JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah kejutan muncul dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2017, saat beberapa atlet daerah menumbangkan atlet-atlet yang tergabung dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas). Hal itu menjadi bahan evaluasi PB PASI dalam menyiapkan tim di pelatnas yang akan diterjunkan di Asian Games 2018.
Dalam kejuaraan yang berlangsung di Stadion Atletik Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (9/12), atlet lontar martil putra Tri Suhartono dari Bangka Belitung meraih medali emas setelah membukukan lontaran sejauh 52,86 meter. Tri berhasil mengalahkan dua atlet pelatnas, yakni Rafika Putra, yang hanya meraih medali perak setelah membuat lontaran sejauh 51,74 m, serta Deni Putra Yohanes yang meraih perunggu (48,56 m).
Meski menempati posisi pertama, Tri merasa lontarannya belum optimal karena teknik ayunannya masih perlu diperbaiki. "(Teknik) yang saya dapat dari pelatih, itu saya kembangkan sendiri. Pelatihan saya juga kurang terpantau," kata Tri.
Peraih medali perunggu pada PON Jawa Barat 2016 itu pun bertekad berlatih lebih keras lagi untuk mengejar rekor nasional yang dibuat Dudung Suhendi di Kejuaraan Nasional Atletik 2011 dengan lontaran sejauh 55,98 m.
Pada nomor lompat jauh putra, Sapwaturrahman dari Nusa Tenggara Barat meraih medali emas setelah membuat lompatan sejauh 7,79 m. Sapwaturrahman mengalahkan atlet pelatnas Suwandi Wijaya yang hanya membuat lompatan sejauh 7,27 m dan meraih perak. Perunggu diraih Noval (DKI Jakarta) yang membuat lompatan sejauh 7,04 m.
"Masih banyak yang harus dibenahi, terutama saat sprinter. Saya ingin bisa jadi atlet Indonesia pertama yang lompatannya lebih dari 8 meter," ujar Sapwaturrahman, yang pada ASEAN University Games 2016 melompat sejauh 7,73 m.
Masih banyak yang harus dibenahi, terutama saat sprinter. Saya ingin bisa jadi atlet Indonesia pertama yang lompatannya lebih dari 8 meter
Dengan prestasi yang ditorehkan atlet-atlet daerah itu, Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor Tanjung mengatakan, mereka berpeluang bergabung di pelatnas. "Pada dasarnya, ini adalah kesempatan bagi daerah untuk menunjukkan sampai di mana hasil pembinaan mereka di daerah," kata Tigor.
Ia menambahkan, PB PASI telah menerjunkan tim pemandu bakat untuk melihat potensi atlet dari daerah, terutama dari yunior dan remaja.
Rekor loncat galah
Kejutan juga muncul dari atlet pelatnas loncat galah putra Idan Fauzan Richsan (17) yang mampu memecahkan rekor nasional setelah melakukan loncatan kedua setinggi 5,20 m, kemarin. Loncatan Idan melampaui rekor nasional sebelumnya yang dibuat Nunung Jayadi pada Kejuaraan Atletik Jawa Timur Terbuka 2013 dengan loncatan setinggi 5,13 m.
Idan mengaku sempat tidak percaya diri pada loncatan pertama sehingga gagal. "Daya dorong di loncatan pertama kurang, ditambah lagi pengaruh angin yang kencang (sehingga gagal). Akan tetapi, saya bisa kendalikan itu di loncatan kedua," ujarnya.
Idan bersyukur bisa melampaui capaiannya di ajang ASEAN School Games (ASG) 2017. Dalam kejuaraan itu, ia meraih medali emas dengan loncatan setinggi 5 meter. Meski demikian, ia merasa masih harus memperbaiki teknik loncatan agar bisa meraih prestasi di Asian Games 2018.
Pelatih pelatnas loncat galah, Anatoliy Chernobay, yang berasal dari Rusia, serta asistennya, Saini H, mengapresiasi pencapaian Idan di tengah sarana latihan yang terbatas.
"Tadi coach Anatoliy mengingatkan saya, ukuran galah yang digunakan Idan sudah tidak memadai untuk membuat loncatan lebih tinggi lagi," kata Saini.