Ke Palopo, Cari Ilmu, Cari Sehat, dan Berburu Kuliner
Berada di timur Sulawesi Selatan, Palopo tak hanya jadi kota jasa dan pendiidkan, tapi juga hub kawasan Luwu Raya.
Berada jauh dari Makassar, tapi tetap bisa nongkrong di resto waralaba layaknya di kota besar lain, kota manakah itu? Yang tinggal di wilayah Luwu Raya pasti tahu jawabannya: Kota Palopo.
Di kota berjarak 370-an kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan, ini ada banyak restoran waralaba nasional bahkan internasional. Kafe lokal dengan beragam konsep maupun kuliner juga tak kalah banyak. Warung-warung yang menjual kapurung—makanan tradisinal dan khas Palopo yang terbuat dari sagu—tak mau kalah eksis. Semua punya peminat, semua punya tempat.
Andarias (45) sebenarnya datang ke Palopo untuk menghadiri acara pernikahan kerabatnya. Bersama istri dan anaknya yang berusia tujuh tahun, mereka terbang dari Kalimantan Timur. Transit di Makassar, ketiganya melanjutkan penerbangan ke Palopo dan menginap di salah satu hotel.
”Niatnya cuma mau datang acara nikahan lalu pulang. Tapi akhirnya jadi tinggal beberapa hari. Tenyata di sini sudah cukup ramai. Banyak tempat makan dan nongkrong. Mau ke mana-mana mudah karena ada transportasi online,” katanya.
Lelaki kelahiran Tana Toraja ini sempat menghabiskan masa kecil dan remajanya di Palopo hingga akhirnya merantau ke Kalimantan. Lama tak ke Palopo, dia cukup takjub melihat perkembangan kota kecil ini.
Lain lagi Indra Kamaruddin, Manajer Regional Sulawesi, PT Deli Grup yang datang untuk urusan kerja.
”Saya keliling beberapa hotel cari kamar, umumnya sudah penuh terisi. Katanya sedang banyak acara beberapa hari ini sampai kamar-kamar hotel banyak dipesan jauh-jauh hari,” katanya, Sabtu (27/4/2024).
Seorang petugas hotel menjelaskan memang pekan itu sedang banyak kegiatan. Ada beberapa seminar, pelatihan, hingga ajang balap motor yang digelar di Sirkuit Ratona Motorsport. Ajang balap tingkat nasional ini diramaikan ratusan pebalap. Sama halnya dengan berbagai seminar dan pelatihan yang juga dihadiri puluhan hingga ratusan peserta. Tak heran hotel-hotel penuh.
Saat berkeliling ke sejumlah hotel untuk mencari kamar, baliho bertuliskan selamat datang peserta pelatihan maupun seminar dan berbagai acara terpampang jelas di halaman-halaman hotel.
Kota ini juga unik karena masih memiliki tutupan hutan, lahan pertanian dan perkebunan, hingga lebih 50 persen.
Di belakang Balai Kota Palopo, lapangan penuh berisi tenda-tenda warna putih dan sebuah panggung besar. Akan ada perhelatan akbar yang digelar salah satu perbankan. Resto, kafe, warung kopi, hingga tempat makan kaki lima selalu ramai. Palopo sungguh bergeliat.
Kota Jasa di Timur Sulsel
Sabtu itu Indra bercerita tentang kunjungannya ke Kota Palopo untuk urusan kerja. Perusahaan tempatnya berkerja bergerak di bidang alat tulis dan perlengkapan kantor. Sebagai kota yang dinilai cukup berkembang, Palopo beberapa tahun terakhir jadi fokus untuk pengembangan usaha.
Pilihan ini bukan tanpa penyebab. Ada banyak perguruan tinggi di kota ini. Di Palopo berbagai usaha jasa cukup berkembang. Sejumlah bank nasional punya cabang di kota ini. Rumah sakit dan klinik kesehatan juga cukup banyak untuk ukuran kota kecil. Bagi perusahaan berbasis alat tulis dan perlengkapn kantor tempat Indra bekerja, ini adalah peluang.
Penjabat Wali Kota Palopo Asrul Sani mengatakan, di kota ini setidaknya terdapat 16 perguruan tinggi, dua di antaranya universitas. Terdapat pula tujuh rumah sakit, termasuk dua milik pemerintah, yang salah satunya rumah sakit rujukan.
