logo Kompas.id
OlahragaGairah Mengukir Sejarah
Iklan

Gairah Mengukir Sejarah

Oleh
· 4 menit baca

SEVILLA, SELASA — Bagi Sevilla dan Leicester City, babak 16 besar Liga Champions ibarat dunia yang asing. Tak ayal, keduanya bakal tampil menggebu-gebu saat bertemu, Kamis (23/2) dini hari WIB. Mimpi mengukir sejarah menjadi pemantik api motivasi mereka.Bagi Sevilla, kompetisi antarklub Eropa memang bukan hal baru. Sebaliknya, klub Spanyol ini adalah pemilik rekor trofi Liga Europa terbanyak, yaitu lima gelar. Bahkan, tiga musim beruntun dalam rentang 2013-2016, mereka merajai kompetisi kasta kedua di Eropa itu. Namun, sepak terjang mereka di Liga Champions, kompetisi antarklub paling elite di Eropa, jauh dari memuaskan. Mereka jarang tampil, apalagi bertualang jauh. Terakhir kali mereka masuk jajaran delapan elite di Eropa adalah 59 tahun silam ketika menembus perempat final Piala Champions musim 1957-1958. "Ini adalah laga penting dalam sejarah klub. Kami akan memberikan seluruh hidup kami di laga ini agar bisa menjadi bagian dari klub-klub terbaik di dunia," ujar Pelatih Sevilla Jorge Sampaoli menyambut laga di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan itu dengan antusiasme tinggi.Sejak 1958, Sevilla telah dua kali mencoba menggapai babak delapan besar di Liga Champions. Namun, dua kali pula mereka gagal, yaitu dari Fenerbahce pada 2008 dan CSKA Moskwa pada 2010. Tidak satu pun pemain Sevilla di masa-masa itu yang masih bertahan untuk berbagi pengalaman di babak 16 besar. Tak ayal, fase ini menjadi dunia asing bagi skuad Sevilla saat ini.Beruntung, klub berjuluk "Los Blanquirrojos" itu memiliki sosok-sosok pemimpin yang hebat. Mereka adalah Pelatih Jorge Sampaoli dan Direktur Olahraga Ramon Verdejo alias "Monchi". Sampaoli, pelatih yang dikenal sangat berapi-api, berpengalaman menjadikan tim gurem sebagai kampiun. Itu dilakukannya terhadap Cile ketika menjuarai Copa America 2015 dengan mengalahkan favorit juara, Argentina, di babak final.Di bawah asuhan Sampaoli, Sevilla juga menyimpan karakter serupa Cile saat itu, yaitu gigih, garang, dan rajin menyerang musuh-musuhnya tanpa pandang bulu. Tak heran, musim ini Sevilla mendadak menjadi penantang Real Madrid dan Barcelona dalam perburuan gelar juara Liga Spanyol. Mental petarung yang kuat membuat mereka menumbangkan Real Madrid, 2-1, di La Liga, pertengahan Januari lalu.Adapun Monchi adalah arsitek di balik konsistensi Sevilla melahirkan para pemain berbakat. Sevilla adalah salah satu klub Spanyol produsen pemain bintang. Lusinan bintang eks Sevilla, seperti Sergio Ramos, Ivan Rakitic, Dani Alves, Luis Fabiano, dan Jesus Navas, silih berganti dibajak klub-klub raksasa. Namun, mereka terus digantikan bakat baru seperti gelandang serang Pablo Sarabia dan bek 21 tahun Clement Lenglet. Kehadiran Lenglet, yang didatangkan Januari lalu, telah signifikan memperkuat pertahanan Sevilla. Gawang Sevilla tidak pernah bobol sejak bek asal Perancis itu dimainkan sebagai pemain inti pada tiga laga terakhir. Lenglet pun kembali menjadi solusi di tengah absennya bek utama, Gabriel Mercado, pada laga dini hari nanti. "Ada antusiasme, atmosfer kegembiraan, dan ambisi sangat besar untuk mengakhiri penantian menjadi bagian delapan tim terbaik di Eropa saat ini. Klub ini terus bertumbuh," ujar Monchi.Bermuka duaKontras dengan Sevilla, performa "The Foxes" alias Leicester tengah menukik tajam akhir-akhir ini. Juara bertahan Liga Inggris itu seolah lesu di kompetisi domestik. Mereka menelan lima kekalahan beruntun di Liga Inggris dan kini terbenam di tepi zona degradasi. Kekalahan di ajang Piala FA dari tim kasta ketiga di Inggris, Millwall, akhir pekan lalu, kian membuat Leicester terpuruk.Namun, ibarat tokoh legenda Inggris, Dr Jekyll dan Mr Hyde, Leicester "bermuka dua". Bertolak belakang dengan kompetisi domestik, kiprah Leicester di Liga Champions sangat bagus. Pada musim pertamanya mengikuti kompetisi elite ini, The Foxes finis terdepan, menjuarai Grup G. Empat kali mereka menang, satu kali imbang, dan hanya sekali kalah di fase penyisihan grup.Mereka pun berniat menjadikan Liga Champions sebagai ajang penebusan kegagalan di Liga Inggris. Jika mampu mencapai perempat final Liga Champions, Riyad Mahrez dan rekan-rekan akan mengukir sejarah baru di Leicester. Itu sekaligus akan menyelamatkan Claudio Ranieri, Pelatih Leicester yang kini berada dalam ancaman pemecatan."Kami kini harus berjuang. Kami membutuhkan prajurit, para gladiator. Lawan kami, Millwall, telah menunjukkan semangat fantastis seperti gladiator itu," ujar Ranieri seusai kalah dari Millwall.Sentilan itu diharapkan oleh Ranieri membakar semangat para pemainnya jelang laga melawan Sevilla. Seperti semboyan para gladiator, hanya kemenangan yang akan menggema dalam keabadian. (AFP/Reuters/JON)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000