Meski ditutup, Tim SAR tidak lantas langsung meninggalkan lokasi kejadian. ”Tidak serta-merta menutup. Kami tetap memantau hingga hari kedua dengan unsur terbatas,” kata Arif.
Dihubungi terpisah, bibi korban, Baiq Ernawati, menyatakan telah meminta agar Kantor SAR Mataram tetap ikut pencarian hingga dua hari ke depan.
”Semoga Wisnu bisa ditemukan dalam dua hari ke depan. Tetapi, jika tidak, kami akan terus lanjutkan. Apalagi dari BPBD Lombok Tengah sudah menyatakan akan terus ikut pencarian sampai Wisnu ditemukan,” kata Ernawati.
Ernawati berharap tidak hanya BPBD Lombok Tengah, pihak BPBD provinsi juga bisa ikut terus membantu pencarian. Terutama jika dalam dua hari ke depan Wisnu belum ditemukan. Bahkan, jika perlu, ada pihak terkait lain yang bisa membantu dengan helikopter mengingat jangkauan dengan drone terbatas.
Ernawati menambahkan, keluarga sangat mengapresiasi berbagai dukungan yang mereka terima selama pencarian Wisnu. ”Kami melihatnya sangat luar biasa. Cukup terharu. Mulai dari hal-hal kecil, seperti membantu doa, hingga yang datang langsung. Di luar ekspektasi karena kejadian ini menarik perhatian publik,” katanya.
Sejak kejadian, selain dari Kantor SAR Mataram, TNI dan Polri, serta keluarga dan masyarakat setempat, sejumlah pihak memang turut ambil bagian dalam pencarian Wisnu. Selain mengikuti penyisiran di darat, ada juga penyelam hingga pilot drone yang datang untuk membantu.
Kendala
Sejak operasi SAR pencarian Wisnu dimulai, selain di lokasi kejadian di Gili Gansing di perairan Lancing, Tim SAR juga menyisir berbagai area lain. Mulai dari Selong Belanak yang berada sekitar 6,8 kilometer barat Lancing hingga Gerupuk sekitar 25 kilometer timur Lancing.
Berbagai peralatan juga digunakan. Selain menurunkan Rigit Inflatable Boat (RIB), perahu karet, dan kapal nelayan, mereka juga menerjunkan penyelam. Juga drone thermal yang bisa mendeteksi suhu tubuh manusia.
Meski demikian, kawasan perairan Lancing dan sekitarnya tidak mudah ditaklukkan. Menurut Arif, kendala di lapangan adalah cuaca serta arus yang kadang cukup besar dan keras sehingga operasi kadang harus dihentikan sementara.