GRESIK, KOMPAS-Klub voli putra Surabaya Bhayangkara Samator kesulitan mendapatkan bibit-bibit voli muda untuk regenerasi pemain senior. Syarat tinggi badan minimal 185 sentimeter menjadi salah satu faktor mengapa mereka sulit mendapatkan pemain baru.
Di markas klub Samator yang berada di komplek PT Samator Gas, Jalan Raya Bambe Kabupaten Gresik, hanya ada enam pemain muda usia 16-17 tahun yang bergabung dengan Samator. "Mereka direkrut dari berbagai daerah hingga dari luar Pulau Jawa," kata Novi Effendi, pelatih Samator yunior, Senin (6/3), di sela-sela waktu latihan pukul 9.00 WIB.
Menurut Novi, sebelumnya ia memiliki delapan anak yang direkrut untuk Samator muda. Namun baru beberapa minggu ini mereka mundur karena sakit. "Kami masih terus mencari. Tetapi mendapatkan anak dengan tinggi badan 185 sentimeter memang tidak mudah," kata Novi.
Dengan jumlah atlet muda yang sangat terbatas, Novi mengakui menjadi kurang leluasa untuk memilih pemain yang bagus. "Dari anak-anak yang kita bina belum tentu semuanya bisa menjadi pemain bagus. Semua tergantung dari anak-anak itu sendiri," kata Novi.
Di komplek pabrik gas itu, anak-anak Samator muda ini berlatih di gedung lapangan voli yang dibangun Samator. Waktu latihan sangat ketat, yaitu pagi dan sore, masing-masing minimal dua jam. Selain disekolahkan, anak-anak ini juga diberi fasilitas makan dan tempat tinggal.
Novi mengatakan, syarat tinggi badan minimal yang ditetapkan Samator tidak bisa ditawar-tawar lagi. Meski seorang anak sudah bisa bermain voli, namun jika tinggi badannya tidak memenuhi maka anak itu tidak bisa bergabung dengan Samator.
Untuk posisi libero (pemain yang khusus menerima bola di belakang), kata Novi, memang tidak diharuskan memiliki tinggi badan minimal 185 sentimeter. Namun khusus untuk posisi ini, Samator mengadakan seleksi khusus yang sangat ketat.
Pemilik klub Samator, Rasid Harsono, mengatakan, ia membentuk klub voli dengan tujuan mencetak pemain nasional. "Kami membentuk anak-anak Samator untuk menjadi pemain nasional. Harapannya mereka bisa mewakili bangsa bertanding di tingkat internasional," tutur Harsono.
Novi mengakui mencari bibit pemain voli tidak mudah. Selama ini anak-anak muda yang badannya tinggi lebih memilih masuk basket. Basket dianggap lebih populer karena banyak dimainkan di sekolah-sekolah.