Pengibaran 10 Kilometer Merah Putih Peringati Integrasi Papua di Jayapura
Massa dari jajaran instansi pemerintahan, swasta, pelajar, dan warga antusias memperingati integrasi Papua ke NKRI.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Peringatan 61 tahun integrasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dirayakan dengan semarak di Kota Jayapura, Papua, Rabu (1/5/2024). Ribuan warga larut dalam perayaan dengan mengibarkan bendera Merah Putih sepanjang 10 kilometer.
Kegiatan yang diinisiasi Pemerintah Kota Jayapura ini masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai ”Pembentangan Rangkaian Kain Merah Putih Terpanjang” di Indonesia. Capaian ini mengalahkan rekor sebelumnya, yakni pengibaran bendera Merah Putih sepanjang 7,8 kilometer di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, pada Agustus 2023.
”Pencapaian dalam membangkitkan semangat kebanggaan ini sejalan dengan visi dan misi Muri dalam menggelorakan kebanggaan nasional,” kata Direktur Marketing Muri Awan Rahargo saat acara penyerahan piagam di Kota Jayapura.
Adapun pembentangan bendera ini dilakukan sepanjang jalan dari kawasan Pantai Hamadi melintasi Jembatan Youtefa hingga ujung pesisir Pantai Holtekamp. Massa yang terlibat datang dari berbagai kalangan, mulai dari jajaran instansi pemerintahan, badan usaha daerah, swasta, pelajar, paguyuban, hingga masyarakat umum.
Dalam catatan sejarah, penyerahan kedaulatan Papua (sebelumnya disebut Irian) dari Pemerintah Negara Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia pada 1 Mei 1963 melalui suatu badan PBB, United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).
Arsip Kompas, ”Gema Proklamasi RI di Irian” yang terbit pada 15 Juli 1995, menceritakan proses panjang integrasi Papua ini. Artikel tersebut mengutip George J Aditjondro, ”Bintang Kejora di Tengah Kegelapan Malam: Penggelapan Nasionalisme Orang Irian dalam Historiografi Indonesia”, tahun 1993.
Semoga capaian menjadikan masyarakat semakin bersatu dalam membangun Kota Jayapura serta semakin mencintai empat pilar bangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Disebutkan, para pejuang kemerdekaan putra Irian, baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup, dalam kenyataannya sejak tahun 1944 telah ikut berjuang untuk mengintegrasikan Irian Jaya ke dalam NKRI.
Pejuang Irian Jaya diyakini tidak ikut terlibat dalam pergerakan nasional tahun 1920-an dan 1930-an. Namun, dari arsip-arsip kolonial ataupun dari karya para pejabat Belanda yang pernah bertugas di wilayah itu, para pejuang putra Irian telah ikut berjuang pada saat-saat menjelang dan sesudah proklamasi, khususnya pada periode 1945-1949, untuk memasukkan Irian Jaya dalam Negara Kesatuan RI.
Mereka justru masih harus berjuang lebih lama lagi dibandingkan wilayah Indonesia lainnya yang telah berhenti sejak akhir 1949 ketika Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Para pejuang kemerdekaan putra Irian itu masih berjuang belasan tahun lagi sejak itu, hingga Irian benar-benar berintegrasi pada tahun 1963. (Kompas, 15/7/1995)
Penjabat Wali Kota Jayapura Frans Pekey mengungkapkan, bentuk perayaan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang melibatkan banyak elemen merupakan bukti sukacita masyarakat Papua sebagai bagian integral dari NKRI. Capaian rekor Muri pun diharapkan semakin menumbuhkan kebanggaan sebagai bangsa yang merdeka.
”Semoga capaian menjadikan masyarakat semakin bersatu dalam membangun Kota Jayapura serta semakin mencintai empat pilar bangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ucapnya.