Belanda Buka Potensi Kerja Sama untuk Proyek IKN
Dirjen Perekonomian Luar Negeri Belanda Michiel Sweers berkunjung ke IKN untuk pertama kalinya guna jajaki kerja sama.
Direktur Jenderal Perekonomian Luar Negeri Belanda Michiel Sweers berkunjung ke Ibu Kota Nusantara atau IKN untuk pertama kalinya pada Jumat (26/4/2024). Itu merupakan kunjungan lanjutan setelah dua hari sebelumnya Michiel bertemu perwakilan Pemerintah Indonesia di Jakarta.
Ia berdiskusi dengan sejumlah pejabat Indonesia mengenai hubungan bilateral dan menjajaki peluang kerja sama dalam pengembangan IKN. Beberapa hal yang dibahas di antaranya melingkupi investasi dan inovasi, pembangunan berkelanjutan, dan prioritas kerja sama ekonomi kedua negara dalam menghadapi tantangan global.
Michiel berkunjung ke IKN untuk melihat langsung bagaimana pembangunan IKN berjalan dan melihat peluang investasi di IKN. Ia juga bertemu dengan organisasi masyarakat sipil untuk mendapat informasi dan pemahaman lain mengenai IKN.
Baca juga: Peserta Upacara 17 Agustus 2024 di IKN Tak Akan Sebanyak Tahun Lalu
Secara umum, Belanda adalah investor asing terbesar kedelapan di Indonesia pada tahun 2023. Nilai investasinya mencapai 1,3 miliar dollar AS. Belanda juga merupakan sumber investasi asing langsung terbesar bagi Indonesia di Eropa.
Kunjungan Michiel ini untuk melihat peluang ekonomi dan potensi investasi di IKN dan tantangan apa saja yang dihadapi. Itu akan dijadikan pijakan untuk membuka jalan kerja sama Belanda dan Indonesia di IKN.
Setelah berkunjung ke IKN, Kompas mewawancarai Michiel Sweers di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Sabtu (27/4/2024), sebelum ia kembali ke Jakarta. Berikut petikan wawancaranya.
Apa kesan awal Anda mengenai lokasi IKN yang berada di Pulau Kalimantan?
Proyek IKN ini adalah proyek yang ambisius, bukan hanya proyek besar bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia. Sangat mengesankan melihat apa yang coba dibangun Pemerintah Indonesia dan mempercepat apa yang sedang dibangun.
Apalagi, jika pembangunan IKN berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan dan daerah di sekitarnya seperti yang diperkirakan Pemerintah Indonesia. Namun, tentu saja, sejauh pengetahuan saya, ini juga merupakan proyek dengan banyak tantangan.
Selain infrastruktur dan bangunan, di sekitar IKN juga ada masyarakat yang sudah tinggal lebih dulu. Pembangunan seperti apa yang menurut Anda penting dipertimbangkan dalam IKN?
Menurut saya, secara garis besar ada dua tantangan utama. Pertama, keanekaragaman hayati dan alam. Membangun kota seperti IKN di kawasan sensitif dan memiliki banyak keanekaragaman hayati adalah sebuah tantangan.
Di sisi lain, pembangunan IKN butuh banyak orang. Mendatangkan banyak orang ke IKN perlu dilakukan secara inklusif karena sudah ada masyarakat yang tinggal di sini.
Saya sudah berbincang-bincang dengan beberapa organisasi non-pemerintah di sekitar IKN. Mereka bercerita tentang proyek IKN secara terbuka, termasuk berbagi mengenai tantangan yang mereka hadapi.
Menurut saya, penting untuk melibatkan kelompok-kelompok seperti ini dalam pembangunan IKN. Misalnya, melakukan dialog terbuka dengan masyarakat, jujur tentang semua dilema yang dihadapi, dan bagaimana Pemerintah Indonesia menyelesaikannya. Saya rasa hal ini akan sangat membantu proyek ini lebih baik dan lebih inklusif.
Tentu saja ini adalah sesuatu yang kami coba lakukan di Belanda juga saat ada proyek infrastruktur besar. Memang tak selalu mudah, tetapi itu bisa menjadi ruang saling berbagi pengalaman dan belajar.
Baca juga: IKN Segera Dibuka untuk Investor Asing
Bagaimana Belanda dapat berkontribusi terhadap visi IKN menjadi kota ramah lingkungan?
Ada banyak cara. Ini kali pertama saya berkunjung ke IKN. Tentu saja, kami akan membagi informasi dan pengalaman kunjungan ini ke perusahaan dan peneliti di Belanda.
Belanda punya banyak pengetahuan dan pengalaman spesifik dalam pengelolaan kota berkelanjutan. Beberapa di antaranya solusi berbasis alam, pengelolaan air, pencegahan banjir kota, serta penanganan dan pengembangan daerah pesisir. Selain itu, Belanda juga punya ahli dalam pembangunan keberlanjutan hingga keanekaragaman hayati.
Ada banyak ahli dan perusahaan Belanda yang bisa berkontribusi.
