logo Kompas.id
OlahragaAtlet Mudah Dikecoh
Iklan

Atlet Mudah Dikecoh

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Atlet pengguna suplemen impor mudah dikecoh sertifikat "bebas doping" dari laboratorium luar negeri. Selain kedaluwarsa, sejumlah sertifikat itu hanya hasil uji laboratorium atas 1-2 zat doping. Namun, atlet memahami sebagai jaminan bebas semua zat doping. Sidang dengar pendapat Dewan Disiplin Anti-Doping di Jakarta pada Selasa (4/4) kembali menemukan fakta masifnya peredaran suplemen impor di kalangan atlet, khususnya atlet binaraga. Salah satu atlet yang diperiksa Dewan Disiplin Anti-Doping, Iman Setiaman, mengajukan beberapa fotokopi sertifikat bebas doping dari sejumlah suplemen yang dikonsumsinya sebagai barang bukti untuk meringankan kasusnya.Iman Setiaman, atlet binaraga dari Jawa Barat, adalah binaragawan peraih medali emas PON Jawa Barat 2016 pada nomor pertandingan Bantam Weight Above -65 kg. National Dope Testing Laboratory (NDTL), laboratorium doping di India yang terakreditasi Badan Anti-Doping Dunia (WADA), menyatakan urine Iman positif mengandung Methylhexaneamine.Zat itu dianggap sebagai doping karena merangsang pembakaran lemak, serta merangsang tubuh memproduksi endorphine sehingga menjadi bersemangat. Zat itu juga efektif dipakai untuk menurunkan berat badan karena membuat pencernaan merasa kenyang dan merangsang pemakai untuk terus berkemih. Iman membantah dirinya secara sengaja mengonsumsi obat yang mengandung Methylhexaneamine. Ia mengakui menggunakan sejumlah suplemen saat bertanding di PON Jabar 2016, tetapi semua suplemen itu telah dikonsumsinya terus-menerus sejak lama. "Saya tidak pernah berganti suplemen. Saya sudah menggunakan suplemen yang sama ketika lolos dari tes doping Asian Beach Games 2010, padahal itu dilakukan dengan tes darah. Saya juga lolos tiga tes doping lainnya. Saya tidak paham kenapa kali ini dinyatakan positif doping," tutur Iman."Sertifikat bebas doping"Dalam sidang itu, Albert M Hutapea selaku dokter pendamping dari KONI Jawa Barat menyerahkan salinan sejumlah sertifikat berbagai suplemen yang dikonsumsi Iman. Sertifikat yang diserahkan antara lain berkop surat Deutsche Sporthochschule Koln di Jerman (berangka tahun 2012) dan Olimp Labs Nagawczyna di Polandia (berangka tahun 2014). Selain itu, juga ada fotokopi "sertifikat bebas doping" berkop Laboratorium Pemeriksaan Doping dan Kesehatan Masyarakat DKI Jakarta (berangka tahun 2013). "Atas dasar sertifikat itu, pelatih merasa aman membiarkan atlet mengonsumsi berbagai suplemen. Apalagi, Iman sudah beberapa kali lolos tes doping," kata Albert dalam sidang dengar pendapat itu.Menjawab pengajuan bukti oleh Albert, anggota Dewan Disiplin Anti-Doping, Hariyono, menyatakan, sertifikat yang diajukan ternyata hanya membuktikan laboratorium pernah menguji apakah suplemen mengandung zat doping tertentu saja. Sementara itu, ada ratusan zat yang digolongkan WADA sebagai sebagai zat doping. "Memang sertifikat ini menerangkan pengujian apakah terdapat kandungan zat steroid, zat anabolik androgenik, juga kandungan zat stimulan. Akan tetapi, suplemen ini tidak pernah diuji bebas dari kandungan zat Methylhexaneamine. Padahal, zat itulah yang ditemukan dalam urine Iman. Sertifikat itu hanya menguji satu atau dua zat doping dan hasilnya negatif untuk zat yang diuji. Padahal, zat doping dalam daftar WADA sangat banyak," kata Hariyono.Perubahan tiap tahunHariyono juga mengingatkan, tabel zat terlarang itu diubah WADA setiap tahun. Atlet yang mengonsumsi obat atau suplemen berdasarkan surat keterangan yang lewat tahun berisiko secara tak sengaja mengasup zat yang telah dinyatakan WADA sebagai zat doping. "Setiap tahun daftar zat doping WADA selalu berubah, ada penambahan. Sertifikat pengujian, apalagi yang sudah lewat tahun, tidak boleh dijadikan sebagai dasar menyimpulkan suplemen itu bebas zat doping," tutur Hariyono. Kemarin, Dewan Disiplin Anti-Doping juga mendengar pembelaan Agus Waluyo, atlet menembak Jawa Barat yang juga peraih medali emas PON Jabar 2016. Urine Agus, yang juga meraih dua medali perunggu PON Jabar 2016 itu, dinyatakan positif mengandung B-Blocker."Saya tidak pernah dengan sengaja mengonsumsi obat yang mengandung B-Block dan tidak tahu asal-usul zat itu dalam tubuh saya," kata Agus. (ROW)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000