logo Kompas.id
OlahragaRiuhnya Penonton, Semangat...
Iklan

Riuhnya Penonton, Semangat untuk Atlet

Oleh
· 3 menit baca

Di Jakarta Convention Center, 12-18 Juni, penggemar bulu tangkis Indonesia, yang dikenal paling riuh saat memberikan dukungan, bisa menyaksikan idola mereka dalam turnamen BCA Indonesia Terbuka 2017. Seperti filosofi penggemar adalah pemain ke-12 dalam tim sepak bola, mereka juga menjadi salah satu sumber semangat atlet bulu tangkis Indonesia."Pokoknya tidak ada penonton seperti di Indonesia, selalu energik dari awal hingga akhir," kata pebulu tangkis ganda campuran, Debby Susanto, seusai latihan di pelatnas bulu tangkis Cipayung, pekan lalu.Tahun ini, penyelenggaraan digelar di JCC, menggantikan Istora yang selama ini digunakan untuk turnamen Super Series Premier berhadiah terbesar, total 1 juta dollar AS (Rp 13,5 miliar). Pemindahan dilakukan karena Istora direnovasi untuk Asian Games 2018. Penonton selalu memenuhi Istora yang berkapasitas sekitar 10.000 orang. Fanatisme mereka, seperti yang terjadi di sepak bola, diperlihatkan dengan teriakan, nyanyian, hingga tarian sambil mengenakan pakaian adat. Istora tak pernah sunyi oleh teriakan dari awal hingga akhir pertandingan.Ini berbeda ketika turnamen bulu tangkis digelar di Eropa, seperti Inggris yang memiliki All England. Seperti diceritakan Debby, penonton Eropa hanya bertepuk tangan setiap seusai perebutan poin. Saat permainan berjalan, suasana stadion sunyi, seperti yang terjadi dalam pertandingan tenis."Penonton di beberapa negara Asia, seperti Malaysia dan China, cukup ramai, tetapi tetap tidak seperti di Indonesia. Di sini, komunikasi sama partner harus dempet-dempeten supaya bisa saling mendengarkan. Instruksi dari pelatih atau peringatan wasit kadang enggak terdengar karena suara penonton," ujar Debby. Debby, pemain lain, dan mantan pemain yang saat ini menjadi Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti menilai, keberadaan penonton fanatik menjadi sumber semangat meski terkadang ada teriakan yang tak enak didengar saat bermain buruk.Teriakan aneh"Dulu, saya pernah diteriakin, \'Kalau main kaya gitu, pulang aja, kawin aja!\' Tetapi, saya cuek, ada yang lebih penting dilakukan, fokus pada lawan yang ada di depan saya," kata Susy.Teriakan-teriakan "aneh" memang kerap muncul dari penonton, terutama saat pemain idola mereka dalam posisi tertinggal. Di JCC, Selasa, saat tertinggal 11-15 dari pasangan Korea Selatan di gim penentuan babak pertama, Liliyana Natsir mendengar ocehan penonton. "Saya dengar ada yang bilang, \'Ayo Butet, kalau kalah, besok tiket jadi murah nih\'. Sebenarnya saya tidak terlalu memperhatikan teriakan penonton, apalagi saat permainan berjalan. Tetapi, karena tempat ini kecil, suara mereka tetap terdengar," ujar Butet yang akhirnya menang atas Kim Duk-young/Kim Ha-na.Selain teriakan aneh, ada hal lain yang juga membuat atlet harus menjaga fokus. "Mereka, kan, selalu teriak \'Eaaa!\' setiap kali atlet Indonesia melakukan pukulan. Kadang, itu memancing untuk terus-terusan smes, padahal harusnya saya bisa mengontrol permainan," kata tunggal putra Anthony Ginting. (DNA/SEM/IYA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000