JAKARTA, KOMPAS – Lomba balap sepeda internasional Tour de Molvccas 2017 akan digelar di Pulau Ambon dan Pulau Seram, Provinsi Maluku, 18-22 September mendatang. Selain sebagai olahraga, balapan tersebut juga dimaksudkan untuk mempromosikan pariwisata di tanah Maluku.
Niat Pemerintah Provinsi (pemprov) Maluku untuk mempromosikan tempat-tempat wisatanya tampak dari slogan yang diusung Tour de Molvccas (TdM), “the hidden paradise awaits you”, atau dalam bahasa Indonesia berarti “surga tersembunyi menunggumu”. Surga tersembunyi yang dimaksudkan tentunya adalah keindahan alam Maluku yang belum banyak diketahui masyarakat.
“Kami ingin tempat-tempat wisata yang indah di Maluku bisa dikenal masyarakat Indonesia, bahkan dunia,” kata H Saimima, Ketua Pelaksana TdM sekaligus Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku saat diskusi bersama media, Senin (4/9) di Jakarta.
Surga tersembunyi yang ingin dijelajahi pada TdM pertama ini adalah Pulau Seram dan Pulau Ambon. Khusus untuk Seram, lokasi jelajah akan melewati tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), dan Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Tiga kabupaten tersebut dipilih karena dinilai memiliki potensi wisata yang indah, namun tidak diperhatikan.
Kami ingin tempat-tempat wisata yang indah di Maluku bisa dikenal masyarakat Indonesia, bahkan dunia
“Masalah utamanya adalah kurang promosi dan infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang kurang memadai,” ujar Ona, sapaan sehari-hari Saimima.
Ona menuturkan, kurangnya promosi dan infrastruktur tersebut telah menyembunyikan tempat-tempat wisata di Seram, padahal sebenarnya jika dikelola dengan baik, tempat-tempat tersebut bisa mendatangkan keuntungan bagi pemerintah daerah.
“Kalau bicara soal wisata di Ambon, orang mungkin lebih mengenal Pintu Kota atau Natsepa, padahal masih banyak tempat wisata lain yang indah dan menarik. Tempat tersebut tersembunyi bukan karena belum banyak promosi, tapi karena akses jalan yang terbatas. Bagaimana mau dikenal kalau akses jalan ke sananya saja susah?” tambah Ona.
Menurut Ona, Seram juga menyimpan keindahan wisata seperti di Taman Nasional Manusela atau Pantai Ora. Di Taman Nasional Manusela, orang bisa menikmati pemandangan hutan yang banyak dihuni burung kakatua jambul kuning, sementara di Pantai Ora, menyelam di jernihnya air laut Ora tentu akan menjadi kenangan indah bagi para pengunjung.
“Saat survei bersama tim, saya benar-benar kagum pada keindahan pantainya. Pantai Ora itu tidak kalah dari Raja Ampat,” kata Jamaludin Mahmood, Konsultan Teknis TdM, Senin (4/9).
Pria asal Malaysia yang pernah menjadi konsultan teknis di Tour de Singkarak dan Tour de Ijen menuturkan, secara medan perlombaan TdM akan lebih ringan bagi peserta karena banyak melewati dataran rendah dan daerah pantai, namun bagi pariwisata ia yakin para pebalap tidak akan bosan menikmati keindahan alam Maluku selama balapan.
Balapan tersebut akan dilangsungkan di dua pulau, yaitu Pulau Ambon dan Pulau Seram. Para pebalap akan menempuh jarak sepanjang 713,7 kilometer yang dibagi menjadi lima etape dan melalui tiga kabupaten dan satu kota.
Etape pertama dimulai dari Piru menuju Masohi sepanjang 179,7 kilometer, etape kedua dari Wahai menuju Bula sepanjang 155,8 kilometer, etape ketiga dari Bula menuju Wahai sepanjang 153,8 kilometer, etape keempat dari Masohi menuju Waipirit sepanjang 141,5 kilometer, dan etape terakhir dari Pantai Namalatu menuju Kota Ambon sepanjang 82,9 kilometer.
Sebanyak 20 negara termasuk Indonesia siap mengikuti lomba balap sepeda internasional tersebut.
Surga bagi masyarakat
Selain menjadi surga bagi para pebalap dan wisatawan, ajang balap sepeda internasional ini juga dimaksudkan menjadi surga bagi masyarakat. Surga bagi masyarakat adalah hal-hal positif yang bisa diperoleh masyarakat Ambon dan Seram dari TdM tersebut.
“Keuntungan yang paling dirasakan masyarakat adalah adanya perbaikan jalan dan jembatan. Dua hal tersebut selama ini menjadi keluhan warga di sana,” kata Ona.
Ona mencontohkan, misalnya jalan di sepanjang Taman Nasional Manusela kini sudah diperbaiki, atau jembatan-jembatan rangka besi yang sudah dibuat demi menyukseskan TdM. Semua dilakukan bukan hanya untuk TdM tetapi juga untuk kepentingan masyarakat ke depan.
“Sebelum adanya TdM, jalan sepanjang 50 kilometer di Taman Nasional Manusela harus ditempuh dalam waktu lima jam, tetapi setelah perbaikan waktu tempuhnya berkurang menjadi 3 jam. Jembatan besi dibangun karena sebelumnya jembatan-jembatan tersebut dibuat dari batang-batang pohon kelapa,” tutur Mahmood ketika bercerita soal survei medan balapan TdM.
Ona menambahkan lagi, selain keuntungan dari perbaikan infrastruktur, penyelenggaraan TdM juga membawa keuntungan ekonomi bagi warga Ambon dan Seram.
“Ada pertunjukkan kesenian daerah yang akan ditampilkan nanti sebagai bagian dari TdM. Kami juga bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk menyediakan tempat-tempat wisata kuliner bagi pera pengunjung TdM nanti,” kata Ona.
Selain itu, penyediaan akomodasi dan saarana transportasi juga bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat. Sebanyak 42 hotel yang terdiri atas 300 kamar sudah penuh dipesan untuk TdM nanti. Penyeberangan dengan kapal feri pun akan ditambah dari tiga kali penyeberangan sehari menjadi lima kali sehari. Demikian pun dengan frekuensi penerbangan ke Ambon yang akan ditambah dari tujuh kali menjadi lima belas kali sehari selama berlangsungnya TdM.
Hal-hal tersebut diharapkan bisa meningkatkan kehidupan ekonomi warga Ambon dan Seram. Pelaksanaan TdM harus bisa menjadi surga, bukan hanya bagi para pebalap dan pengunjung, namun juga bagi masyarakat Tanah Maluku.
“Ada warga yang meminta supaya TdM ini nanti dijadikan kegiatan rutin setiap tahun. Katanya biar jalan-jalan semakin banyak yang diperbaiki,” pungkas Ona sambil tersenyum.(DD03)