MAKASSAR, KOMPAS-Liga Bola Basket Indonesia atau IBL musim 2017-2018 disarankan ditunda hingga semua yang terlibat skandal pengaturan skor musim 2016-2017 terkuak tuntas. Penundaan ini untuk mengembalikan kredibilitas IBL. Apalagi, kini ada dugaan 13 pemain dan pelatih di IBL musim lalu yang terlibat skandal itu, selain delapan pemain dan satu ofisial tim yang sudah dihukum.
”Nama-nama ke-13 pemain dan pelatih tersebut, kami dapat dari delapan pemain dan seorang ofisial tim JNE Siliwangi Bandung yang sudah mendapatkan hukuman,” kata George Fernando Dendeng, Ketua Bidang Hukum PP Perbasi beberapa waktu lalu.
George mengatakan, 13 pemain dan pelatih itu berkaitan dengan tiga hingga empat tim IBL musim lalu.
Identitas ke-13 pemain dan pelatih itu belum dibuka oleh Perbasi, demikian juga penyelidikan kasusnya belum jelas. Jika identitas dan dugaan keterlibatan mereka tidak dibuka oleh Perbasi, ada peluang mereka masih berkiprah di satu atau lebih tim dari 10 tim peserta IBL musim ini. Transparansi Perbasi sangat diharapkan mengingat seri pembuka IBL musim 2017-2018 direncanakan bergulir 8-10 Desember di Semarang.
”Sebaiknya IBL tidak memaksakan diri untuk menggelar IBL 2017-2018 ini seperti yang sudah mereka jadwalkan,” ujar Rifky Antolion, salah satu pelatih basket nasional, Jumat (1/12).
”Pecinta bola basket Tanah Air tidak ingin kembali tertipu, karena selama ini ada beberapa hasil pertandingan diatur skornya,” kata Rifky yang kini menjadi asisten pelatih tim basket putri Tanago Jakarta.
Jika IBL tetap akan bergulir sesuai rencana awal, lanjut Rifky, Perbasi perlu bekerja maraton agar dapat menyelesaikan kasus ke-13 nama pemain dan pelatih yang diduga terkait pengaturan skor itu.
Octaviarro Romely Tamtelahitu, mantan pemain JNE Siliwangi Bandung saat masih bernama JNE Bandung Utama, juga menyarankan supaya IBL jangan dimulai dulu. ”Sampai semua pecinta basket di Tanah Air tahu dan yakin kalau pemain, pelatih maupun tim peserta yang ikut di IBL 2017-2018 ini benar-benar bersih dari judi pengaturan skor,” ujar Ocky sapaan Octaviarro.
”Jika dugaan keterlibatan ke-13 pemain dan pelatih itu tidak tuntas, itu sama saja dengan mempertontonkan sandiwara,” kata Ocky.
Teddy Apriyana Romadonsyah, satu dari dua pemain JNE Siliwangi Bandung musim lalu yang tidak terlibat skandal pengaturan skor, juga sepakat dengan pendapat agar IBL musim ini ditunda. ”Perbasi perlu segera mengungkap kasus ini secara gamblang. Selama kasus judi pengaturan skor ini belum tuntas, sebaiknya jangan digelar dulu Liga Bola Basket Indonesia,” ujarnya.
”Kalau liga sudah dimulai, kemudian ketahuan bahwa pemain dan pelatihnya ternyata melakukan judi pengaturan skor, ya, semua pertandingan IBL yang bakal tercoreng,” katanya. (NIC)