Ribuan Kilometer demi Menggapai Cita-cita
Semangat untuk menjadi anggota PB Djarum Kudus membuat sejumlah pebulu tangkis belia menembus jarak ribuan kilometer dari kotanya untuk datang ke Kudus, Jawa Tengah. Di kota inilah para pebulu tangkis PB Djarum digembleng.
Fadillah Adia Mekah Rivai, pebulu tangkis putri PB Loku di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, salah satunya. Gadis mungil yang terdaftar di kategori U-11 itu mengikuti audisi di Manado, Mei lalu, dan termasuk salah satu yang terseleksi menuju final audisi di Kudus.
Rudy Ginoga, Pelatih PB Loku yang mendampingi Fadillah selama di Kudus, menuturkan, perjalanan menuju Kudus dilalui sejak Selasa (5/9) dini hari WIB. ”Rombongan kecil kami berangkat pukul 04.30 dari Kotamobagu, langsung menuju Manado, yang ditempuh dalam perjalanan 4 jam,” ujar Rudy, Minggu (10/9).
Setiba di Manado, mereka langsung menuju Bandara Sam Ratulangi untuk menuju Surabaya dalam penerbangan 2,5 jam lamanya. ”Dari Surabaya, perjalanan kami lanjutkan dengan bus selama tujuh jam ke Kudus. Memang sangat lelah, tetapi bagi saya, itu terasa ringan karena Fadillah sangat bersemangat,” kata Rudy.
Fadillah bersama 66 pebulu tangkis lainnya pada Minggu sore dinyatakan lolos ke tahap karantina, yakni penyesuaian para calon atlet dengan suasana asrama PB Djarum. ”Kadang terjadi, atlet yang lolos seleksi dari sisi teknis dan fisik, tetapi dari sisi mental ternyata kurang siap tinggal jauh dari orangtua. Jika itu yang terjadi, kami lalu bertemu orangtua si atlet untuk mendiskusikan bagaimana solusinya,” ujar Manajer Komunikasi Bakti Olahraga Djarum Foundation Budi Darmawan.
Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi menambahkan, tim pelatih cukup lama menentukan 67 pemain yang lolos karantina, dari sebelumnya 112, karena banyak masalah terkait administrasi pemain. ”Data pemain yang dirasa meragukan, kami pastikan dulu bahwa itu tidak bermasalah supaya pembinaan ke depan juga lancar,” katanya.
Dari barat Nusantara
Jika Fadillah datang ke Kudus dari wilayah timur Indonesia, Nazura Trisyah menuju Kudus dari Aceh Barat, sisi barat Tanah Air. Seharusnya ia mengikuti audisi di Pekanbaru pada akhir Maret lalu. Namun, pada saat bersamaan Nazura harus berada di Jakarta untuk sebuah keperluan.
Karena itu, ia harus tampil di audisi di Surabaya, awal Agustus. Untuk bersiap diri sebelum bertanding di Surabaya, Nazura dititipkan ke pelatih PB Elang Nusantara di Palembang, Dwi Nur Supriyanto alias Anto. Di tangan Anto, yang juga pelatih eks pemain ganda putra nasional Alvent Yulianto, Nazura lolos ke final audisi.
”Nazura ini modalnya sudah bagus. Artinya, dasar permainan bulu tangkis sudah ada sejak berlatih di Aceh. Jadi, saya tinggal memperdalam akurasi pukulan dan kecepatan,” ujar Anto, yang juga menambahkan, kemauan kuat Nazura untuk menjadi pemain nasional memperlancar kematangan permainannya.
Bersama Fadillah, Nazura juga lolos ke tahap karantina. Kebanggaan Anto berlipat-lipat setelah dua anak didiknya selain Nazura, yakni Fajar Ilham dan Alfonsus, juga lolos karantina.
”Perjuangan anak-anak dari luar Jawa untuk menembus audisi PB Djarum tergolong luar biasa, salah satunya karena faktor jarak dan waktu tempuh. Nazura saja, untuk ikut audisi di Surabaya, sudah menghabiskan dana Rp 10 juta. Biaya kurang lebih sama juga harus dikeluarkan untuk final audisi di Kudus,” kata Anto, yang menjadi pelatih sejak 1993.
Ribuan kilometer yang harus ditempuh Fadillah dan Nazura tak menyurutkan tekad dan semangat mereka untuk menjadi pebulu tangkis nasional dan tampil di kancah dunia mewakili Indonesia. Seperti kata Fadillah, ”Saya senang lolos tahap karantina. Ingin jadi atlet nasional bela Indonesia.” (ADP)