Omikoshi, Simbol Persahabatan Jepang untuk Universitas Brawijaya
Persahabatan bisa disimbolkan dengan berbagai hal. Sebab, terpenting adalah maknanya, bukan sekadar bentuk fisiknya.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Rabu (24/4/2024), sejumlah mahasiswa Universitas Brawijaya di Malang, dengan riang menghias ”omikoshi”. Tak lama, mereka pun bergantian mencoba mengangkat omikoshi secara bersama-sama. Apa sebenarnya omikoshi itu?
Omikoshi adalah ikon wajib festival rakyat Jepang berupa miniatur kuil sebagai simbol kendaraan terbaik dari para Dewa Shinto. Omikoshi ditandu dan diarak mengelilingi perkampungan atau dari satu kuil ke kuil yang lain.
”Ada rasa bangga saat diajari secara langsung cara merakit omikoshi oleh native Jepang. Apalagi, tidak semua mahasiswa mendapat kesempatan untuk mempraktikkan langsung bersama ahlinya,” kata Ferdyan Rizal Mahlafi (22), mahasiswa program studi Sastra Jepang Universitas Brawijaya.
Menurut Ferdyan, ia merasa senang bisa mengenal budaya Jepang secara langsung dari orang Jepang yang hadir dalam acara tersebut. Tidak ada rasa canggung di antara mereka karena semua berbahasa Indonesia. ”Mereka sangat ramah dan sangat membantu. Benar-benar suasana persahabatannya sangat terasa,” katanya.
Hari itu memang sedang ada acara kuliah tamu bagi mahasiswa Program Studi Sastra Jepang dan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya. Kuliah tamu itu mengenai sejarah, nilai, dan makna omikoshi dalam rangka mempersiapkan mahasiswa untuk menerima hibah omikoshi dari Mikoshiren Jakarta.
Hadir dalam acara tersebut Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi UB Andi Kurniawan, Dekan FIB UB Hamamah, Konsul Muda Jepang Nakagome Kota, perwakilan dari komunitas Mikoshiren Jakarta Toshio Amagasa, dan sejumlah pejabat di UB.
Dalam kegiatan itu, juga dilakukan penyerahan omikoshi kepada Universitas Brawijaya (UB) oleh Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya.
Pernik budaya Jepang ini menjadi simbol persahabatan, perdamaian, dan kerja sama. Saat mengangkat omikoshi, orang akan meneriakkan yel-yel washoi, washoi! yang artinya lebih kurang membawa damai dan harmoni.
Tujuan perayaan/festival ini disebutkan guna menghilangkan kesialan dan hal buruk, serta mendoakan hasil panen melimpah, dan memperhatikan keinginan masyarakat.
Sambutan Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi dalam penyerahan omikoshi ke Universitas Brawijaya, Rabu (24/4/2024).
Acara berlangsung di ruang pertemuan perpustakaan UB dan disaksikan oleh mahasiswa Program Studi Sastra Jepang dan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UB.
”UB merupakan salah satu universitas ternama di Indonesia. UB juga terkenal dengan prestasinya serta pengajarnya yang berkualitas tinggi. UB juga memiliki program studi unggulan yang berhubungan dengan kebudayaan Jepang, yaitu program studi Sastra Jepang dan program studi Pendidikan Bahasa Jepang. Kualitas program studi ini juga terlihat dari adanya dosen native Jepang di sini. Untuk itu, saya merasa UB adalah lembaga yang tepat sebagai penerima omikoshi yang merupakan simbol persahabatan antara Indonesia dan Jepang,” kata Konjen Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi.
Takeyama menjelaskan nilai dan makna omikoshi dalam budaya Jepang. ”Pada pergantian musim, khususnya musim gugur, masyarakat Jepang akan menggelar matsuri (perayaan) sebagai rasa syukur atas panen yang baik.
Juga sebagai permohonan agar tidak ada bencana di masa mendatang. ”Omikoshi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya kami. Di Jepang, omikoshi telah diwariskan dari generasi ke generasi,” katanya.
Takeyama menyampaikan, dengan pemberian omikoshi kepada UB, ia berharap hubungan antara Jepang dan UB semakin erat. ”Saya berharap omikoshi ini akan menjadi lambang persahabatan antara Jepang dan Indonesia, khususnya UB,” katanya.
Adapun perwakilan dari Mikoshiren Jakarta, Toshio Amagasa, berpesan agar omikoshi yang diserahkan dirawat dengan baik. ”Para mahasiswa, tolong sayangi omikoshi ini. Pada omikoshi ini tidak hanya bentuk fisiknya, tetapi ada budaya Jepang-nya. Ada banyak universitas di Indonesia, tetapi hanya UB yang menerima omikoshi ini,” katanya.
Amagasa menambahkan, jika tahun depan UB menggelar festival terkait budaya Jepang, ia berharap bisa diundang. ”Saya pasti langsung datang ke sini,” katanya disambut dengan tepuk tangan meriah para mahasiswa.
Saya berharap omikoshi ini akan menjadi lambang persahabatan antara Jepang dan Indonesia, khususnya UB.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi Andi Kurniawan menyambut baik penyerahan omikoshi tersebut. ”Hari ini yang diserahkan kepada UB tidak hanya (bentuk) fisik, tetapi nilai persahabatan. Hari ini yang dipercayakan kepada kita bukan sekadar omikoshi yang akan ditandu bersama-sama dalam perayaan matsuri, tetapi sebuah kepercayaan peleburan budaya,” katanya.
Oleh karena itu, mewakili sivitas akademika UB, Andi berterima kasih atas kepercayaan dari masyarakat Jepang tersebut. ”Atas nama semua elemen yang ada di UB, UB menerima dengan bahagia, dengan rasa terima kasih terdalam, dengan tangan terbuka lebar, dan memandang ini sebagai mata rantai persatuan budaya,” katanya.
Begitulah, jalinan persahabatan UB dan masyarakat Jepang terjalin dan mewujud dalam bentuk omikoshi. Washoi, washoi…!