Empat Nama Jadi Terpopuler Jelang Pilkada Surabaya, Termasuk Eri dan Dhani
Menjelang Pilkada Surabaya, ada empat tokoh terpopuler, yakni Eri Cahyadi, Armuji, Ahmad Dhani, dan Fuad Bernardi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Menjelang pemilihan kepala daerah tahun ini, sejumlah nama digadang-gadang bakal maju sebagai calon wali kota Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan hasil survei oleh lembaga WE Institut, terdapat empat nama yang terpopuler saat ini terkait Pilkada Surabaya, yakni Eri Cahyadi, Armuji, Ahmad Dhani, dan Fuad Bernardi.
Eri Cahyadi merupakan Wali Kota Surabaya saat ini, Armuji adalah Wakil Wali Kota Surabaya, sedangkan Ahmad Dhani merupakan musisi sekaligus anggota DPR terpilih dari daerah pemilihan Jatim I. Adapun Fuad merupakan anggota DPRD Jatim terpilih dari dapil Surabaya dan putra Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Empat nama tersebut menjadi terpopuler berdasarkan Survei Politik dan Jaring Aspirasi Masyarakat Kota Surabaya yang dilakukan WE Institut. Hasil survei disampaikan di Surabaya, Senin (6/5/2024).
Dalam survei itu, terdapat 1.000 warga sebagai responden yang diambil secara proporsional dari 100 kelurahan di 31 kecamatan di Surabaya. Survei dilakukan pada 17-27 April 2024.
”Penarikan sampel memakai metode multistage random sampling dengan toleransi kesalahan 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen,” kata Direktur WE Institut Sugeng Siswanto yang juga Ketua Ikatan Alumni Statistika (Ikasta) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Sugeng menjelaskan, saat responden ditanya secara spontan atau tanpa dibantu penyebutan nama-nama kandidat, Eri memiliki popularitas tertinggi, yakni 36 persen. Di posisi kedua, ada Armuji dengan 4,1 persen, diikuti Fuad Bernardi dengan 1,3 persen dan Dhani 0,1 persen.
Sementara itu, jika pertanyaan soal figur populer dibantu dengan penyebutan nama, Eri diketahui oleh 99 persen responden, Armuji diketahui 94 persen responden, Dhani diketahui 90 persen responden, dan Fuad diketahui 46 persen responden. Di sisi lain, ketidaksukaan terhadap Eri mencapai 9 persen, Armuji 8,5 persen, Dhani 46 persen, dan Fuad 10 persen.
Eri, Armuji, dan Fuad adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dhani adalah kader Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Eri-Armuji telah mendaftar ke PDI-P, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat untuk membentuk koalisi besar dalam kontestasi Pilkada Surabaya.
Menurut Sugeng, apabila Gerindra menugaskan Dhani terjun ke kontestasi, kemungkinan akan terbentuk dua poros dalam Pilkada Surabaya. Namun, Gerindra harus berkoalisi karena partai itu hanya mendapat 8 kursi dari 50 kursi di DPRD Kota Surabaya.
Tambahan 2 kursi yang dibutuhkan bisa didapat dari PKB, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), atau Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang masing-masing meraih 5 kursi, Partai Demokrat, PAN, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang masing-masing meraih 3 kursi, atau Partai Nasdem dengan 2 kursi.
Sementara itu, dengan perolehan 11 kursi, PDI-P bisa membentuk poros sendiri. Poros lain bisa terbentuk jika PDI-P tidak menghendaki Eri maju lagi, tetapi menduetkan Armuji-Fuad. Jika ini terjadi, ada peluang poros baru dari gabungan partai selain PDI-P dan koalisi Gerindra.
Peneliti utama WE Institut, Aprilia Susanti, menambahkan, nama-nama lain yang cukup populer dalam survei itu ialah anggota DPR dan Ketua Partai Demokrat Surabaya Lucy Kurniasari (39 persen), mantan Kepala Polda Jatim Machfud Arifin (37 persen), CEO PT DBL Indonesia dan Presiden Persebaya Surabaya Azrul Ananda (34 persen), dan pengusaha muda dan anggota DPR terpilih dari PAN Tom Liwafa (33 persen).
Selain itu, ada nama pengacara M Sholeh (26 persen) yang juga calon anggota DPR dari Nasdem, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya dan anggota DPR terpilih Reni Astuti (23 persen) dari PKS, serta mantan Ketua DPRD Kota Surabaya dan Ketua PKB Surabaya Musyafak Rouf (15 persen).
Juga ada Ketua DPRD Kota Surabaya dan Ketua PDI-P Surabaya Adi Sutarwijono (14 persen), Dyah Katerina dari PDI-P (13 persen), Ketua Gerindra Surabaya dan anggota DPRD Jatim terpilih Cahyo Harjo Prakoso (12 persen), serta anggota DPR terpilih dari Gerindra Bambang Haryo Soekartono (11 persen) yang juga ayahanda Cahyo Harjo Prakoso.
Apabila Gerindra menugaskan Dhani terjun ke kontestasi, kemungkinan akan terbentuk dua poros dalam Pilkada Surabaya.
Dosen ilmu politik Universitas Airlangga, Hari Fitrianto, mengatakan, kemunculan nama-nama selain Eri dan Armuji menandakan angin segar bagi kehidupan demokrasi di ibu kota Jatim itu. ”Seperti pilkada 2005 dan 2010, ada kemungkinan kontestasi mendatang diikuti lebih dari dua pasangan calon,” katanya.
Pada Pilkada Surabaya tahun 2005, ada empat pasangan bertarung. Bambang Dwi Hartono-Arif Affandi dari PDI-P menang atas Alisjahbana-Wahyudin Husein, Erlangga Satriagung-AH Thony, dan Gatot Sujito-Benyamin Hilly.
Pada Pilkada Surabaya 2010, ada lima pasangan bertarung. Risma-Bambang dari PDI-P menang atas Sutadi-Mazlan Mansur, Fandi Utomo-Yulius Bustami, Arif Afandi-Adies Kadir, dan Fitradjaja Purnama-Naen Soeryono (independen).
PDI-P kembali menang dalam Pilkada Surabaya 2015 melalui pasangan Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana yang unggul atas Lucy Kurniasari-Rasiyo. PDI-P masih dominan ketika memenangi kontestasi 2020 melalui Eri-Armuji yang menang atas Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno.
Hari mengatakan, dilihat dari sejarah kontestasi sejak 2005 dan perolehan kursi di parlemen Surabaya, PDI-P memang dominan di kota itu. Namun, bagi kemajuan demokrasi, dominasi perlu diimbangi dengan kekuatan kontrol penyeimbang.
”Munculnya nama-nama baru sebagai penantang menjadi hal yang wajar daripada suguhan kontestasi satu pasang melawan kotak kosong,” ujarnya.