Melenggang Tanpa Bintang
MOSKWA, JUMAT — Meskipun tidak berstatus sebagai tim unggulan, beberapa negara menarik perhatian karena lolos ke Piala Dunia Rusia 2018 untuk pertama kali atau kembali ke ajang itu setelah absen berpuluh tahun. Perjuangan mereka lebih menarik karena melenggang tanpa pemain bintang.
Dua negara yang lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya adalah Eslandia dan Panama. Sedangkan negara-negara yang kembali lolos ke babak utama Piala Dunia setelah menunggu selama belasan hingga puluhan tahun adalah Peru, Senegal, Mesir, dan Maroko.
Lolosnya Eslandia ke Piala Dunia Rusia 2018 membuat dunia terkejut, karena negara itu merupakan negara terkecil keenam di Asosiasi Sepak Bola Eropa atau UEFA. Eslandia juga tidak pernah berprestasi di tingkat Eropa, tetapi lolos ke Piala Dunia sebagai pemuncak Grup I.
Sebelumnya, sepak bola Eslandia selalu tertinggal di tingkat Eropa. Namun, program UEFA untuk membantu Eslandia pada 2003 menjadi titik balik. UEFA membantu peningkatan sepak bola usia dini dengan membangun lebih dari 100 lapangan sintetis di berbagai sekolah. UEFA juga mempermudah pelatih sepak bola Eslandia mengikuti kursus dan mengambil sertifikasi A dan B UEFA. Sebelumnya, tidak ada pelatih Eslandia yang memiliki sertifikasi itu.
Program dari UEFA itu berhasil menciptakan banyak pemain muda berbakat. Dari tingkat sekolah menengah, mereka direkrut oleh klub-klub nasional.
Karena iklim kompetisi di Eslandia kurang bagus, klub-klub itu bergerilya untuk menawarkan pemain mereka ke klub-klub di daratan Eropa. Tujuannya agar para pemain itu dimatangkan di kompetisi yang ketat.
Semula, klub di Denmark, Norwegia, dan Finlandia menjadi tujuan utama. Setelah itu, mereka merambah ke klub di negara-negara Eropa lainnya.
Pada 2011, timnas U-21 Eslandia menembus Piala Eropa U-21 untuk pertama kalinya. Para pemain itu yang menjadi tulang punggung timnas Eslandia saat ini. Hanya Gylfi Sigurdsson dari klub Everton yang menonjol dari Eslandia. Selain dia, tidak ada pemain yang terkenal
"Para pemain kami adalah para pekerja keras, baik di saat berlatih maupun bertanding. Status bukan unggulan justru memudahkan kami untuk tampil tanpa tekanan," kata Heimir Hallgrimsson, pelatih Eslandia, yang juga berprofesi sebagai dokter gigi.
Persiapan Panama
Seperti Eslandia, Panama juga lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya. Keberhasilan Panama kali ini berkat persiapan yang panjang dan pelatih yang cerdik serta berpengalaman membawa tim ke Piala Dunia.
Pelatih itu adalah Hernan Dario Gomez. Pada Piala Dunia 1990 dan 1994, Gomez menjadi asisten pelatih timnas Kolombia. Pada 1998, Gomez menjadi pelatih yang meloloskan Kolombia ke Piala Dunia di Perancis.
Pada 2002, giliran Ekuador yang dibawa Gomez ke Piala Dunia untuk pertama kalinya. Berdasar rentetan pencapaian itu, Panama merekrut Gomez sebagai pelatih pada 2014.
Panama tidak memiliki pemain bintang, tetapi Gomez meracik semua talenta lokal menjadi tim yang kuat. Mantan gelandang bertahan itu, memperkuat pertahanan terlebih dahulu, baru menyusun lini serang yang bermain efektif. Di bawah asuhan Gomez, Panama menjadi tim peringkat ke-3 pada Piala Emas CONCACAF dan Piala Centroamericana 2015, serta runner-up Piala Centroamericana 2017.
Gomez mempertahankan para pemainnya untuk membentuk tim yang kokoh dan saling memahami di lapangan. Tim yang sudah bersama-sama selama tiga tahun itu memiliki kekompakan yang luar biasa dan bermain dengan konsisten. Kolektivitas tim itu yang menjadi modal Panama untuk merebut posisi ketiga pada putaran keempat kualifikasi Piala Dunia zona CONCACAF, dengan menyingkirkan Amerika Serikat.
"Kami layak untuk lolos ke Piala Dunia karena sudah bekerja keras untuk berlatih dan bertanding selama tiga tahun terakhir," kata Gomez.
Akhir penantian Peru
Tangan dingin seorang pelatih juga mengembalikan Peru ke putaran final Piala Dunia, yang terakhir kali dicapai pada 1982. Keinginan besar untuk kembali lolos ke Piala Dunia membuat Peru merekrut pelatih kaya pengalaman, Ricardo Gareca.
Gareca yang pernah melatih klub-klub papan atas Argentina dipercaya untuk membangun timnas Peru sejak 2015. Peru yang sempat dianggap sebagai tim lemah di Amerika Selatan diubah menjadi tim "kuda hitam" dengan menempati posisi ketiga pada Copa America 2015.
Permainan Peru cenderung agresif sehingga dapat menembus posisi kelima di zona Conmebol dan menyingkirkan Chile yang menjadi juara Copa America 2015 dan 2016. Pada babak play off antarkonfederasi, Peru menyingkirkan Selandia Baru dan menjadi tim terakhir yang lolos ke Rusia.
"Misi tercapai. Kami mencapai sesuatu yang penting bagi negeri ini. Lebih baik terlambat daripada tidak lolos," kata Gareca.
(AFP/Reuters/AP/ECA)