Baca juga: Kota Palopo dalam Angka
”Palopo adalah kota kecil yang strategis sekaligus unik. Dalam perencanaan pembangunan provinsi, Luwu Raya ditetapkan sebagai kawasan ekonomi terpadu dan peran Palopo cukup strategis karena menjadi hub. Kota ini juga unik karena masih memiliki tutupan hutan juga lahan pertanian dan perkebunan hingga lebih 50 persen. Semua ini harus ditangkap sebagai peluang,” katanya.
Sebagai kota jasa dan perdagangan, keberadaan perguruan tinggi dan rumah sakit bisa kian didorong untuk mengembangkan berbagai sektor usaha. Selain dampak ekonomi, pengembangan sektor ini bisa jadi solusi penyerapan tenaga kerja.
”Selain jasa, Palopo terus didorong untuk pengembangan pariwisata dan sektor produksi pertanian dan perkebunan. Penataan lahan pertanian dan perkebunan tentu sekaligus jadi obyek wisata. Artinya, pertanian mendapat keuntungan dari produksi dan sebagai tempat wisata,” kata Asrul.
Perkembangan sektor pendidikan dan kesahatan di Palopo memang seperti magnet yang menarik banyak sektor lain ikut berkembang. Selain bank, bisnis waralaba di bidang makanan juga tak kalah marak.
Baca juga: Pertumbuhan 270,2 Juta Jiwa dan Tuntutan Perubahan Desain Perkotaan
Restoran waralaba seperti Pizza Hut, McDonald’s, KFC, hingga Richeese Factory dan beragam lainnya ada di Palopo. Kafe-kafe atau rumah kopi yang di antaranya adalah waralaba nasional tak ketinggalan membuka cabangnya di sini.
”Dengan begitu, banyak perguruan tinggi dan salah satunya sudah punya Fakultas Kedokteran, Palopo memang sudah jadi tujuan orang belajar. Calon mahasiswa dari wilayah Kabupaten Luwu, Luwu Utara, hingga Luwu Timur, cukup dekat mengakses Palopo,” kata Afrianto Nurdin, akademisi dan peneliti Fakuktas Ekonomi Universitas Mega Buana, Palopo.
Geliat pendidikan ini, menurut Nurdin, menarik usaha jasa dan perdagangan jadi berkembang. Ini ditambah sektor layanan kesehatan yang ada di Palopo. Faktanya, keberadaan klinik dan rumah sakit tak lagi hanya melayani warga Palopo, tapi juga wilayah sekitarnya.
”Usaha rumah kos, resto, hingga perdagangan terus bertumbuh. Orang-orang datang berobat, keluarganya pasti butuh hotel atau rumah kos. Begitu juga mahasiswa. Tentu mereka akan makan, bahkan jalan-jalan. Warga daerah sekitar Palopo bahkan datang ke sini sekadar nongkrong dan rekreasi,” ujar Afrianto.
Hadirnya perguruan tinggi memang menjadi pilihan bagi sebagian mahasiswa yang enggan ke Makassar.
”Saya pilih kuliah di Palopo karena tak harus jauh dari orangtua di Masamba. Tak butuh waktu lama untuk pulang. Sesekali keluarga datang menjenguk sekaligus jalan-jalan,” kata Nurhikmah (20), mahasiswa salah satu perguruan tinggi.
Dengan geliat ini dan Palopo yang terus bertumbuh, tantangannya adalah migrasi yang berdampak pada pertambahan penduduk dan makin berkembangnya kota alias proses urbanisasi berlangsung cepat. Palopo dilintasi sejumlah sungai yang di antaranya berhulu di kabupaten tetangga seperti Luwu.
”Kekhawatiran seperti banjir sudah terjadi. Ke depan, mungkin ledakan penduduk. Lalu kemacetan dan beragam persoalan lain. Karena itu, penataan kawasan harus dilihat kembali,” ujar Afrianto.
Penjabat Wali Kota Palopo Asrul Sani mengatakan, ancaman berbagai persoalan lingkungan hingga sosial sebagai dampak pertumbuhan kota memang harus dipikirkan ke depan.
Baca juga: Mudik dan Urbanisasi
”Untuk mengantisipasi perkembangan ke depan, master plan baru harus disusun. Banyak kawasan yang harus ditata kembali. Perkembangan kawasan permukiman harus dipusatkan di kawasan tertentu. Pertanian dan perkebunan sebaiknya juga tak ditinggalkan. Ini agar keunikan Palopo tetap terjaga dan ke depan persoalan perkotaan, seperti macet, semrawut, padat, hingga banjir, bisa diantisipasi,” kata Asrul.
Potensi dan pesona Palopo yang kini tengah mekar diharapkan dapat berkelanjutan.