Berdasarkan analisis dari Opta Sports, sebuah lembaga penelitian olahraga berbasis di London, Brasil memiliki kans menjuarai Piala Dunia Rusia 2018 sebesar 14,2 persen. Peluang juara bertahan Jerman hanya 11,4 persen dan Argentina 10,9 persen. Prediksi ini dibuat dengan menghitung data statistik mengenai kekuatan serangan dan bertahan setiap tim yang diambil dari penampilan tim dalam empat tahun terakhir. Data dari Piala Dunia 2010 dan 2014 juga digunakan.
Sementara FiveThirtyEight’s Soccer Power Index yang dirilis ESPN juga menyebut kans Brasil terbesar, dengan 20,8 persen, disusul Spanyol 15,9 persen, dan Jerman 10,9 persen. Penghitungan itu juga melibatkan sejumlah variabel data statistik setiap tim.
Namun, sekali lagi, prediksi ini sekadar menghitung angka-angka tanpa melibatkan faktor nonteknis yang banyak terjadi di lapangan.
Meski Brasil yang sudah lima kali menjuarai Piala Dunia itu diprediksi bakal lolos mudah dari fase grup, pelatih tim nasional Brasil Tite justru waswas. ”Saya rasa Brasil masih harus terus berkembang menjadi lebih kuat dan solid siapa pun lawannya,” katanya.
Tite tak terpengaruh oleh angka-angka ataupun penampilan Brasil yang mengesankan selama kualifikasi. Mereka hanya kalah sekali selama kualifikasi dan memenangi 12 laga dari total 18 laga. Brasil juga menjadi yang pertama lolos kualifikasi (Maret 2017).
Ekspektasi yang tinggi juga dialami Brasil saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Meski diunggulkan, Brasil ternyata gagal meraih gelar juara dan finis di posisi keempat. Jerman yang akhirnya menjadi juara, membantai Brasil, 7-1, di semifinal.
Kekhawatiran Tite itu beralasan karena Jerman tetap berbahaya, bahkan semakin mematikan setelah tiga tahun meregenerasi ”Der Panzer”. Dalam kualifikasi zona Eropa, Jerman menyapu bersih ke-10 laga yang ada dan mereka mendapat 30 poin sempurna.
Inilah yang disebut Tite sebagai sebuah kompetisi yang bertumbuh. Kekuatan masing-masing negara terus bertambah setiap waktu sehingga juara Piala Dunia sulit ditebak. Hal terbaik yang harus dilakukan Brasil dan negara lain adalah tidak lengah dan terus merasa masih belum bagus.
Jebakan grup
Jika tidak menyadari pertumbuhan kekuatan tim-tim lain, itu bisa menjadi masalah besar. Rasa puas dan jemawa akan muncul dan menjadi bom waktu bagi tim-tim favorit karena fase grup menyimpan sejumlah jebakan.
Portugal dan Spanyol di Grup B, misalnya, menjadi dua tim terfavorit di grup itu. Namun, kedua tim akan bertemu pada awal laga sehingga masih banyak skenario yang bisa terjadi. Jika salah satu kalah pada laga perdana, mereka harus melawan beban psikologis untuk wajib memenangi laga melawan Maroko dan Iran.
”Portugal adalah tim terbaik di Eropa saat ini. Kita sedang membicarakan level permainan tertinggi,” kata Pelatih Spanyol Julen Lopetegui.
Seperti dilansir FIFA, Iran punya Sardar Azmoun (22) yang mencetak 11 gol selama kualifikasi. Jumlah itu menyamai perolehan gol Romelu Lukaku (Belgia), Tim Cahill (Australia), dan Christian Eriksen (Denmark). Sementara Maroko adalah tim yang menjuarai Grup C kualifikasi zona Afrika. Artinya, Portugal dan Spanyol tetap tidak bisa menganggap remeh.
Hal yang sama juga bisa dialami Inggris di Grup G bersama Belgia, Tunisia, dan Panama. Banyak pihak menilai Inggris mendapat tempat yang sangat istimewa. Inggris dan Belgia diprediksi bakal mudah melaju ke babak selanjutnya.
Mantan kapten timnas Inggris Alan Shearer seperti dilansir BBC mengatakan, Inggris harus berkonsentrasi penuh dalam fase grup. Shearer mengingatkan bahwa Inggris tidak pernah memenangi laga dalam fase gugur sejak terakhir kali bisa mengalahkan Ekuador pada babak 16 besar Piala Dunia 2006.
Apalagi, berdasarkan penghitungan oleh Opta Sports, peluang Inggris menjuarai Piala Dunia Rusia hanya sekitar 1,9 persen.
Tidak hanya bisa menjebak, fase grup pun ternyata bisa menyebabkan deja vu bagi sebagian tim, terutama Argentina dan Nigeria yang lagi-lagi berada dalam satu grup selama lima kali Piala Dunia, yaitu 1994, 2002, 2010, 2014, dan 2018.
Namun, Pelatih Argentina Jorge Sampaoli tak menganggap itu penting. Bagi dirinya yang penting timnya tak terlalu bergantung pada Lionel Messi. ”Setelah memiliki pemain terbaik, kami harus punya tim yang berfungsi,” ujarnya. (AFP/DEN)