logo Kompas.id
Olahraga"Sport Science" Tidak Bisa...
Iklan

"Sport Science" Tidak Bisa Jadi Jalan Pintas

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Penerapan ilmu pengetahuan dalam olahraga atau sport science tidak bisa dituntut menghasilkan prestasi secara instan. Australia berpengalaman menerapkannya dalam bentuk program olahraga performa tinggi sejak awal 1990-an. Hasilnya baru mereka petik satu dekade berikutnya, pada Olimpiade Sydney 2000. Profesor Madya Biomekanika Universitas Canberra Nick Ball, di Jakarta, Selasa (21/11), mengatakan, perolehan 16 medali emas, 25 perak, dan 17 perunggu pada Olimpiade Sydney 2000 adalah buah keberhasilan program olahraga performa tinggi. Program itu disusun menggunakan prinsip ilmu keolahragaan, di antaranya biomekanika, kekuatan dan pengondisian (strength and conditioning), kedokteran olahraga, teknologi olahraga, dan literasi fisik yang dipelajari di universitas setidaknya selama 10 tahun. "Kami perlu melewati dua Olimpiade, Barcelona 1992 dan Atlanta 1996, untuk menuai keberhasilan program ini," kata Ball dalam diskusi Bagaimana Membentuk Atlet Beperforma Tinggi di Kedubes Australia. Diskusi itu juga menghadirkan dosen Analisis Olahraga Universitas Canberra, Jocelyn Mara; Kepala Pelatih Program Center of Excellence Putri Asosiasi Bola Basket Australia, Kristen Veal; dan mantan pemain sepak bola putri Canberra United, Holly Houston.Program performa tinggi salah satunya diterapkan klub sepak bola putri Canberra United. Mara, Ketua Tim Analisis Canberra United 2017-2018, mendampingi tim bersama empat mahasiswa. Dua orang bertugas mengumpulkan data global positioning system (GPS) atlet saat latihan dengan aplikasi GPSports. Dua mahasiswa lain membuat analisis video pertandingan. "Dari data GPS saya menilai bagaimana kemampuan gerak atlet, sedangkan rekaman pertandingan berfungsi menganalisis teknik dan taktik," ujarnya. Di samping itu ada fisioterapis dan dokter olahraga yang senantiasa melaporkan kondisi atlet. Hasil pemantauan ini menjadi acuan pelatih menentukan program latihan. Karena itu, komunikasi pelatih dan para ilmuwan olahraga tidak bisa terputus. Hal itu juga dirasakan Veal. Pelatih yang pernah bermain di kompetisi basket putri WNBA itu mengatakan, komunikasi dengan dokter olahraga pendamping perlu terjaga. Sebab, dokter yang mampu menerjemahkan data pemeriksaan, yang digunakan untuk memastikan kebugaran atlet dan menjaga risiko cedera. Bagi Veal, program olahraga performa tinggi tidak hanya membawa Australia sukses pada Olimpiade 2000, juga memastikan prestasi berlanjut. Kini, tim bola basket putri Australia menempati peringkat kelima dunia. Pembinaan strukturalProgram olahraga performa tinggi tidak hanya diterapkan bagi atlet profesional. Pemerintah dan universitas bekerja sama menyusun program pembinaan olahraga anak-anak secara berjenjang sesuai kelompok usia. Anak usia 5-10 tahun tidak diperkenankan memilih cabang olahraga kecuali atletik. Mereka diarahkan mempelajari gerakan dasar atletik, yakni lari, lompat, dan lempar. "Atletik adalah gerak dasar yang penting bagi anak- anak, sehingga saat usia mereka cukup untuk memilih cabang olahraga, gerakan dasar mereka sudah baik," ujar Ball. Saat memilih cabang olahraga, anak-anak harus mematuhi koridor pembinaan, berkompetisi sesuai kelompok umur. Pemenangnya mendapat latihan tambahan dan pemain terbaik dibina secara khusus di Universitas Canberra. Pembinaan struktural ini tak hanya melatih kemampuan olahraga performa tinggi, juga membangun pola pikir performa tinggi pada masyarakat. "Investasi dalam bidang olahraga hasilnya tidak bisa dinikmati secara langsung," katanya. (DD01)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000