Inisiatif Menjaga Status Cabang Olimpiade
MAGELANG, KOMPAS — Indonesia berusaha menjaga bulu tangkis tetap sebagai cabang Olimpiade dengan menyemai olahraga itu di negara-negara lain, terutama di luar Asia. Jika bulu tangkis tumbuh dan berkembang di sejumlah negara, persaingan diharapkan semakin ketat sehingga status sebagai cabang Olimpiade tak terusik."Jika hanya mahir dimainkan oleh atlet-atlet di Benua Asia, kami khawatir nanti olahraga bulu tangkis dicoret dari daftar cabang olahraga Olimpiade," ujar legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata, dalam jumpa pers Training Camp 2017 di GOR Djarum, Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (5/10).Pemusatan latihan yang diselenggarakan Djarum Foundation menjelang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2017 di Yogyakarta ini diikuti 35 atlet yunior berusia 14-18 tahun dari tujuh negara, yaitu Brasil, Bulgaria, Armenia, Georgia, Selandia Baru, Timor-Leste, dan Australia. Hal ini merupakan salah satu usaha menyemai olahraga bulu tangkis ke seluruh dunia. Selama latihan, banyak di antara peserta yang belum mampu melakukan gerakan pemanasan yang benar karena tidak mengetahui teknik yang tepat.Terkait potensi pencoretan bulu tangkis dari Olimpiade, wacana itu pernah menguat menyusul pelanggaran delapan atlet China, Indonesia, dan Korea Selatan yang sengaja mengalah di Olimpiade London 2012. Pelanggaran sportivitas tersebut memperkuat wacana pencoretan bulu tangkis, yang juga dinilai hanya milik negara-negara Asia.Christian, juara dunia ganda putra (bersama Ade Chandra) dan campuran (bersama Imelda Wiguna) pada 1980 itu, mengatakan, selama ini, mayoritas pemain bulu tangkis yang menonjol dan banyak mencetak prestasi berasal dari negara-negara di Asia, seperti China, Indonesia, dan Malaysia. Sementara negara Eropa yang menonjol untuk sementara ini hanya Denmark.Wakil Ketua Training Camp 2017 Yuni Kartika mengatakan, pemusatan latihan yang baru dilaksanakan pertama kali ini hanya menerima peserta dari negara-negara di mana olahraga bulu tangkis belum berkembang.Ajang ini, menurut Yuni, semakin membuka wawasan dari wakil tujuh negara tersebut, dan membuat mereka semakin tertarik bermain bulu tangkis. Mereka juga berminat mengembangkan bulu tangkis dengan dukungan pembinaan dari pelatih-pelatih Indonesia. "Bulgaria, misalnya, bahkan membuat daftar pertanyaan panjang, termasuk di antaranya mereka bertanya apakah mereka bisa membawa salah satu atlet atau pelatih Indonesia untuk membina atlet bulu tangkis di sana," ujar mantan atlet bulu tangkis era 1990-an itu.Yuni mengatakan, selama ini, para pelatih Indonesia sudah disibukkan dengan agenda pelatihan atlet-atlet asing. "Menyesuaikan permintaan dan kebutuhan dari negara asing tersebut, pelatihan bisa diselenggarakan di Indonesia, atau di negara pengundang," ujarnya. (EGI)