logo Kompas.id
OlahragaManajemen Amarah: Belajar dari...
Iklan

Manajemen Amarah: Belajar dari Kasus Tomic

Oleh
· 3 menit baca

Di dunia tenis profesional, salah satu pembeda besar antara para juara dan medioker adalah cara mereka mengendalikan amarah. Sebagai manusia normal, petenis punya ledakan-ledakan emosi, namun satu kelompok mampu meredam dan mengubahnya menjadi energi positif untuk memenangi laga, kelompok lain mengubahnya menjadi energi negatif penyebab kekalahan, atau bahkan berbuah denda cukup besar.Pekan pertama Wimbledon 2017, publik menyaksikan bagaimana petenis Australia Bernard Tomic dan Daniil Medvedev (Rusia) tidak mampu mengendalikan tekanan besar di lapangan, bereaksi negatif, dan kemudian berbuat buruk yang kemudian hanya menjadi penyesalan. Tomic, yang pernah disebut sebagai "harapan baru Australia", dianggap bermain tanpa upaya menang saat kalah di babak pertama melawan petenis Jerman Mischa Zverev. Dalam jumpa pers, Tomic mengaku mengalami kebosanan yang luar biasa sehingga tidak punya motivasi untuk memenangi laga. Dia juga mengaku sengaja meminta diperiksa dokter, padahal dia tak mengalami cedera, untuk mengganggu irama Zverev. Untuk tampil tanpa upaya menang, Tomic dijatuhi denda 11.000 pounds (sekitar Rp 190 juta). Sementara untuk tindakan tidak sportif, dia dijatuhi denda 11.600 pounds (Rp 200 juta). Jumlah total dendanya 22.600 pound, cukup signifikan untuk hadiah uang 35.000 pounds (Rp 604 juta) yang dia peroleh. Bukan hanya denda, Tomic juga diputuskan hubungan kerjanya oleh sponsor raket Head. "Kami sangat kecewa dengan pernyataan dari salah satu atlet yang kami sponsori, Benard Tomic," tulis pernyataan resmi Head lewat lamannya. "Opininya sama sekali tidak merefleksikan sikap kami terhadap tenis, gairah kami, profesionalisme, dan respek terhadap permainan. Oleh sebab itu, kami memutuskan untuk menghentikan kolaborasi dengan Bernard Tomic."Medvedev, petenis muda Rusia yang sebelumnya menggusur unggulan lima Stan Wawrinka (Swiss) di babak pertama, juga mendapat sanksi denda total 11.200 pounds (Rp 193 juta) setelah kehilangan kontrol dan melempar wasit utama dengan koin. Medvedev kehilangan kendali setelah kalah dalam laga lima set yang ketat menghadapi Ruben Bemelmans (Belgia). Kisah Tomic dan Medvedev hanyalah sekelumit dari sejumlah kasus lain di dunia tenis profesional saat seorang petenis kehilangan kontrol diri. Ron Waite, pelatih yang membina petenis-petenis muda Amerika Serikat, mengatakan, pengalamannya melatih atlet usia 12-17 tahun menunjukkan, banyak kekalahan diderita pemain yang tak mampu mengontrol ledakan emosi dan amarahnya. Bentuk amarah itu, yang paling sering, adalah membanting raket, melambungkan bola ke angkasa dan memaki. Tidak menunjukkan upaya untuk menang juga merupakan bentuk kemarahan, bahkan lebih buruk. Pada usia muda, amarah memang sulit dikendalikan. Bahkan, legenda tenis Swedia, Bjorn Borg, juga dikenal pemarah saat masih yunior. Yang hebat, kedua orangtua Borg menghukum dengan tidak mengizinkan dia bermain tenis selama satu tahun. Setelah lepas hukuman, Borg menjelma menjadi petenis yang sangat dingin dengan pengendalian emosi yang luar biasa. Menurut Waite, petenis, terutama yang bermain nomor tunggal, harus menyadari dua hal penting. Pertama, tenis adalah permainan individual dan setiap poin atau kesalahan adalah tanggung jawab petenis itu sendiri. Situasi ini menyebabkan petenis merasa "kesepian" sehingga kemarahan hanyalah menggaungkan "kesendirian" itu kepada khalayak. Kedua, tenis bukan sekadar olahraga fisik, tetapi juga olahraga dengan keterampilan motorik tinggi. Sedikit kekeliruan bisa menyebabkan kesalahan. Ini bisa menimbulkan keputusasaan yang menjadi pangkal kemarahan. Kemarahan umumnya menyebabkan otot kaku dan menjadi awal dari lebih banyak kesalahan dibuat. Pada akhirnya, bukan lawan yang mengalahkan, tetapi diri sendiri. Allen Fox PhD, pada kolom di majalah Tennis menulis, "Hukum besi dalam tenis, jika diikuti, akan membuat Anda terhindar dari masalah, lebih dari yang lain: jangan lakukan apa pun di lapangan yang tidak membantu Anda untuk menang!" (Anton Sanjoyo)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000