logo Kompas.id
OlahragaPil Pahit Terdegradasi akibat ...
Iklan

Pil Pahit Terdegradasi akibat Regulasi

Oleh
· 3 menit baca

Regulasi liga yang kontroversial, seperti aturan penggunaan pemain U-23 dan penghapusan tiba-tiba aturan itu, disinyalir jadi biang keladi kegagalan sejumlah tim di Go-jek Traveloka Liga 1 tahun 2017.Saat awal regulasi itu diterapkan, banyak tim kesulitan mencari pemain U-23 berkualitas. Namun, saat tim yang mulai terbiasa dengan aturan itu dan selanjutnya aturan itu dihapus, mereka tidak mampu merombak tim yang lebih baik.Puncaknya, regulasi itu membuat sejumlah tim terpuruk, bahkan akhirnya terlempar ke jurang degradasi. Hal ini dialami Semen Padang FC yang terdegradasi ke Liga 2 walau telah berjuang dan menang 2-0 atas tamunya, PS TNI, dalam laga pamungkas Liga 1, Minggu (12/11).Adapun Persiba Balikpapan dan Persegres Gresik United lebih tragis. Persiba resmi terdegradasi setelah kalah 3-4 dari tamunya, Madura United, pada pekan ke-32 Liga 1, Minggu (29/10). Sementara Persegres resmi terdegradasi setelah kalah 2-4 dari tamunya, Mitra Kukar, pada pekan ke-28, Sabtu (7/10).Manajer Semen Padang Win Bernadino ketika dihubungi dari Jakarta mengatakan, awalnya persiapan Semen Padang sangat baik. Tim yang berdiri pada 1980 itu meraih peringkat keempat turnamen Piala Presiden 2017, yang digelar pada 4 Februari-12 Maret.Namun, jelang Liga 1 dimulai, tiba-tiba Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengeluarkan regulasi kewajiban tim Liga 1 mengontrak lima pemain U-23. Tim pun diwajibkan memainkan minimal tiga pemain U-23 itu selama 45 menit di tiap laga. Kondisi itu membuat "Kabau Sirah", julukan Semen Padang, kelabakan. Mereka harus mencari lima pemain U-23 dalam tempo lebih kurang sebulan sebelum Liga 1 dimulai 15 April. Dalam waktu sesingkat itu, mereka kesulitan mencari pemain U-23 yang berkualitas. Dengan pemain seadanya, Semen Padang terseok-seok di awal Liga 1."Pemain U-23 kami belum memiliki mental bertanding di kompetisi tertinggi," ucap Win.Win melanjutkan, kondisi itu diperparah ketika PSSI menghapus regulasi penggunaan pemain U-23 mulai 31 Agustus setelah bursa transfer putaran kedua. "Padahal, kami telah berupaya membenahi pemain U-23 yang dimiliki," ujarnya.Hingga akhir Liga 1, anak asuhan pelatih Syafrianto Rusli itu hanya meraih 35 poin dan duduk di peringkat ke-16. Mereka hanya menang 9 kali, seri 8 kali, dan kalah 17 kali. Mereka pun hanya menciptakan 32 gol dan kebobolan hingga 52 gol.Jadwal padatSelain faktor regulasi yang membingungkan, Pelatih Persiba Hariyadi mengatakan, timnya juga kesulitan beradaptasi dengan jadwal pertandingan yang terlampau padat. Bahkan, rata-rata Persiba harus bermain tiap empat hari sekali. "Pemain tidak memiliki waktu pemulihan lagi," katanya.Akibatnya, Persiba banyak kehilangan pemain akibat cedera. Salah satunya penyerang asal Brasil, Marlon Da Silva, yang cedera lutut lebih kurang satu bulan. Kondisi diperparah karena "Beruang Madu", julukan Persiba, tidak memiliki banyak pemain berkualitas.Hingga akhir Liga 1, Persiba hanya mengumpulkan 27 poin dan duduk di posisi ke-17. Mereka hanya menang 7 kali, seri 6 kali, dan kalah 21 kali, dengan torehan menciptakan 41 gol dan kebobolan hingga 62 gol.Masalah keuanganSelain regulasi dan jadwal padat Liga 1, keterpurukan Presegres juga dipengaruhi masalah keuangan tim. Pelatih Persegres Hanafi mengutarakan, manajemen beberapa kali telat membayar gaji pemain. Akibatnya, pemain kehilangan motivasi berlatih dan bertanding.Puncaknya, tim yang berdiri pada 2005 itu dihajar tuan rumah Sriwijaya FC dengan skor 2-10 pada pekan ke-33, Minggu (5/11). Skor itu rekor kekalahan terbesar di Liga 1.Hingga akhir Liga 1, "Kebo Giras", julukan Persegres, hanya mengumpulkan 10 poin dan duduk di posisi ke-18. Tim berseragam kuning-biru itu hanya menang 2 kali, seri 4 kali, dan kalah 27 kali. Mereka hanya memasukkan 26 gol dan kebobolan hingga 104 gol. Angka kebobolan itu rekor rerbesar di sejarah Liga Indonesia.Mantan pemain timnas Indonesia era 1970-1980-an, Dede Sulaeman, menilai, regulasi penggunaan pemain U-23 memang cukup kontroversial sebab pemain U-23 tak seharusnya dipaksakan bermain di kompetisi tertinggi. Mereka sebaiknya dibina dulu dalam kompetisi kelompok usianya. Setelah matang, mereka baru bisa dibawa ke kompetisi tertinggi.(ACI/BRO/DRI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000