Rekor Rose itu memecahkan rekor yang diciptakan pegolf Inggris lainnya, Lee Westwood (44), pada tahun 2011 saat bermain 19 di bawah par 269. Dengan meraih gelar juara Indonesian Masters di Royale Jakarta, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, itu Rose berhak atas hadiah 135.000 dollar AS atau lebih dari Rp 1,8 miliar.
”Ini menjadi (rekor) kemenangan yang pernah saya capai, yakni dengan keunggulan 8 pukulan (atas peringkat kedua),” kata Rose.
Peringkat kedua diraih pegolf Thailand Phachara Khongwatmai yang bermain 21 di bawah par 267. Sementara posisi ketiga ditempati pegolf Zimbabwe, Scott Vincent, yang bermain 19 di bawah par 269.
Rose memuji bentuk piala pemenang Indonesian Masters yang berupa ”gunungan” pada penampilan wayang. ”Piala ini sangat khas Indonesia, saya sangat suka,” kata Rose.
Sementara itu, dari 7 pegolf Indonesia yang lolos cut off, George Gandranata (31) menjadi pegolf nasional dengan capaian terbaik. Ia membukukan 1 di bawah par 287 untuk berada di posisi ke-56.
Dengan hasil itu, George berhak mendapatkan tiket untuk bermain di Panasonic Open 2018 April mendatang di Chiba Country Club, Umesato Course, Jepang. ”Kalau saya bisa tampil baik, tentu akan bisa memperoleh undangan lainnya untuk bermain di Japan Tour. Itu artinya, bisa menambah jumlah turnamen yang harus saya ikuti untuk meningkatkan peringkat dunia saya agar masuk ke 300 besar dunia,” kata George.
George, yang terjun ke golf profesional sejak 2012, merencanakan bisa bermain di 25-30 turnamen pada musim 2018. Dengan demikian, ia semakin berpeluang memperbaiki peringkat hingga 300 besar yang menjadi batas minimal untuk turun di Olimpiade 2020.
George menyadari, hingga saat ini masih mempunyai pekerjaan rumah meningkatkan kesiapan fisik. Ia masih harus mengatasi ketertinggalan kesiapan fisik dari pegolf-pegolf profesional negara lain.
Pegolf Indonesia lainnya, Kurnia Herisiandy, yang bersama George bermain 3 di bawah par pada hari ketiga, kemarin, justru tampil lebih buruk. Ia menyelesaikan 18 lubang pada hari penentu dengan bermain 2 di atas par 290.
”Permainan saya hancur setelah birdi yang harus saya dapatkan, berubah menjadi double bogey pada lubang ke-2 dan ke-8. Ini yang membuat saya down,” kata Heri yang hanya berada di posisi ke-66 dari 75 pegolf yang lolos cut off.
”Pelajaran penting yang saya ambil dari pemainan saya hari ini, yakni tidak boleh ragu dalam mengambil keputusan. Di samping harus tetap sabar dan lebih teliti membaca green,” ujarnya.
Naraajie E Ramadhan Putra, satu-satunya pegolf amatir Indonesia yang lolos cut off, juga hanya bisa bermain 3 di atas par 291. Torehannya masih lebih baik daripada Rinaldi Adiyandono yang hanya menempati posisi ke-73 setelah bermain 6 di bawah par 294.
Pegolf Indonesia, Ramadhan Alwie, berada di urutan berikutnya setelah bermain 7 di atas par 295. Ia sedikit lebih baik daripada Mardan Mamat, pegolf senior Singapura, dengan 8 di atas par 296 di posisi juru kunci. (AP/NIC)