Harry Marra dan Ketelitian Teknik

Dunia atletik Indonesia tengah bersuka karena pelatih atletik terbaik dunia 2016 IAAF, Harry Marra dari Amerika Serikat, selama sepekan akan berbagi ilmu kepelatihan kepada para pelatih dalam negeri dan memberikan latihan kepada atlet-atlet nasional. Pelatihan ini berlangsung 13-23 Februari di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor."Tentu dengan kehadiran Harry yang juga pemegang penghargaan Jessy Owen 2012 dan sudah membimbing Ashton Eaton meraih dua medali Olimpiade dan pemegang rekor dunia dasalomba, diharapkan pelatih kita yang kini tingkatannya hanya sekelas Asia bisa menjadi pelatih dunia," ujar Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI, Selasa (14/2).Marra menilai, atlet-atlet Indonesia yang usianya 18 tahun hingga 22 tahun mudah menerima apa yang dia sampaikan. "Mereka semua cepat menangkap apa yang saya sampaikan dan bisa langsung memperbaiki sesuai teknik yang benar," ujarnya.Marra juga menilai para pelatih atletik nasional telah membimbing anak-anak asuhnya dengan benar. "Mereka memberikan instruksi yang benar," ucapnya."Seperti yang Anda ketahui, melatih itu seni. Karena melatih A berbeda dengan B, begitu pula dengan C. Jadi pendekatan yang diberikan pun berbeda. Di situlah seni kepelatihan itu," lanjut Marra."Tidak beda dengan pendekatan ilmu keolahragaan atau sports science itu sendiri. Setiap pelatih wajib mengetahuinya, tetapi harus membuatnya mudah ketika menerapkan dalam instruksi kepada atlet," lanjut Marra, pelatih atletik terbaik dunia 2016 IAAF. Teliti dalam teknikPada pelatihan hari kedua, kemarin, sesi pagi diawali dengan latihan di kolam renang dan sore hari latihan nomor lempar, tolak, lari gawang, serta sprint. Fadlin, salah satu atlet andalan di nomor 4 x 100 meter, mengakui perbedaan sesi latihan di kolam renang. "Memang jauh berbeda. Kalau dengan Mr Harry, kami benar-benar menjalankan latihan sesungguhnya dan dengan teknik yang harus benar," ujarnya.Biasanya, lanjut Fadlin, latihan di kolam renang seminggu sekali dan hanya untuk pemulihan. Harry Marra yang pernah dimentori Tom Tellez, pelatih Carl Lewis, ketika masih menjadi pelatih muda, juga menegaskan, latihan di kolam renang menjadi salah satu materi latihan penting. "Karena di sanalah kita bisa menyempurnakan teknik yang harus mereka lakukan sesuai dengan nomor mereka masing-masing," ujar Marra yang juga menangani Brianne Theisen-Eaton (28), istri Ashton Eaton, yang juga peraih medali perunggu saptalomba Olimpiade Rio de Janeiro 2016.Tom Tellez, menurut Bob Hasan, juga pernah melatih sprinter Indonesia pada 1997. Waktu itu, PASI mengirim sejumlah sprinter untuk berlatih di Houston, Amerika Serikat."Hasilnya ya Irene Truitje Joseph, yang mencetak rekor nasional 100 meter putri dengan waktu 11,56 detik pada tahun 1999. Rekor nasionalnya sudah 17 tahun lebih ini belum terpecahkan," tegas Bob Hasan.Marra juga mengingatkan, teknik seorang atlet itu harus baik kalau bisa sempurna. "Karena atlet itu berbicara soal sepersekian detik. Jadi ya harus sempurna," tambah Tigor M Tanjung, Sekretaris Jenderal PB PASI. Salah satu ketelitian Marra diperlihatkan ketika memperhatikan ayunan tangan untuk para sprinter. "Ayunan tangan harus tetap dilakukan sekalipun kalian joging," tegasnya."Ketika ayunan tangan ke depan, cukup di bawah mata. Sementara tangan yang mengayun ke belakang tidak lurus, tetapi membentuk siku dan jari-jarinya berada di belakang pinggang," jelasnya.Badan pun harus tegap, dengan dagu terangkat berikut pandangan mata tetap ke depan. Adapun untuk ayunan kaki ke depan tidak terlalu jauh sehingga telapak kaki bisa menapak dengan sempurna.Untuk kaki yang di belakang tidak perlu sampai telapak kakinya terangkat. Karena kaki tersebut harus segera diayunkan ke depan setelah mendorong badan. Begitu juga untuk mereka yang menyelesaikan lari gawang, agar pandangan para atlet tetap ke depan. (NIC)