LONDON, JUMAT — Dua belas tahun silam, Jose Mourinho mendeklarasikan diri sebagai ”Si Spesial” seusai meraih trofi pertamanya di Inggris, yaitu Piala Liga, bersama Chelsea. Mourinho kini merunut jejak serupa di Manchester United dan berpeluang menyejajarkan namanya dengan Sir Alex Ferguson.
Si Spesial hanya butuh satu langkah lagi untuk meraih trofi pertamanya pada musim perdana bersama MU. ”Setan Merah” bakal menghadapi Southampton di final Piala Liga, Minggu (26/2) malam, di Stadion Wembley.
Jika mampu memenangi trofi itu, Mourinho akan meraih status manajer ”legendaris” di Piala Liga. Saat ini ia hanya butuh tambahan satu trofi Piala Liga untuk menyamai pencapaian Brian Clough (mantan Manajer Nottingham Forest) dan Sir Alex Ferguson (mantan Manajer MU).
Keduanya adalah manajer pengoleksi Piala Liga terbanyak sepanjang sejarah, yaitu empat gelar. Adapun Mourinho mengumpulkan tiga trofi, seluruhnya bersama Chelsea, pada 2005, 2007, dan 2015.
Menariknya, Mourinho punya catatan lebih mentereng dari para pendahulunya itu. Si Spesial memiliki rekor sempurna di final Piala Liga. Dari tiga kali tampil di laga puncak, ia selalu memenangi trofi itu. Istimewanya, gelar pertamanya pada 2005 diraih dengan mengalahkan Liverpool, pengoleksi Piala Liga terbanyak dengan delapan gelar.
Tak ayal, Mourinho dan MU sangat difavoritkan pada final kali ini kontra Southampton. ”Si Spesial” bahkan bisa meraih predikat baru, yaitu ”raja” Piala Liga, jika kembali memenangi trofi itu bersama tim barunya di Wembley.
MU pun tengah dalam kondisi bagus akhir-akhir ini setelah tertatih-tatih pada awal musim dalam proses adaptasi dengan Mourinho. MU memenangi seluruh lima laga terakhirnya serta terus melaju di empat kompetisi sekaligus, termasuk Piala FA dan Liga Europa.
Konsistensi itu diraih setelah Mourinho akhirnya menemukan racikan tepat bagi MU, yaitu pola 4-2-3-1. ”Kami memang tidak tak terkalahkan, tetapi rekor kami akhir-akhir ini sangat bagus,” ujar Mourinho menilai timnya.
Gaya ”Mkhi-Mata”
Meskipun demikian, MU bukan tanpa masalah menjelang laga puncak di Wembley. Satu hal yang membuat Mourinho sangat risau adalah absennya gelandang Henrikh Mkhitaryan yang tengah dibekap cedera hamstring. Gelandang asal Armenia itu menjadi nyawa permainan MU saat ini.
Kehadirannya di lini tengah ”Setan Merah” saat ini sangat sulit digantikan. Ia tidak hanya pandai membaca permainan dan membuat asis matang, tetapi juga rajin mencetak gol. Total enam gol telah dicetak Mkhitaryan.
Kombinasi dan kecocokannya dengan Juan Mata, gelandang serang MU lainnya, membuat MU disebut-sebut sebagai tim dengan lini tengah terkuat di Inggris Raya saat ini. ”Jika Barcelona punya (gaya) tiki-taka, maka MU punya ”’Mkhi-Mata’,” tulis Manchester Evening soal transformasi MU.
Menyusul absennya Mkhitaryan, Mourinho kemungkinan bakal menggeser Mata kembali ke tengah. Posisi itu sempat ditempati Mata sebelum Mourinho rutin memainkan Mkhitaryan di pertengahan musim. Adapun posisi sayap kanan bisa diisi Jesse Lingard atau Marcus Rashford.
Di sisi lain, MU juga tak boleh meremehkan ”The Saints” alias Southampton. Tim penghuni papan tengah Liga Inggris itu punya jejak bagus di Piala Liga musim ini. Dalam perjalanan ke final, mereka menumbangkan dua raksasa, yaitu Arsenal (di babak kelima) dan Liverpool (semifinal).
Gawang ”The Saints” bahkan tak bisa dibobol oleh kedua tim favorit di Piala Liga itu. Liverpool, finalis tahun lalu, bahkan dibuat tak berkutik dan dua kali takluk, di laga kandang dan tandang.
”Jika Anda lihat tim-tim yang kami kalahkan ini, tidak ada alasan bagi kami bisa melakukan hal serupa terhadap MU di final. Kami sangat menyegani mereka, tetapi tidak ada yang perlu ditakuti,” ujar Fraser Forster, kiper Southampton.
The Saints, yang belum sekali pun memenangi Piala Liga, juga punya memori indah atas Setan Merah. Berstatus tim kasta kedua dan tidak diunggulkan, mereka mencuri trofi Piala FA dari MU pada final 1976. Mereka kini ingin merunut jejak serupa.
(AP/Reuters/JON)