Warga yang Terisolasi akibat Banjir-Longsor di Luwu Nekat Jalan Kaki demi Dapatkan Bantuan
Warga terdampak banjir bandang dan longsor di Luwu nekat berjalan kaki untuk mengakses bantuan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Warga terdampak banjir bandang dan longsor di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, nekat berjalan kaki menembus jalur terisolasi demi mendapatkan bantuan. Pada Selasa (7/5/2024), sejumlah korban meninggal kembali ditemukan.
Hingga hari kelima bencana di Luwu, Sulawesi Selatan, 16 desa di Luwu masih terisolasi. Sebanyak 12 desa ada di Kecamatan Latimojong.
Di Latimojong, banjir bandang dan longsor berdampak pada 2.028 keluarga yang meliputi 6.609 jiwa. Sebagian di antaranya hidup terisolasi akibat bencana.
Kondisi itu membuat mereka harus berjalan kaki meninggalkan tempat tinggalnya. Tujuan mereka adalah posko bencana di Belopa, ibu kota Luwu, untuk mengakses bantuan.
Perjalanan berisiko itu, misalnya, dilakukan Risno, warga Desa Buntu Serek, Lantimojong. Bersama 26 kerabatnya, dia berjalan kaki sejak pagi hari dan tiba pukul 14.30 Wita di posko. Mereka nekat melewati sungai dan kawasan longsor.
”Kami mau tinggal, tetapi kondisi rumah sudah sangat tidak memungkinkan. Lokasi ke pendaratan helikopter juga jauh. Padahal, persediaan makanan menipis. Karena kondisi kampung sudah tidak memungkinkan, kami memilih pergi,” kata Risno.
Akan tetapi, warga yang sakit dan ibu hamil sejauh ini bisa dievakuasi menggunakan helikopter. Sejak Selasa (7/5/2024), empat helikopter dan satu pesawat karavan sudah beroperasi. Empat helikopter itu milik TNI AU, TNI AD, Polda Sulsel, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto saat mengunjungi lokasi banjir Luwu, Selasa, mengatakan, bantuan barang dan uang diserahkan ke tujuh kabupaten terdampak. Tujuh kabupaten itu adalah Luwu, Luwu Utara, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Sinjai. Dia menyebut, usaha membuka wilayah terisolasi untuk distribusi logistik masih dilakukan.
”Ada 16 desa di Kabupaten Luwu yang sampai saat ini masih terputus dengan wilayah lainnya. Penyebabnya, tiga jembatan putus. Itu akan menjadi perhatian kami, Pemerintah Kabupaten Luwu, Pemerintah Provinsi Sulsel, TNI, Polri, dan sukarelawan,” kata Suharyanto.
Menurut Suharyanto, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah mengirimkan bantuan jembatan darurat. Harapannya, jembatan bisa langsung terpasang sehingga akses transportasi bisa kembali berjalan.
Di samping warga yang masih harus menembus kawasan bencana demi mendapat bantuan, warga lain sudah kembali dan membersihkan rumah. Namun, warga yang rumahnya rusak berat masih mengungsi ke kerabat.
Korban ditemukan
”Kami masih menunggu laporan dari warga. Jika ada yang merasa kehilangan anggota keluarga, kami bisa melakukan pencarian dan evakuasi,” kata Mexianus Bekabel, Kepala Kantor Basarnas Makassar. Sejauh ini ada 13 korban meninggal akibat banjir dan longsor di Luwu.