Menantang Dominasi Thailand
Tim tenis Indonesia mendapatkan tantangan meraih dua medali emas di SEA Games Kuala Lumpur 2017. Diperkuat lima petenis putra dan lima petenis putri, tim "Merah Putih" harus berjuang habis-habisan menaklukkan lawan, termasuk mengatasi dominasi petenis-petenis Thailand, yang bermain kuat di hampir semua nomor pertandingan.
Cabang tenis di SEA Games Kuala Lumpur hanya memainkan nomor perseorangan. Nomor beregu dicoret tuan rumah Malaysia karena alasan persaingan. Lima petenis putra yang tampil di Kuala Lumpur meliputi Christopher "Christo" Rungkat, David Agung Susanto, Aditya Harry Sasongko, Sunu Wahyu Trijati, dan Justin Barki. Sementara petenis putri terdiri dari Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, Deria Nur Haliza, Jessy Rompies, Lavinia Tananta.
Dari nama-nama itu, hanya Justin, Beatrice, dan Deria yang baru pertama kali membela Merah Putih di ajang multicabang antarnegara Asia Tenggara. Petenis lain merupakan wajah-wajah lama, beberapa membela Indonesia sejak SEA Games Manila 2005.
Pelatih tim tenis putra Indonesia Andrian Raturandang mengatakan, di SEA Games 2017 petenis Indonesia akan berhadapan dengan musuh terberat, yakni Thailand. "Petenis putra dan putri Thailand unggul di semua nomor pertandingan," kata Andrian dari Hua Hin, Thailand, Jumat (4/8).
Di SEA Games Singapura 2015, Thailand menyapu bersih perolehan emas di nomor putra dan putri. Melalui Warit Sornbutnark, Thailand membawa pulang medali emas perseorangan putra setelah menaklukkan petenis Tanah Air, David Agung Susanto, 4-6, 6-3, 6-3. Thailand juga berjaya di ganda putra melalui petenis andalan mereka Sanchai/Sonchat Ratiwatana. Di nomor beregu, Thailand mengalahkan tim Indonesia, yang diperkuat Christo, Adit, David, dan Sunu.
Sementara di tunggal putri, Thailand menempatkan dua petenis di final sehingga dapat mengantongi emas dan perak sekaligus. Petenis putri Noppawan Lertcheewakarn mengantar Thailand meraih emas di tiga nomor sekaligus, yaitu tunggal, ganda, dan beregu.
Ketika Thailand berjaya, petenis putri Indonesia hanya meraih tiga perunggu. Di SEA Games 2015, Thailand hanya kehilangan satu emas di nomor ganda campuran.
Persaingan di SEA Games 2017, menurut Andrian, tak akan jauh berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya. Thailand akan tetap menjadi musuh terberat bagi Indonesia, selain dua negara lain, yaitu Filipina dan Vietnam, yang unggul di nomor perseorangan putra.
Dominasi tim putra Thailand di Asia Tenggara semakin terasa dengan kemenangan pemain timnas, Kawin Patcharapol/Jirat Navasirisomboon, di turnamen tenis ITF Futures di Nonthaburi, Thailand, hanya dua pekan sebelum SEA Games 2017 bergulir. Patcharapol/Navasirisomboon menghentikan langkah petenis Hongkong, Hong Kit Wong/Pak Long Yeung, 7-5, 6-0.
Di kejuaraan itu, petenis putra Indonesia, Justin Barki, yang berpasangan dengan unggulan kedua Thailand, Kittipong Wachiramanowong, mencapai semifinal. Unggulan keempat David Agung, yang bermain dengan petenis Korea Selatan, Sang Woo-noh, mencapai perempat final.
Keunggulan Thailand, menurut Andrian, disebabkan adanya pelatnas jangka panjang dan didukung dengan penerapan ilmu keolahragaan yang konsisten dan menyeluruh.
"Petenis Thailand biasanya mengikuti 20-30 turnamen tenis internasional per tahun. Sementara petenis Indonesia hanya mengikuti 3-6 turnamen per tahun. Kadang-kadang batal ikut turnamen karena tak ada dana," ujarnya.
Minimnya keikutsertaan dalam turnamen internasional memengaruhi mental bertanding atlet. Andrian mencontohkan, menjelang laga babak pertama Piala Davis Grup II Zona Asia/Oseania Indonesia melawan Filipina, petenis Tanah Air telah menjalani latihan maksimal. Namun, dalam kejuaraan itu David Agung dan kawan-kawan gagal memberikan perlawanan karena kalah pengalaman dan jam terbang dari lawan.
Pengalaman atlet
Pengalaman dan jam terbang sangat memengaruhi atlet saat berada di situasi kritis di kejuaraan. "Mempunyai jam terbang yang cukup akan memudahkan mereka mengambil keputusan kapan harus memukul bola. Kalau pengalaman minim, pasti ragu-ragu (mengambil bola)," katanya.
Di SEA Games 2017, Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas menetapkan target perolehan dua dari lima emas yang diperebutkan dari cabang tenis. Namun, mengingat persaingan sengit, tim tenis Indonesia menetapkan target realistis meraih satu emas. Peluang emas diharapkan datang dari nomor tunggal putra melalui Christo dan David.
Di antara petenis Indonesia, Christo memiliki peringkat paling baik (tunggal 476, ganda 120). Dia juga dinilai memiliki cukup pengalaman bertanding di level internasional. Christo kini masih menjalani turnamen tenis di Amerika Serikat demi mengumpulkan poin bertanding di nomor ganda Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2017.
Sementara David yang juga menjadi andalan di nomor tunggal mengaku telah mengalami kemajuan berarti dalam persiapan menuju SEA Games 2017. Namun, karena sempat mengalami cedera bahu dan menjalani pemulihan fisik selama dua bulan, David perlu lebih banyak menyesuaikan diri di lapangan, terutama untuk memperbaiki pukulan bola cepat.
Di tim putri, petenis yang diandalkan adalah ganda Beatrice Gumulya/Jessy Rompies. Dua kemenangan di ITF Hua Hin dan Nonthaburi, Thailand, menjadi modal sukses di SEA Games 2017.
"Kunci kesuksesan kami adalah kerja keras dan pantang menyerah. Sekarang, saya merasa lebih percaya diri," kata Beatrice.
(Denty Piawai Nastitie)