Keindahan Nirwana di Utara Jepara yang Tergerus Tambak Udang
Aktivitas tambak udang dinilai menggerus keindahan Kepulauan Karimunjawa sebagai destinasi wisata.
Kepulauan Karimunjawa di bagian utara Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, termasyhur dengan keindahan alam berupa pasir putih, laut biru, dan pepohonan hijau yang rimbun. Namun, keindahan bak nirwana yang menarik wisatawan dari berbagai belahan dunia itu tergerus oleh aktivitas tambak udang.
Michaela, wisatawan asal Jerman, tak bisa berkata-kata ketika kembali menginjakkan kaki di Kepulauan Karimunjawa pada tahun 2022. Bukan kagum dengan keindahan alam seperti yang sebelumnya pernah ia saksikan pada tahun 2017, perempuan itu terperangah menyaksikan ratusan kolam tambak udang menghampar.
”Dalam perjalanan dari Pelabuhan Karimunjawa ke sini, saya melihat kolam-kolam yang aneh. Ketika saya tanya, ternyata itu adalah tambak udang. Waktu itu banyak sekali, padahal saat sebelumnya ke sini, saya tidak melihatnya,” kata Michaela saat ditemui di Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, Kamis (18/4/2024).
Saat berkunjung pada tahun 2022, Michaela juga menyusuri hutan mangrove di Karimunjawa. Di sejumlah lokasi di hutan itu, ia mengaku melihat air berwarna kuning dan hijau. Bau menyengat menyerupai bau cairan kimia tercium dari lokasi tersebut.
”Saya juga sempat bertemu dengan nelayan yang mengeluh kesulitan mendapatkan ikan hingga melihat orang yang merasa gatal-gatal setelah beraktivitas di perairan. Rasanya sedih sekali. Dan, ini taman nasional. Saya tidak bisa mengerti mengapa bisa hal seperti ini terjadi di taman nasional,” ucapnya sambil menghela napas.
Pada pertengahan April 2024, Michaela kembali ke Karimunjawa. Pada kedatangannya yang ketiga itu, ia berharap masalah pencemaran limbah tambak udang sudah teratasi. Namun, dia kembali kecewa karena kondisi Karimunjawa belum berubah banyak.
Saat turun dari kapal dan berjalan keluar pelabuhan, Michaela mengaku diminta membayar tiket masuk sekitar Rp 150.000. Kepada petugas, ia sempat bertanya uang itu untuk apa. Menurut Michaela, ia tak masalah diminta membayar. Namun, dia keberatan jika uang yang dibayarkan para wisatawan itu tidak digunakan untuk menjaga kelestarian lingkungan Karimunjawa.
Baca juga: Beragam Masalah akibat Limbah Tambak Udang di Karimunjawa
Berdasarkan informasi dari masyarakat, Michaela akhirnya tahu bahwa tambak udang di Karimunjawa ternyata ilegal. Kondisi itu semakin membuat dahinya berkerut. Ia heran, bagaimana bisa aktivitas yang tergolong ilegal itu menjamur.
Michaela pun berharap agar pemerintah segera menutup tambak-tambak tersebut demi kenyamanan wisatawan. ”Saya ke sini mau berwisata, mau berenang, melihat ikan, dan melihat alam. Saya tidak mau melihat tambak-tambak seperti itu. Itu bukan hiburan,” ujarnya.
Awan (33), wisatawan asal Kota Semarang, Jateng, juga mengeluhkan keberadaan tambak udang di Karimunjawa. Salah satu yang disorotinya adalah pencemaran laut akibat limbah tambak. Mulanya, Awan hanya mengetahui hal itu dari media sosial. Namun, saat datang ke Karimunjawa pada 2023 dan 2024, dia melihat sendiri pencemaran itu.
”Pencemaran limbah itu membuat wisatawan gatal-gatal. Oleh karena itu, saya jadi lebih berhati-hati saat mau beraktivitas di perairan Karimunjawa. Padahal, dulu kalau mau main air di pantai tinggal mencebur di mana saja karena airnya sangat bersih,” tutur Awan.
Baca juga: Kisah Pro-Kontra Tambak Udang di Karimunjawa
Sebelumnya, Awan selalu merekomendasikan ke teman-teman dan kenalannya yang ingin berwisata laut, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk datang ke Karimunjawa. Namun, setelah melihat kondisi Karimunjawa sekarang, dia mengaku harus berpikir berulang kali sebelum memberi rekomendasi.
”Sekarang jadi malu kalau mau merekomendasikan ke teman atau kenalan untuk berwisata ke Karimunjawa. Saya takut mereka mendapatkan kesan yang buruk saat berwisata di sana dan hal itu diceritakan ke lebih banyak orang,” ungkap Awan.
Wisata bawah laut
Para pelaku pariwisata juga mengaku prihatin dengan kondisi Karimunjawa saat ini. Apalagi, aktivitas tambak udang disebut turut berdampak pada spot wisata bawah laut di Karimunjawa. H (48), instruktur selam di Karimunjawa, mengatakan, pemasangan pipa untuk saluran air masuk ke tambak udang menimbulkan kerusakan pada terumbu karang.
