logo Kompas.id
OlahragaGanti Saja Nakhodanya
Iklan

Ganti Saja Nakhodanya

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Ketua Satlak Prima Achmad Soetjipto meminta dirinya saja yang diganti, tetapi jangan Satlak Prima yang dibubarkan. Prima adalah embrio program pembinaan atlet elite pada masa depan, yang juga sudah dimiliki beberapa negara. Program pembinaan atlet yang disusun Prima pun layak diteruskan.Hal itu disampaikan Soetjipto di Jakarta, Jumat (13/10). "Jika kegagalan SEA Games Kuala Lumpur 2017 dijadikan alasan, saya sebagai komandan siap bertanggung jawab. Jangan Prima yang dibubarkan, tetapi saya saja yang diganti dengan orang yang dinilai lebih baik, lebih profesional, dan lebih berdedikasi. Itu demi kemajuan olahraga Indonesia ke depan," papar Soetjipto.Dia menekankan, semua negara yang sukses dalam olahraga telah memiliki program semacam Prima. Namun, karena investasinya besar, sepenuhnya dipegang pemerintah. "Tradisi ini harus dijalankan ke depan. Ganti saja nakhodanya jika gagal, bukan kapalnya yang dikaramkan. Sangat sulit bagi seorang pemimpin manakala sudah tidak dipercaya lagi," ujarnya.Soetjipto menguraikan, Satlak Prima sudah menyusun program pembinaan atlet elite dan perangkat-perangkatnya. Program yang dibuat pun tidak sembarangan sehingga bisa diuji kelayakannya."Kenapa? Karena kita mengacu pada sistem lembaga se-jenis dari negara-negara yang sukses prestasinya. Ini, kan, investasi yang patut dipertahankan," paparnya.Ia mengakui, program Prima belum sempurna, tetapi bisa dijadikan acuan dalam menyiapkan atlet menuju Asian Games 2018 yang tinggal 11 lagi.Kekhawatiran pembubaran Satlak Prima mencuat seiring beredarnya Rancangan Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional yang ditandatangani Wakil Presiden Jusuf Kalla. Inti rancangan itu, penyederhanaan birokrasi pengelolaan olahraga, dengan meniadakan Satlak Prima.Suasana pelatnasMenteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, kemarin, menegaskan, apa pun isu Satlak Prima, hal itu tidak boleh mengganggu konsentrasi atlet yang sudah masuk pelatnas per 1 Oktober. Pemerintah masih membahas langkah yang akan diambil.Dari cabang atletik, terpencarnya tempat berlatih menjadi kendala dalam persiapan atlet untuk Asian Games 2018. "Susah koordinasinya, ada yang di GOR Rawamangun, Stadion Pakansari Cibinong dan di Bali. Idealnya latihan di satu tempat, Stadion Madya," kata Ketua Umum PB PASI Bob Hasan.Di GOR Rawamangun, kondisi pelatnas kurang kondusif karena para atlet harus berbagi tempat dengan masyarakat umum di lintasan lari dan area lapangan di dalam GOR. "Latihan kami tidak fokus karena tempat ini juga digunakan masyarakat. Jadi, kami kalau mau lari, lihat-lihat dulu, takut nabrak orang, yang bisa bikin cedera," kata pelari gawang putri Emilia Nova.Emilia dan atlet lainnya berusaha menyiasati persoalan itu dengan berlatih lebih siang guna menghindari ramainya warga yang menggunakan GOR. "Sebenarnya latihannya jadi sedikit dan itu rentan cedera. Idealnya latihan dilakukan sekitar pukul 06.00 dan pukul 16.00 mulainya. Akan tetapi, saya pilih menghindari keramaian agar tak mengganggu konsentrasi," ujarnya.Atlet loncat galah Teuku Tegar Abadi menambahkan, aturannya lintasan 1 dan 2 GOR tidak boleh digunakan masyarakat, khusus untuk atlet. "Namun, itu tetap dilanggar," ujar Tegar.Sementara itu, lifter peraih emas SEA Games 2017, Deni, mengatakan, belum ada pemanggilan resmi dari PB PABBSI kepada 11 atlet angkat besi yang diproyeksikan mengikuti pelatnas. Namun, dirinya berinisiatif datang lebih dulu ke pelatnas meski belum ada kepastian jadwal berkumpul di Jakarta."Senin (16/10), kemungkinan kami sudah bisa latihan bareng," ucap Deni di Mess Kwini, Jakarta. Guna menjaga kondisi, Deni berlatih tiga kali dalam sepekan. (DD10/DD14/OKI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000