Apa yang bisa dilakukan Belanda dan Indonesia untuk membangun IKN yang berketahanan iklim?
Ya, itu sebuah tantangan besar untuk proyek sebesar IKN. Membangun kota seperti ini bisa menjadi tantangan besar negara mana pun di dunia. Kita harus mencari solusi untuk mengatasi ini.
Misalnya, saya mendapat informasi bahwa Pemerintah Indonesia berencana hanya menggunakan kendaraan listrik di IKN. Saya pikir itu ambisi baik, tapi juga menantang. Butuh infrastruktur untuk mengisi daya semua kendaraan listrik itu.
Penggunaan kendaraan listrik mudah ditemui di Belanda. Kami pun sudah membangun infrastruktur kendaraan listrik ini. Mungkin di situlah kita bisa bertukar pengetahuan.
Menurut Anda, dari kunjungan ke IKN ini, bentuk pertukaran pengetahuan seperti apa yang mungkin dilakukan antara Indonesia dan Belanda?
Belanda punya banyak lembaga penelitian, baik di kampus maupun lembaga penelitian terapan unggul. Sebagai contoh, saat ini Deltares—lembaga penelitian yang fokus dalam pengelolaan air berteknologi delta—sedang mengerjakan proyek di sini, dibiayai oleh Asian Development Bank (ADB). Mereka menelaah area pesisir dan menyusun solusi berbasis alam, seperti bagaimana mengelola hutan bakau.
Contoh lain, telah dilaksanakan nota kesepahaman (MoU) antara Otorita IKN dan tiga universitas di Belanda, yakni Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University Rotterdam.
MoU itu untuk penelitian mengenai pembangunan keberlanjutan dan kota pintar. Kami mendukung universitas dan lembaga penelitian Belanda melaksanakan kegiatan sejenis dan bekerja sama dengan Indonesia.
Baca juga: Otorita IKN Akui Masih Ada 2.086 Hektar Lahan di IKN yang Bermasalah
Bagaimana Belanda melihat proyek IKN yang ingin menjadi model pembangunan kota berkelanjutan dan inovatif?
Dunia melihat pembangunan IKN. Sebab, ini proyek penting, proyek ambisius di wilayah sensitif, dan mungkin memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Bahkan, parlemen Belanda membahas proses ini dengan cermat. Mereka bertanya kepada kami dan saya akan menjelaskan apa yang terjadi di IKN.
Saya pikir ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Pertama-tama, lakukan apa yang sudah direncanakan dan dikatakan kepada publik. IKN dimaksudkan untuk menjadi kota hutan, wujudkanlah.
Pertimbangkan juga dampaknya, tak hanya untuk IKN, tetapi juga wilayah di sekitarnya. Jika banyak orang yang datang untuk pindah ke sini, dampaknya tidak hanya pada kota itu sendiri, tapi juga kota terdekatnya, pinggiran kota, dan infrastruktur pendukungnya.
Wujudkan ambisi Anda, jadikan proyek ini ramah lingkungan, dan lakukan secara transparan dan terbuka. Jadi, menurut saya penting juga Indonesia berbagi pengalaman dalam proyek ini: bagaimana tingkat keberhasilannya, apa yang gagal, dilema apa yang dihadapi, bagaimana Indonesia menemukan solusi atas permasalahan yang ada, dan berbagi pengetahuan dengan seluruh dunia. Jika Indonesia merealisasikan semua indikator yang telah dibuat dalam membangun IKN, saya kira itu bisa menjadi contoh bagi dunia.
Bagaimana kunjungan ini dapat membuka jalan kemitraan jangka panjang antara Belanda dan Indonesia dalam membangun IKN?
Kami adalah mitra dekat Indonesia dan sudah berjalan selama beberapa dekade. Selain kunjungan ke IKN, saya juga berkunjung ke Jakarta pada Rabu (24/4/2024) dan Kamis (25/4/2024).
Sebagai teman baik, saya rasa perlu ada kunjungan rutin. Kami pun melihat banyak delegasi Indonesia datang ke Belanda untuk bertukar pengalaman untuk menjalin hubungan baik.
Pada Kamis, 25 April 2024, saya bertemu Kementerian Luar Negeri Indonesia dan kementerian lain di Jakarta. Pertemuan itu membahas rencana aksi yang telah kita buat bersama. Kita bekerja sama di banyak bidang, semisal di bidang kesehatan, infrastruktur dan transportasi, pembangunan ekonomi, politik, dan kami diskusikan itu dengan tatap muka dan teratur.
Kami juga menyertakan IKN dalam perbincangan itu. Sebab, IKN merupakan proyek penting dan ambisius bagi Indonesia.
Ada hal lain yang ingin Anda katakan?
Saya berkeliling di Indonesia selama tiga hari. Saya sangat mengapresiasi bagaimana kami diterima di sini oleh Pemerintah Indonesia, baik di IKN maupun dua hari di Jakarta. Saya nyaman dengan dialog terbuka yang sudah dilakukan. Saya senang berada di sini dan ingin kembali lagi.