logo Kompas.id
OlahragaJurang "Langit dan Bumi" Sepak...
Iklan

Jurang "Langit dan Bumi" Sepak Bola Benua Biru

Oleh
· 3 menit baca

Sepak bola Eropa selama ini identik dengan gemerlap. Bintang-bintang top sejagat dengan gaji miliaran rupiah per pekan seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi berkumpul di sana. Namun, tak banyak yang tahu, sebagian besar klub di benua itu tengah sekarat. Kontras dengan Manchester United (MU) yang mendapat uang Rp 1,4 triliun setiap musim hanya dari pemasukan tiket, klub-klub di Armenia-negara asal bintang MU, Henrikh Mkhitaryan-harus menggratiskan tiket masuk. Dua pertiga dari seluruh klub sepak bola profesional di negara itu kesulitan memikat fans untuk menonton langsung laga-laga di stadion.Seperti ditulis majalah World Soccer edisi Maret 2017, pemilik hak siaran Liga Primer Armenia tidak membayar sepeser pun untuk menayangkan laga-laga di liga itu. Seperti halnya di Singapura, fans sepak bola lebih suka menonton Liga Inggris atau Liga Spanyol ketimbang liga lokal mereka sendiri.Klub-klub di belahan Eropa lainnya, seperti Stumbras dari Lituania, harus "mengemis" sumbangan dari berbagai pihak demi menutupi biaya operasional klub yang terus melejit. Mengacu riset UEFA, di luar 20 liga top Eropa, 55 persen klub terus merugi. Di Estonia dan Georgia, misalnya, dari setiap 2 euro uang yang didapat, mereka harus mengeluarkan 3 euro untuk operasional klub seperti membayar gaji pemain dan staf pelatih.Di negara-negara itu, terutama kawasan Balkan seperti Lituania, klub-klub sepak bola profesional mati satu per satu. Sepanjang 2015, misalnya, tiga klub Latvia bangkrut karena tidak sanggup mendanai operasional harian. Adapun Lituania telah kehilangan 20 klub sejak merdeka dari Uni Soviet, 1991. Di Armenia, liga kasta tertingginya saat ini hanya diikuti enam klub. Hal ini bahkan kontras dengan Indonesia yang memiliki 18 klub dan puluhan lainnya antre untuk menembus Liga 1 (dulu Liga Super Indonesia). Kondisi yang pernah menjangkiti Indonesia pada 2011 hingga setidaknya awal 2015 lalu juga terjadi di mayoritas negara di benua biru. Seperti dilaporkan FIFPro, organisasi yang menaungi pemain sepak bola profesional dunia, sebagian pesepak bola di Eropa ternyata juga mengalami keterlambatan gaji.Hal itu salah satunya dialami Laurentiu Petean (29), mantan bintang klub Romania, Otelul Galati. Pemain sayap yang pernah melawan "Setan Merah" di Old Trafford pada 2011 itu akhirnya memilih pensiun beberapa bulan lalu. Seperti dilaporkan The Independent, ia memilih meninggalkan karier sepak bola untuk menjadi karyawan hotel di Jerman. Meskipun pekerjaan barunya itu tidak mentereng, ia setidaknya mendapat gaji rutin.Menurut FIFPro, tidak semua pesepak bola seberuntung Messi dan Ronaldo yang digaji Rp 5 miliar-Rp 6 miliar setiap pekan. Tiga perempat pesepak bola dunia, termasuk Petean, hanya digaji kurang dari Rp 50 juta per bulan. Tak ayal, mereka rentan dijerat mafia pengaturan skor. "Laga-laga lokal di sejumlah negara Eropa kehilangan kredibilitasnya karena masalah ini," ujar Wakil Presiden FIFPro Tony Higgins. (JON)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000