Kondisi Fisik Pengaruhi Hasil Akhir Laga
JAKARTA, KOMPAS — Lima hasil imbang mewarnai delapan laga di pekan keempat Liga Kompas Gramedia Panasonic di Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (3/9). Para pelatih berpendapat, penyebab terjadinya hasil imbang tersebut adalah menurunnya kondisi fisik para pemain.
Hasil imbang terjadi pada laga antara ASIOP Apacinti dan Kabomania. Kedua tim bermain imbang tanpa gol. Pertandingan Talenta Muda FU 15 melawan Cibinong Raya juga berakhir dengan skor sama kuat, 1-1.
Pada pertandingan selanjutnya, Pelita Jaya dan Matador Mekarsari ditahan imbang tanpa gol oleh lawan-lawannya, Garuda Putra Bekasi dan Villa 2000. Tim debutan, Siaga Pratama, juga berhasil menahan Remci Tangerang, 2-2, meskipun sempat tertinggal dua gol di babak pertama.
Yayat Supriatna, Pelatih ASIOP, mengaku kecewa dengan hasil imbang yang diperoleh timnya. ”Sedikit menyesal dengan hasil ini karena sudah dua minggu ini kami (ASIOP) ditahan imbang lawan,” kata Yayat.
Yayat menjelaskan, kondisi fisik para pemain cepat menurun di laga dua pekan terakhir ini, apalagi cuaca di dua pekan terakhir juga sangat panas.
”Untuk menjaga fisik para pemain, saya selalu meminta pemain untuk beristirahat sehari sebelum pertandingan. Saya selalu memantau pemain dengan mengecek media sosial mereka, misalnya lewat Instagram,” tambah Yayat.
Menurut Yayat, kondisi fisik pemain harus selalu dijaga karena kompetisi Liga Kompas Gramedia Panasonic baru berjalan empat pekan, masih ada 26 pekan lagi. Kondisi fisik tidak harus dijaga lewat latihan, tetapi bisa juga melalui pola hidup yang diatur secara baik.
”Pemain yang melanggar, misalnya ketahuan bermain media sosial saat jam istirahat, pasti akan diberikan sanksi, yaitu pengurangan menit bermain saat pertandingan,” kata Yayat.
Selain ASIOP, Buperta Cibubur juga selalu memperhatikan kondisi fisik para pemainnya. Makanan dan jam istirahat para pemain selalu dikontrol dengan ketat meskipun para pemain tinggal di rumah masing-masing.
”Saya bekerja sama dengan orangtua menggunakan Whatsapp untuk memantau para pemain,” ujar Jumhari.
Pelatih Buperta Cibubur ini mengatakan, meskipun tidak mudah karena tidak secara langsung mengontrol pemainnya, pelanggaran terhadap aturan tersebut bisa terlihat pada saat pertandingan. Pemain yang kondisi fisiknya menurun akan memengaruhi permainannya di lapangan.
”Biasanya langsung saya keluarkan dan saya larang untuk bertanding. Seperti di pertandingan tadi, ada pemain yang saya ganti karena permainannya jauh menurun. Setelah saya tanya, ternyata dia sedang sakit. Saya belum tahu penyebab sakitnya, apakah karena istirahat yang kurang atau dari konsumsi makanan,” kata Jumhari.
Jumhari menambahkan, memainkan pemain yang tidak fit akan melemahkan tim. Pemain yang tidak fit itu akan menjadi titik lemah yang bisa dieksploitasi tim lawan.
Berbeda dengan ASIOP dan Buperta, beberapa pelatih lain mengaku kesulitan mengontrol pola hidup dan pola makan pemain di luar latihan atau pertandingan. Padahal, untuk mengarungi kompetisi jangka panjang, fisik pemain harus tetap prima.
”Kami kesulitan mengontrol mereka ketika di luar latihan dan pertandingan, terutama untuk waktu istirahat dan pola makan,” kata Rici Vauzi, Pelatih Talenta Muda FU 15, seusai timnya diimbangi Cibinong Raya.
Menurut Rici, menjaga fisik tidak cukup jika hanya bersumber dari latihan yang diberikan tim pelatih. Hal lain di luar latihan, seperti pola hidup dan pola makan, lebih penting karena para pemain lebih banyak menghabiskan waktu di luar latihan dan pertandingan.
Pengaruh menurunnya kondisi fisik terhadap hasil pertandingan juga dialami Pelita Jaya yang ditahan Garuda Putra Bekasi. Pada pertandingan tersebut, fisik pemain cepat terkuras akibat bermain dalam cuaca panas.
”Anak-anak ini juga punya kegiatan di luar latihan dan pertandingan bersama tim, misalnya ekstrakurikuler futsal dan sepak bola di sekolahnya. Namun, mereka belum bisa mengatur pola hidup dan pola makan sehingga kondisi fisik mereka jadi menurun,” kata Ferry Rumbayan, Pelatih Pelita.
Iskandar, Pelatih Matador Mekarsari, juga mengakui pemainnya belum mampu menjaga kondisi fisik mereka.
”Latihan fisik selalu saya lakukan setiap minggu. Bahkan latihan untuk menghadapi cuaca ekstrem juga saya lakukan dengan menjadwalkan latihan pada pukul dua siang. Namun, menjaga kondisi fisik sebenarnya harus berasal dari kesadaran para pemain sendiri,” kata Iskandar setelah pertandingan melawan Villa 2000.
Iskandar menambahkan, kondisi fisik yang menurun akan memengaruhi konsentrasi pemain selama bertanding. Hasil imbang melawan Villa di pekan ini juga disebabkan konsentrasi pemainnya berkurang, padahal secara teknik mereka bisa mengimbangi Villa.
Para pelatih tersebut berharap para pemain lebih serius lagi dalam mengatur pola hidup dan pola makan mereka ke depannya. Kompetisi yang panjang tidak hanya membutuhkan kualitas teknik para pemain, tetapi juga fisik yang prima. (DD03)