2018, Tahun Penentuan bagi Sean Gelael
Pebalap Indonesia, Sean Gelael, baru mengakhiri balapan F2 musim 2017 bersama tim Pertamina Arden, Minggu (26/11), di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Hasil yang diperoleh Sean pada tahun ketiganya di F2 (dulu bernama GP2) masih mengecewakan, sama seperti dua musim sebelumnya.
Pada musim 2017, Sean menempati posisi ke-15 dengan 17 poin. Raihan itu lebih buruk dibandingkan dengan musim 2016 saat Sean mengumpulkan 24 poin meski sama-sama menempati posisi ke-15. Pada musim 2015, Sean gagal meraih poin karena baru beradaptasi dan hanya mengikuti setengah musim.
Kondisi tim yang buruk dan mobil balap yang tidak memadai dituding menjadi penyebab buruknya penampilan Sean. Kepergian para mekanik senior, buruknya sistem pengadaan suku cadang mobil, sampai konflik terselubung di antara para mekanik pengganti berujung pada kualitas mobil yang tidak andal.
Padahal, mobil yang andal dan cepat jadi salah satu dari dua faktor utama penentu kemenangan. Kemampuan pebalap adalah faktor utama lainnya.
Semua mobil F2 berasal dari satu pabrikan dan dengan spesifikasi yang sama atau one make car. Namun, tiap tim boleh menggunakan suku cadang berbeda yang dianggap sesuai dengan rencana pengembangan.
Pada kasus Charles Leclerc, pebalap tim Prema Racing yang menjuarai F2 2017, kedua faktor utama itu bertemu jadi satu. Dengan para mekanik terbaik dan pendanaan yang lancar untuk mendatangkan berbagai suku cadang terbaik, tim Prema menyediakan mobil yang sangat prima bagi Leclerc.
Pebalap binaan tim Ferrari itu juga cerdas, memiliki insting balap yang tajam, dan keberanian tinggi. Hal itu membuat Leclerc menjadi juara pada tahun pertamanya di F2.
Leclerc dikabarkan bakal direkrut tim Sauber menjadi pebalap F1 musim 2018. Sauber tertarik pada kemampuan pebalap berusia 20 tahun itu. Selain itu, Ferrari juga meminta Sauber merekrut pebalap muda binaannya itu sebagai syarat penggunaan mesin Ferrari.
Tahun penentuan
Pada musim 2018, Sean akan berlomba di bawah bendera tim Prema. Tim terbaik kedua pada ajang F2 2017 itu bakal menyediakan mobil terbaik bagi Sean, seperti yang mereka lakukan kepada Charles Leclerc.
Dengan spesifikasi mesin yang tidak berubah, mobil yang dibangun Prema pada 2018 bakal semakin bagus. Hal itu jadi kesempatan terbaik bagi Sean untuk menembus lima besar.
Sean harus membuktikan diri bahwa dia juga cerdas, memiliki insting yang tajam, dan keberanian yang tinggi pada balap F2. Jika berhasil, Sean akan dilirik tim-tim F1 untuk menjadi pebalap pada musim 2019.
Saat ini, Sean dekat dengan tim Toro Rosso yang memberinya kesempatan melakukan uji coba mobil F1 untuk 2018 di Sirkuit Yas Marina pada Selasa (28/11) dan Rabu (29/11). Toro Rosso juga siap menerima Sean menjadi pebalap, tetapi dia harus menunjukkan prestasi di F2.
"Pintu kami terbuka baginya, tetapi semua itu tergantung dari penampilan Sean sebagai pebalap. Sean harus meraih hasil bagus pada musim 2018," kata Franz Tost, ketua tim Toro Rosso.
Jika menembus lima besar F2 2018, Sean akan lebih mudah masuk ke F1 pada 2019. Indonesia akan bangga karena ada lagi pebalap yang berlaga di F1, menggantikan Rio Haryanto.
Sebaliknya, jika gagal berprestasi di F2 meski sudah didukung tim terbaik dan dilengkapi mobil terbaik, pebalap 21 tahun itu sebaiknya mempertimbangkan untuk meniti jalur karier lainnya.
(Emilius Caesar Alexey)