Pertanian Selamatkan Perekonomian Aceh, Sumbang Serapan Tenaga Kerja
Ekonomi Aceh ditopang oleh sektor pertanian, perdagangan, dan pengolahan. Pertumbuhan ekonomi menyerap tenaga kerja.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh triwulan pertama tahun 2024 tumbuh 4,82 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada saat yang sama, jumlah pengangguran juga turun sebanyak 4.760 orang menjadi 145.000 orang.
Kepala Badan Pusat Statistik Aceh Ahmadriswan Nasution, Selasa (6/5/2024), mengatakan, pertumbuhan ekonomi terjadi di banyak sektor, seperti transportasi, pertanian, perikanan, pergudangan, dan pengadaan listrik serta gas.
”Perekonomian Aceh masih didominasi oleh pertanian serta kehutanan dan perikanan,” kata Ahmadriswan.
Ahmadriswan mengatakan, struktur ekonomi Aceh ditopang oleh sejumlah lapangan usaha, yakni pertanian, kehutanan dan perikanan; perdagangan besar dan eceran; administrasi pemerintahan; konstruksi; serta transportasi dan pergudangan.
Besarnya ketergantungan ekonomi Aceh pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menunjukkan bahwa sebagian besar warga provinsi itu hidup dari sumber pertanian. Pertanian paling dominan di Aceh adalah padi, sawit, dan kopi. Sementara sebagian besar warga pesisir hidup dari hasil laut.
Aceh masuk dalam 10 besar provinsi penghasil gabah di Indonesia. Pada 2022, produksi padi di Aceh mencapai 1.509.456 ton dengan luas panen 271.750 hektar. Sementara itu, produksi perikanan tangkap Aceh tahun 2022 mencapai 324.618 ton.
Ahmadriswan mengatakan, harga gabah di tingkat petani pada masa panen awal tahun 2024 cukup baik, yakni antara Rp 5.250 dan Rp 6.900 per kilogram. Dengan nilai tukar petani (NTP) 114,66 persen artinya petani mengalami keuntungan.
Ahmadriswan mengatakan, pemerintah perlu memberikan perhatian yang besar terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Setiap tahun, sektor ini menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi yang besar. Pada masa pandemi Covid-19, saat sektor lain mengalami kontraksi, pertanian masih bisa tumbuh.
Pertumbuhan ekonomi berjalan lurus dengan penurunan jumlah pengangguran. BPS Aceh mencatat, jumlah pengangguran per Februari 2024 sebanyak 145.000 orang atau turun sebesar 4.760 orang.
”Terjadi penyerapan tenaga kerja sepanjang periode Februari 2023–Februari 2024,” kata Ahmadriswan.
Ada sektor terbesar yang menyerap tenaga kerja, yakni pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. Di sisi lain, jumlah pekerja formal atau karyawan di Aceh mencapai 36,81 persen dan pekerja informal atau bukan karyawan sebesar 63,19 persen.
Sementara itu, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Rustam Effendi, mengatakan, meski sektor pertanian menjadi penopang ekonomi Aceh, perhatian pemerintah terhadap sektor ini belum optimal. Petani masih kesulitan meningkatkan produksi dan nyaris tidak memiliki kemampuan mengolah hasil panennya.
Pemerintah perlu memberikan perhatian yang besar terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
”Sebagian besar gabah dari Aceh seusai panen langsung dijual ke Sumatera Utara. Petani terpaksa menjual gabah karena harus membayar biaya produksi yang tinggi,” kata Rustam.
Rustam mengatakan, masih sering terjadi gagal panen karena bencana alam, kekeringan, dan ketersediaan pupuk yang tidak mencukupi. Pada saat yang sama, infrastruktur pertanian juga belum optimal. Misalnya, perbaikan irigasi Krueng Pasee di Aceh Utara yang lambat membuat ribuan hektar sawah di sana tidak bisa diharap optimal.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur Aceh Bustami Hamzah mengatakan, untuk mendukung aktivitas pertanian saat ini, pembangunan Waduk Keureuto di Kabupaten Aceh Utara dan Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie harus dipercepat.
Waduk Keureuto dapat mengairi sawah 9.420 hektar, sedangkan Bendungan Rukoh dapat mengairi 11.950 hektar sawah.
Bendungan Rukoh dan Bendungan Keureuto merupakan Proyek Strategis Nasional yang ditargetkan rampung akhir tahun 2024.