logo Kompas.id
OlahragaEra Kejayaan Djokovic Sudah...
Iklan

Era Kejayaan Djokovic Sudah Berakhir?

Oleh
· 3 menit baca

Tujuh tahun lalu, Novak Djokovic didiagnosis menderita alergi gula. Dia harus menjalani diet ketat, hari per hari. Tahun lalu, petenis Serbia ini mencatatkan diri sebagai petenis yang melengkapi karier gelar Grand Slam di Perancis Terbuka, menjadi orang pertama setelah Rod Laver di era 1960-an. Hari Rabu lalu, di Roland Garros, dia tersingkir dengan kekalahan telak tiga set, dan 0-6 pada set ketiga saat menghadapi bintang muda Dominic Thiem. Ini pertama kalinya Djokovic tak mampu merebut satu gim pun pada ajang mayor sejak 2005. Apa yang terjadi pada Djokovic yang sudah mengoleksi 12 gelar Grand Slam? Tak seorang pun paham kecuali dirinya sendiri. Yang pasti, seperti pengakuannya sebelum Perancis Terbuka 2017, dia benar-benar kehilangan elan, hampa tanpa gairah, sejak melengkapi karier Grand Slam tahun lalu di Paris. Tanda dari kehilangan gairah itu jelas saat dia tergusur di babak ketiga Wimbledon 2016 di tangan Sam Querrey. Djokovic kemudian memutuskan ikatan kerja sama dengan Boris Becker pada Desember 2016 yang telah berjalan tiga tahun dan memberinya enam gelar Grand Slam. Tak lama kemudian, dia juga memutuskan hubungan dengan tim pendamping, termasuk pelatih Marian Vajda yang mendampinginya sejak remaja. Kala itu Djokovic menyebutnya sebagai bagian dari "terapi kejut".Terapi kejut untuk siapa? Untuk dirinya sendiri yang tak lagi punya gairah untuk menggapai prestasi yang lebih tinggi. Barangkali sempat terpikir, apa lagi yang harus dikejar dalam hidupnya. Segalanya dia punya, segudang gelar di lapangan tenis, kekayaan dengan hadiah uang 100 juta dollar AS lebih, istri yang cantik Jelena Ristic yang memberinya seorang putra, Stefan.Djokovic kemudian menjalin kerja sama dengan Pepe Imaz, mantan petenis profesional Spanyol yang mendirikan akademi tenis dengan basis "kedamaian, cinta, dan meditasi". Namun, upayanya membangkitkan kembali gairah mencapai prestasi tak banyak membuahkan hasil. Musim 2017 mencatat jelas penurunan kinerja Djokovic. Mengawali musim dengan merebut gelar di Qatar, dia tersingkir di babak kedua Australia Terbuka. Dari empat seri Masters 1000 yang dia ikuti, pencapaian terbaiknya hanya mencapai final di Roma sebelum kalah dari Alexander Zverev. Kalah melawan Thiem di perempat final Roland Garros sebenarnya bukan hal yang teramat memalukan mengingat bintang muda Austria itu mencatat rekor kedua terbaik setelah Rafael Nadal di tanah liat musim ini. Yang jadi soal adalah cara dia kalah. "Djokovic seakan tak ingin berada di lapangan," kata legenda tenis AS, John McEnroe, saat diwawancara Eurosports.Sejumlah wartawan mempertanyakan soal Andre Agassi, legenda AS yang dia minta mendampingi selama di Paris dan hanya beberapa hari sebelum Roland Garros dimulai. Sejumlah wartawan mempertanyakan ketidakhadiran Agassi pada laga melawan Thiem. Namun, petenis berusia 30 tahun itu menolak mempersalahkan Agassi. Becker yang juga terkejut pada penampilan jauh di bawah standar Djokovic secara tidak langsung mengecam absennya Agassi di laga melawan Thiem. "Novak segera membutuhkan pelatih permanen yang bisa mendampingi penuh dalam tur," ujarnya.Dengan catatan 2017 dan perjalanan setelah Roland Garros 2016, tampaknya era kegemilangan Djokovic sudah berakhir. Dalam sejarah tenis modern, hampir tidak ada yang mampu merebut karier Grand Slam begitu seorang petenis kehilangan genggaman di level tertinggi. Roger Federer merebut 16 dari 27 Grand Slam pada periode 2003-2010. Dia kemudian mendapatkan dua gelar tambahan dalam periode tujuh tahun. Nadal memenangi 8 dari 14 gelar Grand Slam pada periode 2010-2014. Djokovic masih berpeluang merebut Grand Slam. Namun, untuk mencapai tingkat seperti sebelum Juni 2016, rasanya saat ini jauh dari bayangan.Djokovic memberi isyarat akan melakukan sabatikal, tetapi tidak dalam waktu dekat. Dia masih punya gairah terjun di Wimbledon, bulan depan. Layak ditunggu. (Anton Sanjoyo)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000