”Di beberapa titik, karang-karang itu rusak atau hancur karena pemasangan pipa untuk aktivitas tambak. Pipa-pipa itu dikaitkan dengan tali yang dipancang ke karang,” kata H yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai instruktur selam di Karimunjawa.
H menambahkan, di beberapa titik terdapat terumbu karang yang diselimuti endapan lumpur yang berasal dari aktivitas di daratan. Menurut dia, endapan lumpur memang sudah ada sejak dulu. Namun, setelah maraknya tambak udang, endapan lumpur itu menjadi lebih banyak dan lebih tebal.
Baca juga: Dilema Tambak Udang Vaname di Antara Pesona Karimunjawa
Pelaku usaha penginapan di Karimunjawa juga mengeluhkan dampak negatif dari aktivitas tambak udang. Bebe (41), pengelola usaha penginapan yang berjarak sekitar 15 meter dari sebuah tambak udang di Desa Karimunjawa, mengaku sering mendapatkan keluhan dari tamunya.
”Kalau malam, suara generator dari tambak udang ini amat mengganggu tamu yang ingin istirahat. Kadang masih ditambah dengan suara musik yang disetel kencang oleh para pekerja tambak,” kata Bebe.
Pada saat-saat tertentu, Bebe kerap mencium bau tidak sedap dari tambak udang. Tak jarang, busa-busa dari tambak yang tertiup angin juga bertebaran di lingkungan penginapannya sehingga mengganggu kenyamanan tamu.
Dampak lain yang dirasakan Bebe adalah tercemarnya sumur yang merupakan satu-satunya sumber air untuk penginapannya. Beberapa waktu lalu, setelah mandi menggunakan air sumur itu, kulit Bebe gatal-gatal. Ia pun harus menggunakan salep untuk meredakan gatal-gatal itu.
Baca juga: Karimunjawa di Ujung Tanduk
Bebe menambahkan, tanaman-tanaman di halaman penginapannya yang disiram dengan air sumur itu juga mati. Mulanya, tanaman itu mengering di bagian ujung. Namun, perlahan-lahan, tanaman itu mengering hingga ke bagian pangkal hingga kemudian mati.
Bebe menyebut, sejumlah bagian penginapannya juga mengalami korosi. ”Kebetulan, struktur bangunan di penginapan saya menggunakan bahan metal. Di beberapa bagian, saya menemukan adanya korosi,” tutur Bebe.
Suroto (43), salah seorang petambak udang di Karimunjawa, mengaku keberatan jika usahanya disebut mencemari lingkungan. Dia menyebut, limbah dari tambak udang miliknya sudah diolah sebelum dibuang ke laut. Pengolahan dilakukan dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibuatnya secara sederhana dengan petunjuk dari internet.
”Saya yakin, limbah yang telah diolah dari tambak saya itu ramah lingkungan. Di kolam IPAL itu, saya memelihara ikan bulan dan ikan mujair. Ikan itu tergolong sebagai bioindikator, kalau ikan bisa hidup, artinya air itu baik,” ucap Suroto.
Sekarang jadi malu kalau mau merekomendasikan ke teman atau kenalan untuk berwisata ke Karimunjawa.
Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa Widyastuti mengatakan, IPAL yang digunakan sejumlah tambak udang di Karimunjawa tidak terstandardisasi. Selain itu, berdasarkan pemeriksaan petugas, sejumlah pengelola tambak udang membuang limbah sisa produksi berupa sisa pakan dan kotoran udang secara langsung ke laut, tanpa diolah di IPAL.
”Mereka bilang punya IPAL, tetapi IPAL-nya itu tidak terstandardisasi. Setelah kami koordinasi dengan dinas lingkungan hidup, standarnya tidak seperti itu. Bahkan, ada yang malah langsung dibuang (ke laut),” kata Widyastuti saat ditemui, Senin (22/4/2024).
Penertiban
Pada Oktober-November 2023, petugas dari sejumlah instansi pemerintah menggelar operasi penertiban tambak udang di Karimunjawa. Beberapa waktu kemudian, empat petambak ditetapkan menjadi tersangka terkait pencemaran limbah tambak udang di Taman Nasional Karimunjawa.
Upaya pemerintah itu disambut baik para pelaku pariwisata di Karimunjawa. Ketua Paguyuban Homestay Karimunjawa Sumarto Rofiun berharap agar peristiwa itu bisa menjadi momentum mengakhiri perusakan lingkungan akibat tambak udang.
”Sebagai pelaku usaha wisata, yang kami jual di Karimunjawa ini, kan, alam. Kalau alamnya saja dirusak atau disalahgunakan seperti ini, ya bagaimana? Harusnya ini tidak dibiarkan,” kata Rofiun.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara Moh Eko Udyyono mengatakan, Karimunjawa telah ditetapkan sebagai zona wisata, bukan untuk tambak udang. Hal itu tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 4 Tahun 2023 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2023-2043.
Karimunjawa juga menjadi salah satu destinasi wisata andalan Jateng. Bahkan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional 2010-2025, Karimunjawa ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Oleh karena itu, kelestarian lingkungan Karimunjawa mesti dijaga. Keindahan alam itulah yang menarik wisatawan dari berbagai negara untuk datang.