DPR Kritisi Program Kerja Kemenpora

I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA

Suasana rapat kerja antara Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat dan Kementerian Pemuda dan Olahraga di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/9). Rapat kerja tersebut membahas postur anggaran dan kegiatan prioritas Kemenpora tahun 2018.

JAKARTA, KOMPAS — Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat mengritisi sejumlah program kerja Kementerian Pemuda dan Olahrga dalam rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/9). Menurut anggota Komisi X, ada sejumlah program kerja Kemenpora yang perlu disertai target dan indikator yang jelas.

Beberapa program kerja Kemenpora yang mendapat sorotan Komisi X DPR di antaranya Gala Desa, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP)/Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mahasiswa (PPLM), beasiswa S-2 untuk pemuda berprestasi, Kota Layak Pemuda, dan Pemuda Mandiri Membangun Desa. Anggota Komisi X DPR, Dadang Rusdiana, mengkritisi program beasiswa S-2 untuk pemuda berprestasi mesti diperjelas terkait kerja sama dengan perguruan tinggi mana saja dan kriteria pemuda yang layak mendapat beasiswa tersebut.

Program lain yang dikiritisi Dadang adalah Program Pemuda Mandiri Membangun Desa. Menurut Dadang, program ini beririsan dengan program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

”Bagaimana sistem perekrutan pemudanya? Lagi pula ini, kan, ada program-program Kementerian Desa yang hampir serupa?” kata Dadang.

Lebih lanjut, Dadang mengaku kurang puas dengan kinerja Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan dan PPLP/PPLM. Menurut dia, keberadaan SKO Ragunan dan PPLP/PPLM masih ”jauh panggang dari api” dalam kaitannya dengan mengejar prestasi olahraga Indonesia.

I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi bersalaman seusai rapat kerja.

Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora Raden Isnanta mengakui, jumlah cabang olahraga yang diselenggarakan di PPLP/PPLM salah sasaran. Saat ini, kata dia, hanya terdapat 21 cabang olahraga yang dibina. Menurut Raden, PPLP/PPLM tidak mempunyai cabang olahraga yang relatif mahal seperti menambak.

”Belum semua PPLP/PPLM ini mampu menampung cabang yang dibina untuk menerobos ke level internasional,” katanya. (DD10)