logo Kompas.id
OlahragaPerancis Ingin Hindari...
Iklan

Perancis Ingin Hindari "Kutukan" Tuan Rumah

Oleh
· 3 menit baca

LILLE, JUMAT — Dalam empat tahun terakhir, tim tuan rumah selalu takluk dalam final kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis Grup Dunia. Perancis, yang menjamu Belgia, dalam final 2017 di Stade Pierre Mauroy, Lille, 24-26 November, ingin menghindari "kutukan" itu.Berkekuatan empat petenis, dua di antaranya petenis di peringkat 20 besar dunia, Jo-Wilfried Tsonga (15) dan Lucas Pouille (18), Perancis menjamu Belgia. Tim tamu yang menjadi finalis Piala Davis 2015 ini dipimpin David Goffin (7). Pekan lalu, Goffin menjalani pekan terbaiknya sebagai petenis profesional ketika menjadi finalis turnamen Final ATP di London, Inggris, 12-19 November. Dalam perjalanan menuju final, Goffin menaklukkan dua petenis peringkat teratas dunia, Rafael Nadal dan Roger Federer. Itu menjadi kemenangan pertama Goffin atas kedua petenis tersebut.Goffin tampil pada laga pertama melawan Pouille, Jumat (24/11), diikuti pertemuan Tsonga dan Steve Darcis. Hingga pukul 21.30 WIB, dalam pertandingan yang menggunakan format best of five sets, Goffin unggul, 7-5, 6-3. Mempertandingkan empat tunggal dan satu ganda, Piala Davis berlangsung dalam tiga hari. Hari pertama dan ketiga terdiri dari dua tunggal, sementara hari kedua mempertandingkan nomor ganda. Pemenang adalah tim yang memenangi tiga laga terlebih dahulu."Satu tahap lagi kami akan mempersembahkan trofi juara untuk negara," tegas Tsonga sebelum melawan Darcis, dikutip dari laman resmi Piala Davis. Petenis nomor satu Perancis itu tampil di Piala Davis sejak 2008. Menjadi bagian dari tim ketika menjamu Swiss pada final 2014, di tempat yang sama dengan final tahun ini, Tsonga berpengalaman merasakan kekalahan di depan publik sendiri. Perancis pun menjadi salah satu dari empat negara yang ditaklukkan tim tamu dalam final empat tahun terakhir. Setahun sebelum Perancis ditaklukkan Swiss, tuan rumah Serbia harus mengakui keunggulan Ceko. Pada 2015, Belgia kalah dari Inggris Raya yang diperkuat Andy Murray. Adapun Argentina mengalahkan tuan rumah, Kroasia, pada 2016. Dipimpin kapten tim Yannick Noah, Perancis tak ingin mengulang pengalaman ketika dikalahkan Roger Federer dan kawan-kawan, 1-3. Apalagi, mereka telah menanti 16 tahun untuk mengangkat kembali trofi juara dengan tinggi 110 cm, berdiameter 107 cm, dan berat 105 kg itu. Perancis telah sembilan kali menjuarai kejuaraan yang digelar sejak 1900 itu. Namun, gelar terakhir didapat pada 2001.Noah, yang tak pernah menjuarai Piala Davis semasa menjadi petenis pada 1977-1996, berambisi mengantarkan Perancis menjadi juara untuk ketiga kalinya sebagai kapten setelah 1991 dan 1996. "Itulah yang ingin saya lakukan akhir pekan ini, mencatatkan sejarah untuk tenis Perancis. Kami pernah juara, tetapi itu sudah lama tak terjadi. Tahun ini, kami menantikan kembalinya momen juara," kata mantan petenis berusia 57 tahun itu. (AP/IYA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000