Penampilan Hendra/Ahsan di final Kejuaraan Nasional PBSI Gubernur Bangka Belitung itu sangat ditunggu penonton. Selama kejurnas berlangsung, jumlah penonton membeludak saat Hendra dan Ahsan bermain. Penonton yang irit bersuara pun jadi bergemuruh menyemangati juara dunia dua kali itu.
Kehadiran mereka dinanti karena penampilan dan prestasi Hendra/Ahsan memang memikat. Selama berpasangan pada 2012-2016, Hendra/Ahsan menyabet sembilan gelar turnamen Super Series/Premier, termasuk All England 2014 dan sempat duduk di peringkat satu dunia.
Ya, ”si anak hilang” Hendra/Ahsan kini tampil bersama lagi. Seusai tersingkir di perempat final Korea Terbuka, Oktober 2016, mereka memutuskan ”bercerai”. Hendra keluar pelatnas dan menjalani karier profesional, terakhir berpasangan dengan pebulu tangkis Malaysia, Tan Boon Heong. Ahsan tetap di pelatnas, dipasangkan dengan atlet muda sebelum berpasangan dengan Rian Agung Saputro.
Keputusan mereka berpisah disesalkan penggemar. Namun, kerinduan penggemar akhirnya terobati. Keputusan mereka untuk bermain bersama lagi disambut gembira. Boleh dibilang, kejurnas ramai karena mereka.
”Saya datang ke sini karena Hendra/Ahsan. Walaupun istri sedang hamil dan sulit ditinggal, saya berusaha menyempatkan nonton. Saya sedih waktu mereka berpisah, tetapi kini saya bisa menonton berdua lagi, secara langsung pula,” ujar Syukur (26), warga Pangkal Pinang.
Hendra/Ahsan memutuskan bermain bersama lagi saat tampil di China Terbuka. Panitia kejurnas meminta mereka tampil bersama untuk menarik minat penonton. ”Kami pikir apa salahnya. Tak sulit menyesuaikan diri lagi karena kami lama bermain bersama,” ujar Hendra.
Reuni mereka pun tak sebatas di lapangan. Di luar lapangan, mereka melakukan aktivitas bersama, termasuk berwisata kuliner. Apalagi, ini pertama kalinya Hendra dan Ahsan ke Pangkal Pinang.
Di lapangan, Hendra/Ahsan belum kehilangan pesona. Mereka melenggang mulus, menang mudah dari babak pertama hingga laga pamungkas melawan pemain yang usianya lebih muda, termasuk pasangan pelatnas. ”Tadinya saya berharap adik-adik bisa menunjukkan permainan lebih keras. Tapi, tampaknya mereka grogi. Mungkin mereka butuh jam terbang lebih,” kata Hendra.
Prihatin
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Susy Susanti mengatakan, hasil yang didapat Hendra/Ahsan membuat prihatin sekaligus bangga. Ini kenyataan, pemain senior masih lebih digdaya daripada pemain muda. Padahal, PBSI berencana membentuk tiga lapis pemain di setiap kategori untuk menjaga kesinambungan prestasi bulu tangkis nasional.
Lapis pertama diisi para pemain elite yang menjadi andalan di turnamen kelas dunia. Lapis kedua diisi pemain muda yang bisa mengimbangi pemain lapis pertama. Lapis ketiga adalah pemain yunior yang diharapkan berprestasi dalam 3-4 tahun.
Namun, pemain lapis ketiga sudah diharapkan berprestasi baik dari sekarang, bersiap untuk regenerasi. ”Sayangnya, di kejurnas ini, harus diakui belum ada kejutan berati. Pemain yunior pelatnas pun masih kurang stabil,” kata Susy.
Setidaknya, penampilan Hendra Ahsan bisa menjadi motivasi untuk pemain yunior. Di ujung karier, keduanya masih menunjukkan profesionalisme di dalam dan luar lapangan. Mereka tetap bermain maksimal meski tak lagi sebugar dulu. Mereka pun memiliki perilaku yang baik dan disiplin tinggi.
”Kehadiran mereka kali ini diharapkan bisa jadi pelecut motivasi atlet yunior untuk menjadi lebih baik,” kata Susy.