Dukungan Dana dan Peralatan Kurang Memadai, Atlet Paralimpiade Tetap Berlatih Keras
Oleh
Erwin Edhi Prasetya
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Atlet balap kursi roda yang berlatih di pemusatan latihan nasional paralimpiade di Solo, Jawa Tengah, kurang mendapat dukungan peralatan yang memadai. Meski spesifikasi kursi roda yang digunakan untuk berlatih di sana telah memenuhi standar internasional, masih dibutuhkan penggantian bearing roda yang memadai untuk mengimbangi atlet dari negara lain yang akan berlaga di ASEAN Para Games 2017. Penggantian bearing belum bisa dilakukan karena terkendala keterbatasan dana operasional di pelatnas.
Atlet balap kursi roda, Zaenal Arifin dan Doni Yulianto, mengatakan membutuhkan suku cadang roda berupa bearing yang berbahan keramik. Suku cadang ini mampu menambah laju kecepatan kursi roda ketika dipacu.
“Sekarang ini yang terpasang di bagian roda adalah bearing standar dari logam. Kami berharap itu dapat diganti dengan kualitas yang lebih tinggi dari bahan keramik untuk mencapai target emas,” kata Doni.
Zaenal mengatakan, akan sulit menundukkan lawan jika mereka menggunakan perlengkapan yang lebih baik. Pasalnya, kursi roda untuk berlatih nantinya juga akan digunakan saat bertanding. “Kami sudah mengusulkan pengadaan bearing keramik, tetapi sampai sekarang belum dapat,” katanya.
Berdasarkan pantauan Kompas, pelatnas atletik dipusatkan di Stadion Sriwedari, Solo, di antaranya balap kursi roda, lari, lempar cakram, tolak peluru, dan lempar lembing. Renang dipusatkan di kolam renang Grup 2 Kopassus, Kandang Menjangan, Kartasura, Sukoharjo, sementara sepak bola CP di lapangan Kotabarat, Solo.
Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional Indonesia Senny Marbun mengatakan, kontingen Indonesia akan berlaga pada cabang olahraga atletik, bulu tangkis, tenis meja, renang, tenpin boling, panahanan, sepak bola CP, voli duduk, catur, angkat berat, dan goalball.
Sementara itu, koordinator pelatih renang, Dimin, mengatakan, latihan renang menunjukkan perbaikan. Sebanyak 33 atlet renang putra dan putri rata-rata telah mendekati catatan waktu terbaik mereka. Perkembangan pesat ditunjukkan atlet muda renang Bejita (17) dari Sumatera Selatan yang memecahkan rekor waktunya sendiri yang sebelumnya dicetak di ajang Peparnas, Bandung.
“Sejumlah atlet telah mampu memecahkan rekor sendiri,” kata Dimin.
Menurut dia, kondisi cuaca yang belakangan sering hujan disertai petir menjadi kendala saat latihan pada sore hari. Padahal, pada jadwal latihan sore hari atlet lebih bebas menggunakan kolam renang karena tidak digunakan masyarakat umum. Sementara jika latihan pagi, atlet harus berbagi kolam dengan masyarakat umum.
“Kalau pagi hanya menggunakan separuh kolam, hanya lima line. Separuh lainnya digunakan masyarakat,” katanya.
Pelatih lempar, Purwo Adi Sanyoto, mengatakan, perlengkapan olahraga lempar telah memadai. Namun, tempat latihan tidak bisa selalu bisa terpusat di Stadion Sriwedari lantaran stadion di pusat kota Solo itu juga digunakan pihak lain. Karena itu, latihan juga meminjam stadion Universitas Sebelas Maret, Solo.
“Target olahraga lempar meraih sembilan emas,” katanya.
Dalam empat bulan terakhir, honor atlet belum dibayarkan. Meski demikian, sejumlah atlet tetap berupaya berlatih keras. Mereka optimistis mampu menyumbang medali emas. Atlet senior lari cepat, Martin Losu (30), optimistis mampu meraih emas pada nomor 100 dan 200 meter. Sementara itu, atlet muda lari cepat, Nur Feri Pradana, juga tetap berupaya fokus berlatih. Ia berhasil mencatatkan waktu lari 200 meter 22,65 detik, lebih cepat dari catatan waktu Martin di Singapura.