Bakal Calon Wali Kota Banda Aceh Bermunculan, Siapa Tokoh Paling Layak?
Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh 2024-2029 akan berlangsung sengit. Banyak tokoh menyatakan maju.
Oleh
ZULKARNAINI
·4 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, periode 2024-2029 diprediksi bakal berlangsung sengit. Sejumlah tokoh populis mulai dari eks wakil wali kota, anggota Dewan Perwakilan Rayat Daerah Aceh, dan pengusaha penuh percaya diri menyatakan akan bertarung untuk menjadi pemenang.
Mereka yang telah mendeklarasikan diri menjadi bakal calon wali kota yakni anggota Dewan Perwakilan Rayat Daerah (DPRD) Aceh, Teuku Irwan Djohan; Wakil Wali Kota Banda Aceh 2017-2022 Zainal Arifin; Manajer Tim Sepak Bola Persiraja Banda Aceh Ridha Mafdhul, dan politisi perempuan Kartini.
Di luar tokoh tersebut, partai politik juga telah mempersiapkan kader terbaiknya untuk menjadi calon wali kota. Tokoh yang tidak mendapatkan tiket dari partai akan bertarung melalui jalur perseorangan.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memunculkan beberapa nama, di antaranya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banda Aceh Farid Nyak Umar dan anggota DPR RI, Nasir Djamil.
Sementara Partai Nasdem akan mengusung Heri Julius yang kini menjabat sebagai Ketua DPD Nasdem Banda Aceh dan sekaligus anggota DPRD Banda Aceh. Sementara itu, Partai Demokrat mengusung Arief Fadhilah, anggota DPRD Aceh 2024-2029 terpilih. Adapun Golkar mengusung Sabri Badrudin, anggota DPRD Banda Aceh.
Dihubungi pada Kamis (25/4/2024), Irwan Djohan menuturkan, Pilkada 2024 menjadi kesempatan terakhir bagi dirinya untuk mencalonkan diri, baik secara usia maupun momentum situasi politik.
”Usia saya saat ini 53 tahun. Jika menunggu periode selanjutnya, secara usia tidak cocok lagi. Wali kota harus usia muda, punya jiwa kreatif,” kata Irwan.
Irwan Djohan termasuk tokoh populer di Banda Aceh. Tahun 2012, Irwan Djohan pernah menjadi calon wali kota jalur independen, tetapi dia kalah. Karier politiknya berlanjut dengan terpilih menjadi anggota DPRD Aceh dua periode, 2014-2024, melalui Partai Nasdem. Saat ini dia menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pertimbangan Nasdem Aceh.
Pada Pemilu 2024, Irwan Djohan tidak lagi mencalonkan diri sebagai legislatif karena ingin menjadi wali kota. Sebagai sarjana arsitek, Irwan merasa tepat menjadi wali kota. ”Latar belakang saya sebagai arsitektur merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam pembangunan dan tata kota,” kata Irwan.
Meski demikian, langkah Irwan untuk menjadi calon wali kota tidak mudah. Sebab, dia belum mengantongi restu dari partainya, Nasdem. Irwan masih menunggu restu partai atau membangun komunikasi dengan partai lain. ”Jika kedua opsi itu tidak ada titik temu, saya akan maju melalui jalur independen,” kata Irwan.
Pendaftaran pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh dibuka mulai 27 Agustus sampai 28 Agustus 2024. Penetapan pasangan calon pada 22 September 2024 dan pemungutan suara pada 27 November 2024.
Calon lain yang sudah menyatakan maju dalam Pilkada Banda Aceh adalah Zainal Arifin, Wakil Wali Kota Banda Aceh periode 2017-2022. Zainal yang kini tidak memiliki partai akan menggunakan jalur perseorangan. Bahkan, Zainal sudah mulai mengumpulkan salinan kartu tanda penduduk sebagai syarat mendaftar bakal calon.
Sementara itu, partai politik juga tidak tinggal diam. PKS sebagai pemenang dalam Pemilu 2024 di Banda Aceh telah mempersiapkan beberapa nama sebagai calon. Salah satunya adalah Farid Nyak Umar, Ketua DPD PKS Banda Aceh dan Ketua DPRD Banda Aceh 2019-2024. Dalam Pemilu 2024, Farid kembali terpilih sebagai anggota Dewan 2024-2029.
Ketua Tim Penjaringan Calon Wali Kota dari PKS Zulfikar Abdullah menuturkan, ada delapan nama bakal calon wali kota Banda Aceh. Namun, Farid figur paling populer karena menjabat ketua DPD partai dan ketua DPRD.
”Nama-nama calon usulan kader dan pengurus PKS, dan tim akan terus bekerja sehingga nanti akan direkomendasikan sejumlah nama yang akan disampaikan ke tingkat wilayah,” kata Zulfikar.
Hasil Pemilu 2024 di Banda Aceh, PKS keluar sebagai peraih suara terbanyak. Hasil pemilu menjadi modal besar bagi PKS untuk merebut kursi wali kota.
Modal
Dosen Politik dari Universitas Abulyatama Aceh Besar, Usman Lamreueng, menyoroti pentingnya modal politik bagi para calon. Selain popularitas, calon perlu memiliki modal budaya, modal sosial, dan yang tak kalah pentingnya adalah modal ekonomi.
Proses lobi-lobi dalam penentuan calon bakal sengit lantaran ada empat partai yang perolehan kursi di DPRD memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi penuh dan bisa mengusung pasangan calon tanpa harus koalisi. Sebanyak empat partai yang memiliki fraksi penuh, yakni PKS, Nasdem, PAN, dan Demokrat. Namun, kecil kemungkinan partai-partai itu akan mengusung paket tanpa koalisi.
Lamreueng menekankan, calon perlu memiliki gagasan dan visi yang jelas untuk pembangunan Banda Aceh ke depan. Kota ini membutuhkan figur wali kota yang teknokrat, mampu membangun kota islami dan modern.
Harapan kita adalah penjaringan calon yang selektif dengan mempertimbangkan gagasan, kompetensi, dan visi pembangunan. Kita tidak ingin melihat calon tanpa gagasan yang jelas dan hanya bergantung pada popularitas belaka.
Dalam konteks pengusungan calon, Lamreueng menyoroti peran partai politik yang dominan seperti PAN, PKS, Demokrat, dan Nasdem. Meskipun keempat partai tersebut dapat mengusulkan calon wali kota, dukungan dari partai lainnya juga penting dalam pembentukan koalisi.
”Harapan kita adalah penjaringan calon yang selektif dengan mempertimbangkan gagasan, kompetensi, dan visi pembangunan. Kita tidak ingin melihat calon tanpa gagasan yang jelas dan hanya bergantung pada popularitas belaka,” kata Usman.