logo Kompas.id
OlahragaKiprah "Macan-macan Muda"...
Iklan

Kiprah "Macan-macan Muda" Uzbekistan

Oleh
· 3 menit baca

Uzbekistan, negeri berpenduduk 30 juta orang, mampu menancapkan pukulan-pukulan tinjunya ke seluruh penjuru mata angin. Negara pecahan Rusia yang wilayahnya berada di Asia Tengah dan Eropa Timur itu mendominasi perolehan medali kejuaraan tinju, bukan hanya di kawasan Asia, melainkan juga dunia. Uzbekistan pun kini menjadi kiblat tinju amatir dunia. Kejuaraan Tinju Asia (ASBC) di Tashkent, Uzbekistan, 30 April-7 Mei, membuktikan kuatnya dominasi Uzbekistan di wilayah Asia. Faktor tuan rumah yang didukung banyak penonton turut mendorong banyak kemenangan bagi "macan-macan muda" Uzbekistan. Dari 10 kelas yang dipertandingkan, mereka menyabet sembilan medali emas. Hanya di kelas berat 91 kilogram mereka tidak meraih emas. Di kelas itu, emas diraih petinju Kazakhstan, Vassiliy Levit. Salah satu petinju Indonesia, Farrand Papendang (kelas ringan 60 kilogram), merasakan betapa gesit dan keras pukulan petinju Uzbekistan. Itu terjadi pada babak perempat final saat melawan Elnur Abduraimov. Sejak ronde pertama, Farrand banyak memukul tempat kosong. Pukulan keras yang luput itu membuat Farrand terhuyung, kehilangan kontrol keseimbangan. Abduraimov dengan gesit mencari celah untuk memukul balik Farrand. Farrand, petinju asal Papua Barat, justru dihujani pukulan. Beruntung ia terselamatkan oleh bel. Pada ronde kedua, perlawanan Farrand makin surut. Sejak keluar dari sudut merah, Farrand kembali repot meladeni Abduraimov. Di ronde itu, Farrand dua kali mendapat hitungan dari wasit karena Abduraimov telak memukul Farrand dengan hook kanan. Wasit menyatakan pertarungan selesai. Di kelas itu, Abduraimov akhirnya meraih emas menyisihkan Shiva Thapa (India). Sementara Farrand berada di peringkat ketujuh. Itu hanya sekelumit pengalaman petinju Indonesia melawan kekuatan petinju Uzbekistan. Di kelas lain, cengkeraman macan Uzbekistan sulit untuk dilepas. Uzbekistan juga pernah merajai tinju di Asian Games Doha 2016 dengan perolehan 3 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Mereka mampu mengungguli China dan Filipina.Tahun kebangkitanPuncak kebangkitan tinju Uzbekistan terlihat pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Tujuh macan muda Uzbek menggeser dominasi Kuba dengan perolehan 3 medali emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Kuba yang pada Olimpiade London 2012 meraih empat emas, di Rio sama-sama mendapat tiga emas dan tiga perunggu, tetapi gagal meraih perak. Uzbekistan pertama kali meraih emas di Olimpiade Sydney 2000 melalui petinju kelas ringan Mahammatkodir Abdoollayev. Sejak itu macan Uzbek belum pernah meraih emas lagi hingga Rio. Pada Olimpiade London 2012 negara itu hanya meraih satu perunggu dari tinju. "Keunggulan di Rio membuat Uzbekistan menjadi kiblat (tinju) bagi negara lain. Banyak negara mengirimkan petinju untuk berlatih di sana," kata Adi Swandana, Pelatih Kepala Pelatnas Tinju Indonesia. Tahun ini, pelatnas tinju Indonesia berencana mengirimkan petinju untuk berlatih di sana. Namun, rencana itu gagal karena ketiadaan dana. (IND)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000