TNI AL Punya Kapal Patroli Baru Buatan Galangan Batam
Dua kapal patroli cepat buatan Batam bakal segera memperkuat Pangkalan TNI AL di Surabaya dan Manado.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — TNI Angkatan Laut meresmikan dua kapal patroli cepat buatan galangan kapal di Batam, Kepulauan Riau. Industri perkapalan dalam negeri diharapkan bisa menjadi solusi mengurangi ketergantungan dengan negara lain dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan atau alutsista.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muhammad Ali di Batam, Selasa (7/5/2024), mengatakan, dua kapal perang itu dinamai Kapal Republik Indonesia (KRI) Butana-878 dan KRI Selar-879. Kapal kembar dengan panjang 40 meter dan lebar 17 meter tersebut mampu melaju sampai 24 knot atau 44,5 kilometer per jam.
”Dibanding kapal patroli yang lama, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879 memiliki tangki bahan bakar dan air tawar yang lebih besar sehingga mampu berlayar lebih lama di laut. Dengan begitu, kapal yang baru mampu melakukan berbagai misi penegakan hukum di laut ataupun operasi penyelamatan,” kata Ali.
Dua kapal patroli cepat itu dibangun untuk memperkuat Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) V Surabaya, Jawa Timur, dan Lantamal VIII Manado, Sulawesi Utara. Penyerahan kapal kedua pangkalan itu akan dilakukan pada Agustus mendatang.
”Kami masih butuh banyak kapal patroli karena laut Indonesia sangat luas. Di Komando Armada II ada beberapa kapal yang harus diganti karena sudah tua,” ujar Ali.
Dua kapal perang itu dinamai KRI Butana-878 dan KRI Selar-879. Kapal kembar dengan panjang 40 meter dan lebar 17 meter tersebut mampu melaju sampai 24 knot atau 44,5 kilometer per jam.
Pembuatan KRI Butana-878 dan KRI Selar-879 oleh galangan kapal Citra Shipyard di Batam memakan waktu selama 24 bulan. Galangan tersebut telah membangun sejumlah kapal aparat Indonesia, misalnya Kapal Angkatan Laut (KAL) Sembulungan dan KAL Hinako serta Kapal Negara (KN) Pulau Nipah-321, KN Pulau Marore-322, dan KN Pulau Dana-323.
Sebelumya, Direktur Utama PT Citra Shipyard Jovan mengatakan, industri galangan kapal dalam negeri masih membutuhkan tenaga ahli terdidik. Jumlah teknisi ahli Indonesia yang dapat menciptakan atau bahkan sekadar merakit mesin serta peralatan navigasi masih sangat minim.
Selama ini, kebanyakan galangan kapal di Batam sebatas mengerjakan konstruksi kapal. Adapun pengerjaan alat navigasi dan mesin masih harus mendatangkan teknisi dari Jerman dan Jepang. Ada harapan alih teknologi tercipta secaran bertahap.
Selain KRI Butana-878 dan KRI Selar-879, TNI AL juga tengah membangun enam kapal perang lain di sejumlah galangan di Kepri, Banten, Jatim, dan Lampung. TNI AL berkomitmen untuk turut memajukan industri perkapalan dalam negeri.
Secara khusus, Ali menyebut, TNI AL juga masih membutuhkan kapal-kapal berukuran lebih dari 60 meter untuk patroli di Laut Natuna Utara. Ia berharap, ke depan, ada lebih banyak galangan kapal dalam negeri yang mampu memproduksi kapal dengan dimensi lebih besar, daya tempur yang lebih baik, dan kecanggihan alutsista yang tinggi.
Pada April 2023, galangan kapal PT Karimun Anugrah Sejati di Batam menyelesaikan pembuatan KRI Bung Karno-369. Selain mengemban tugas sebagai kapal protokol kepresidenan, kapal dengan panjang 73 meter itu juga dipersenjatai dengan meriam peluru kendali dan dilengkapi sensor yang bisa mendeteksi ancaman dari udara, permukaan laut, dan bawah air.
Selain PT Citra Shipyard dan PT Karimun Anugrah Sejati, PT Bandar Abadi di Batam juga pernah membuat KRI Teluk Weda-526 dan KRI Teluk Wondama-527. Ali berharap industri galangan dalam negeri dapat menjadi referensi utama dan mampu berkompetisi di tingkat global.