Banjir Berpotensi Terjadi Lagi di Kalbar Awal Mei akibat Cuaca Ekstrem
Banjir berpotensi terjadi lagi di Kalimantan Barat pada awal Mei. Sebab, pada 1-3 Mei diprakirakan cuaca ekstrem.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir berpotensi terjadi lagi di Kalimantan Barat pada awal Mei 2024. Sebab, pada periode 1-3 Mei diprakirakan terjadi cuaca ekstrem. Bahkan, di Kota Pontianak, hujan lebat diprakirakan berbarengan dengan periode pasang maksimum air laut. Oleh sebab itu, masyarakat diminta mewaspadai dampaknya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, Noven, Rabu (1/5/2024), menjelaskan, terdapat potensi peningkatan intensitas hujan pada 1-3 Mei. Potensi hujan cukup tinggi dan merata di seluruh wilayah Kalbar khususnya pada 2-3 Mei.
Pada 1 Mei ada peningkatan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dibandingkan akhir April. Peningkatan potensi hujan tersebut masih banyak terfokus di Kalbar bagian timur, antara lain Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi, dan Kabupaten Sekadau. Kemudian, di Kalbar bagian utara, yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Landak, dan sebagian Kota Singkawang.
Sementara pada 2 Mei, potensi hujan sedang hingga lebat merata di Kalbar. BMKG juga telah mengeluarkan peringatan dini karena ada potensi dampak yang ditimbulkan dari hujan lebat, misalnya genangan, banjir, dan tanah longsor.
”Berdasarkan prakiraan berbasis dampak pada 2 Mei tersebut, dampak cuaca cukup tinggi. Jadi, di seluruh kabupaten ada wilayah yang kategori waspada akibat curah hujan lebat itu,” kata Noven.
Selain hujan, yang perlu diwaspadai pula adalah periode pasang maksimum air laut. Periode pasang maksimum pada 1-3 Mei di Kota Pontianak berbarengan dengan potensi hujan lebat. Dampaknya berpotensi lebih besar karena pasang dan hujan terjadi berbarengan.
Terkait hal itu, Ketua Satgas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar Daniel, Rabu pagi, menuturkan, BPBD Provinsi Kalbar hingga kabupaten/kota telah siap baik secara personel maupun peralatan untuk mengantisipasi potensi bencana. Masyarakat juga telah diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengantisipasi terjadinya banjir di lingkungannya.
Bentuk antisipasi tersebut, antara lain, mengenali potensi bencana di daerahnya. Kemudian, mempersiapkan titik kumpul yang aman saat terjadi bencana. Selain itu, juga memiliki nomor kontak pemerintah desa atau kecamatan yang dapat dihubungi apabila terjadi bencana.
”Di Kalbar terdapat 472 desa/kelurahan rawan banjir,” tutur Daniel.
BPBD Kalbar juga telah mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan status siaga darurat bencana. Hal itu penting agar akses penanganan bencana bisa lebih optimal dilakukan nantinya.
Banjir sudah terjadi beberapa kali di Kalbar sejak Januari. Bahkan, banjir menjadi bencana yang paling banyak terjadi di Kalbar selama Januari-Maret, yakni 16 kejadian di 10 kabupaten. Sebanyak 29.230 keluarga atau 102.671 jiwa dan 24.765 rumah terdampak banjir dalam periode tersebut.
Pada April, banjir juga terjadi di Dusun Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, pada 17 April. Sebanyak 674 keluarga dan 2.483 jiwa serta 674 rumah terdampak banjir. Banjir juga menerjang dua desa di Kecamatan Belimbing Hulu, Kabupaten Melawi, pada 21 April. Sebanyak 103 keluarga atau 412 jiwa serta 103 rumah terdampak.
Banjir menjadi bencana yang paling banyak terjadi di Kalbar selama Januari-Maret, yakni 16 kejadian di 10 kabupaten. Sebanyak 29.230 keluarga atau 102.671 jiwa dan 24.765 rumah terdampak banjir dalam periode tersebut.
Longsor juga terjadi pada 11 April sehingga menutupi akses dari Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, menuju perbatasan Indonesia-Malaysia. Lokasi tersebut tepatnya di Desa Lanjak Deras, Kecamatan Batang Lupar, akibat hujan lebat.
Genangan juga masih mengancam Kota Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, saat hujan lebat. Pada Rabu (27/3/2024), sejumlah ruas jalan hingga permukiman digenangi air 10-45 cm usai diguyur hujan lebat. Catatan Kompas, kejadian serupa setidaknya terjadi sejak tahun 1999. Hujan deras yang melanda Pontianak selama Sabtu (2/1/1999) malam hingga Minggu (3/1/1999) pagi kala itu mengakibatkan Sungai Landak dan Kapuas meluap.
Terkait potensi cuaca ekstrem awal Mei, warga pun mulai mewaspadainya. Benus Syamsiar (40), warga RT 099 RW 017 Desa Pal IX, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, menuturkan, dirinya sudah menyiapkan mesin untuk menyedot genangan di rumah. Rumahnya pernah tergenang pada Maret. Belajar dari pengalaman itu, ia membeli mesin menyedot air.
Selain itu, pada Minggu (27/4/2024), seluruh warga kompleknya sudah diimbau untuk kerja bakti membersihkan lingkungan. Salah satu tujuannya mengantisipasi agar tidak terjadi banjir saat hujan lebat.
”Parit yang terdapat sampah sudah bersihkan agar alirannya lancar,” kata Benus.