Poco-poco Diharapkan Bisa Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Senam poco-poco diharapkan bisa menjadi salah satu warisan budaya yang dipertahankan oleh masyarakat di tengah maraknya kemunculan senam asing, seperti zumba dari Amerika Latin. Selain itu, minat anak muda juga perlu ditingkatkan untuk menghapus kesan poco-poco merupakan senam zaman dulu yang hanya dilakukan oleh orang tua.
Deputi Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta mengatakan, saat ini di Indonesia sudah muncul berbagai senam asing, contohnya zumba dari Amerika latin dan gangnam style dari Korea. Menurut Isnanta, hal itu merupakan hal yang wajar, tetapi masyarakat juga seharusnya bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri. Salah satu senam yang bisa dipopulerkan adalah senam poco-poco dari Manado, Sulawesi Utara.
”Dengan perkembangannya saat ini, gerakan poco-poco juga sudah mengalami modifikasi sehingga menjadi lebih menarik untuk dipraktikkan. Diharapkan, sebelum masuk ke kancah internasional, senam poco-poco setidaknya bisa menjadi tuan rumah dulu di negeri sendiri,”ujar tutur Isnanta dalam Konfrensi Pers Lomba Senam Poco-poco Nusantara Tingkat Nusantara Ke-6 yang diselenggarakan di Media Center Graha Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Selasa (19/9).
Konferensi pers tersebut juga dihadiri Ketua DPP Federasi Olahraga Kreasi Budaya Indonesia (FOKBI) Sapta Nirwandar; pembina Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenpora, Shobibah Rohmah, Ketua Pelaksana Lomba Senam Poco-poco Nusantara Sudarminto Wignyo; dan ketua dewan juri lomba, Lily G Karmel.
VIDEO LIPUTAN OLEH DHANANG DAVID ARITONANG
Ubah cara pandang
Sapta mengatakan, dengan diadakannya lomba kali ini, diharapkan itu dapat mengubah cara pandang masyarakat mengenai poco-poco yang terkesan zaman dulu dan tidak diminati oleh anak muda yang sebagian besar generasi milenial. Menurut dia, saat ini gerakan poco-poco sudah lebih dinamis dan malah sulit dilakukan oleh orang tua.
”Contohnya adalah peserta dari Palembang tahun lalu yang semua anggotanya adalah anak muda. Mereka mencampurkan dasar poco-poco dengan gerakan tarian dari daerah lain sehingga mendapatkan juara pertama,” kata Sapta.
Selain itu, lomba ini juga diharapkan menjadi pemacu agar poco-poco bisa dikenal di dunia internasional. Shobibah mengatakan, dengan adanya perlombaan ini, diharapkan Indonesia bisa memecahkan rekor dunia tahun depan. ”Tahun depan, dengan dukungan dan permintaan dari Ibu Negara, diharapkan poco-poco bisa mecahkan rekor dunia,” kata Shobibah.
Menurut rencana, pada 5 Agustus 2018 akan dilaksanakan pemecahan rekor dunia dengan sebanyak 1 juta orang akan melakukan gerakan poco-poco di sejumlah daerah di Nusantara dalam waktu yang bersamaan. Pemecahan rekor ini juga sebagai persiapan penyelenggaraan Asian Games 2018.
Lily menambahkan, saat ini sudah ada sekitar 1.000 lebih jumlah peserta yang medaftarkan lomba poco-poco ini. Lomba poco-poco tingkat Nusantara ini merupakan agenda FOKBI yang bekerja sama dengan DWP Kemenpora untuk memperebutkan Piala Ibu Negara dan Piala Menpora. Lomba akan diadakan pada 23 September 2017 di Sport Mall Kelapa Gading, Jakarta. (DD05)