Skema Pelayanan Kesehatan dan Anti-Doping Asian Games 2018 Mulai Dibicarakan
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Skema pelayanan kesehatan dan anti-doping mulai dibicarakan Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) demi kesiapan Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Pihak Inasgoc sudah memberikan sejumlah usulan terkait hal itu kepada Dewan Olimpiade Asia (OCA) Medical Services Committee and Anti-Doping Commission. Usulan-usulan itu masih terus dikaji oleh kedua belah pihak.
Direktur Medis dan Kontrol Doping Inasgoc Leane Suniar Manurung mengatakan, skema pelayanan kesehatan untuk atlet akan dibagi menjadi tiga tingkat. Pelayanan tingkat pertama yang dilakukan di klinik terdekat dari arena pertandingan (venue).
Jika atlet dinilai masih perlu perawatan, mereka akan dirujuk ke klinik yang lebih besar. Baru pada tahapan ketiga atlet akan dirujuk ke rumah sakit apabila masih butuh perawatan lanjutan.
”Ada lima rumah sakit yang menjadi rujukan kami untuk Asian Games 2018. Tiga rumah sakit di Jakarta dan dua rumah sakit di Palembang,” kata Wiweka, Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Kontrol Doping Inasgoc, seusai jumpa pers atas hasil pertemuan hari kedua antara Inasgoc dan OCA di Jakarta, Sabtu (5/8).
Wiweka menambahkan, sementara ini lima rumah sakit itu masih diusulkan kepada OCA dan perlu ditinjau kembali.
Sementara itu, terkait penanganan anti-doping, Inasgoc mengusulkan sejumlah laboratorium di luar negeri kepada OCA mengingat belum ada laboratorium yang terakreditasi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA) untuk pengujian anti-doping di Indonesia. Laboratorium-laboratorium itu terdapat di India, Thailand, dan Jepang.
”Kemungkinan besar, India akan menjadi pilihan pertama karena pembayarannya bisa dimundurkan. Kami bisa tahu hasilnya terlebih dahulu baru belakangan bayarnya,” kata Leane.