Chelsea Semakin Rapuh Tanpa Kante dan Moses
ROMA, SELASA — AS Roma tampil mengejutkan dengan menggilas Chelsea, 3-0, dalam laga Grup C Liga Champions di Stadion Olimpico, Rabu (1/11) dini hari WIB. Melalui kemenangan telak ini, Roma menguak krisis "The Blues" yang semakin rapuh tanpa N\'Golo Kante dan Victor Moses.
Setelah menggunakan formasi 3-5-2 saat susah payah menyamakan kedudukan 3-3 ketika menjamu Roma di Stadion Stamford Bridge, dua pekan lalu, Pelatih Chelsea Antonio Conte kembali mengubah formasi timnya. Di Stadion Olimpico, Conte menggunakan formasi 3-4-3 dengan menarik David Luiz dari posisi gelandang bertahan kembali ke bek tengah.
Conte berupaya menyiasati absennya dua pemain pilarnya, yakni gelandang N\'Golo Kante dan bek sayap kanan Victor Moses yang belum pulih dari cedera, dengan merombak formasi permainan. Tanpa Kante, Chelsea seperti kehilangan mesin di lini tengah.
"Cedera Moses juga kerugian besar. Pertahanan Chelsea melemah," kata mantan pemain Chelsea, Frank Lampard, seperti dikutip Daily Star.
Cesar Azpilicueta yang menggantikan Moses tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Akibatnya, Roma mampu mempermainkan lini tengah dan belakang Chelsea yang tidak terorganisasi dengan baik.
Titik lemah itu memudahkan penyerang Roma Stephan El Shaarawy bisa mencetak gol pertamanya pada menit pertama. Pemain berjuluk "Firaun" itu kembali menjebol gawang Chelsea pada menit ke-36.
Namun, bukan berarti The Blues tidak bisa menyerang. Dari data statistik laga, Chelsea dan Roma sama-sama melepaskan enam tendangan tepat ke gawang. Namun, beberapa tembakan Chelsea yang dihasilkan Eden Hazard, Marcos Alonso, dan Pedro Rodriguez bisa ditahan kiper Roma, Alisson Becker, yang malam itu tampil cemerlang.
Sementara serangan Roma lebih tajam berkat Edin Dzeko. Sebagai striker utama, Dzeko bertugas mencetak gol sekaligus membuyarkan konsentrasi para pemain belakang Chelsea.
Gol pertama El Shaarawy, misalnya, tercipta ketika Dzeko diimpit dua bek Chelsea, David Luiz dan Antonio Rudiger. Namun, dengan cerdik Dzeko menyundul bola ke arah El Shaarawy yang punya ruang terbuka untuk menembak.
Itulah kesalahan fatal pemain belakang Chelsea. Mereka terlalu fokus mengepung Dzeko dan mengabaikan "mesin gol" Roma lainnya.
"Kami kurang dalam banyak hal, dan Roma membuktikan bahwa mereka lebih lapar daripada kami," kata Conte.
Mantan pelatih tim nasional Italia dan Juventus ini mengakui, timnya sangat inkonsisten musim ini. Penampilan mereka naik turun karena sejumlah pemain cedera. Chelsea belum memiliki pemain pelapis yang bisa diandalkan dalam situasi genting.
Berbeda dengan Roma yang pada musim ini justru semakin matang di bawah asuhan Pelatih Eusebio Di Francesco. Musim lalu mereka bahkan tersingkir pada babak play off Liga Champions. "Kemenangan ini menunjukkan kami sudah berkembang. Namun, ini baru titik awal kami," kata Di Francesco.
Meski musim ini telah kehilangan Franscesco Totti, Mohamed Salah, dan Antonio Rudiger, Roma tetap solid. Di Francesco cerdik melihat potensi anak-anak asuhnya, termasuk membangkitkan "insting membunuh" El Shaarawy.
"Ini malam yang sulit dilupakan sepanjang hidupku," kata El Shaarawy yang bergabung dengan Roma pada Januari 2016. Selain mencetak dua gol di Liga Champions, pemain berusia 25 tahun ini telah menyumbang tiga gol di Serie A musim ini.
Atletico terancam
Meski kalah, Chelsea masih beruntung karena pada laga lainnya, Atletico Madrid ditahan Qarabag, 1-1. Dengan mengemas tujuh poin dan berada di posisi kedua klasemen, Chelsea masih punya kans besar melaju ke babak 16 besar.
Atletico yang pada musim lalu bisa menembus semifinal kini terancam tersingkir lebih awal. Tim asuhan Pelatih Diego Simeone ini baru mengemas tiga poin dan berada di posisi ketiga.
Target menang atas Qarabag meleset sehingga laju Atletico semakin berat. Atletico belum tentu lolos ke babak 16 besar meskipun dalam dua laga terakhir menang atas Roma dan Chelsea.
"Tim tetap bermain bagus. Kami hanya harus tetap percaya kepada diri sendiri," ujar Simeone. (AP/AFP/Reuters/DEN)