logo Kompas.id
OlahragaPersaingan Terbuka di Tunggal ...
Iklan

Persaingan Terbuka di Tunggal Putri

Oleh
· 4 menit baca

Mustahil rasanya membayangkan gelar juara tunggal putri All England menjadi milik negara lain jika melihat dominasi China pada 1980-an hingga tiga tahun lalu. Namun, peta kekuatan berubah. China tak punya juara tunggal putri All England dalam dua tahun terakhir. Itu berpeluang terulang tahun ini.Sejak muncul kekuatan China pada 1980-an, tunggal putri negara itu selalu tampil di final All England. Dalam data Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) tercatat, sejak 1982 hingga 2016, putri China hanya absen pada lima final, 1991, 1993, 1995, 2013, dan 2015. Dalam tiga dari empat All England terakhir, gelar juara didapat Tine Baun (Denmark) pada 2013, Carolina Marin (Spanyol/2015), dan Nozomi Okuhara (Jepang/2016). Pada 2013, bahkan, hanya ada satu tunggal putri China yang tampil di perempat final, yaitu Wang Shixian, yang kalah dari Saina Nehwal. Dua tahun kemudian, satu-satunya wakil China di semifinal, Sun Yu, dikalahkan Nehwal. Adapun pada 2016 Wang Shixian kalah dari Okuhara di final. China bukannya tak punya penerus setelah pemain senior, seperti Wang Yihan dan Shixian, mundur pada 2016. Selain pemain senior Li Xuerui, ada tiga pemain muda berperingkat 15 besar dunia, yaitu Sun Yu (23 tahun) di peringkat keempat serta dua pemain berusia 19 tahun, He Bingjiao (9) dan Chen Yufei (15). Namun, kehadiran mereka belum cukup untuk membawa China dominan lagi, termasuk di All England. Trio China itu akan menghadapi gempuran pemain Korea Selatan, Thailand, Spanyol, Jepang, Taiwan, dan India. Tiga nama yang merupakan peraih medali di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 adalah pesaing berat Sun Yu dan kawan-kawan. Mereka adalah Carolina Marin (Spanyol), Pusarla V Sindhu (India), dan juara bertahan Nozomi Okuhara (Jepang).Marin dan Sindhu mencatat prestasi gemilang pada 2016. Medali emas Olimpiade Rio menjadi puncak prestasi Marin yang juga menjadi juara Eropa. Sindhu, yang selama ini berada di bawah bayang-bayang Nehwal, meraih perak. Setelah itu, dia menjuarai Super Series Premier China Terbuka, tampil di final Super Series Hongkong, dan menjadi semifinalis Turnamen Final Super Series di Uni Emirat Arab. Rangkaian prestasi itu dan gelar juara Grand Prix Gold India Terbuka, Januari, membuat Sindhu berada di peringkat dunia tertinggi yang pernah dicapainya, yaitu urutan kelima. Prestasi ini membuatnya percaya diri bisa menjadi pebulu tangkis ketiga dari India yang membawa pulang gelar dari All England setelah tunggal putra Prakash Padukone (1980) dan Pullela Gopichand (2001)."Saya ingin menyamai prestasi Prakash dan Gopichand. Saya berlatih siang dan malam untuk mewujudkan target itu," kata Sindhu, dikutip dari situs resmi All England. Meski prestasi menurun, Nehwal dan Ratchanok Intanon (Thailand) juga akan meramaikan ketatnya persaingan tunggal putri. Begitu pula dengan pemain muda Jepang, Akane Yamaguchi (19). Musim lalu, Yamaguchi menjuarai Super Series Premier Korea Selatan dan Super Series Denmark secara beruntun. Berusia tiga bulan lebih muda dari He Bingjiao, Yamaguchi menjadi atlet termuda di peringkat 10 besar tunggal putri. Yamaguchi berperingkat ke-6. Posisi IndonesiaSayang, tunggal putri Indonesia belum berada di level yang sama dengan nama-nama di atas. Merah Putih diwakili dua pemain pelatnas, Fitriani dan Dinar Dyah Ayustine, serta Lyanny Alessandra Mainaky yang berlatih di luar pelatnas. Mereka baru kali ini tampil di All England.Perjalanan mereka untuk menjuarai All England atau turnamen level Super Series/Premier lain masih jauh. Fitriani, tunggal putri Indonesia berperingkat terbaik saat ini, yaitu di urutan ke-29, baru mencapai prestasi terbaik tampil di semifinal Grand Prix (GP) Gold, turnamen satu level di bawah Super Series/Premier. Pemain berusia 18 tahun itu mencapainya di India, Januari. Adapun Dinar (22) tiga kali mencapai perempat final, juga, pada level GP Gold, yaitu pada 2016. Pelatnas juga memiliki Hanna Ramadini, semifinalis Grand Prix Gold India. Namun, Hanna tak tampil di All England karena difokuskan berprestasi konsisten terlebih dulu di Grand Prix/Grand Prix Gold. Seperti tunggal putra, PP PBSI tak menetapkan target tinggi pada Fitriani dan Dinar. Mereka diharapkan bisa tampil dengan kemampuan terbaik dan menunjukkan sikap pantang menyerah. Apalagi, pemain muda Indonesia memiliki kelemahan kurang percaya diri saat melawan pemain top dunia. (IYA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000