Dinantikan, Program Pembinaan Jangka Panjang di SKO
Oleh
·3 menit baca
Sekjen PB PASI Tigor Tanjung mengatakan, pembagian peran antara Kemenpora dan Kemdikbud dalam mengelola Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) harus menjamin adanya integrasi program pembinaan atlet jangka panjang. ”Kalau anggaran pembinaan olahraga tersebar, sebagian anggaran di Kemenpora, sebagian di Kemdikbud, yang dikhawatirkan program pembinaan atlet tak sejalan,” kata Tigor di Jakarta, Kamis (21/12).
Untuk menggelar kejuaraan, misalnya, PB PASI, sebagai induk organisasi cabang atletik, mempunyai agenda pasti, yaitu menggelar kejuaraan nasional setiap Agustus. Semua program pelatihan dan kejuaraan atletik di Indonesia seharusnya mengacu agenda besar PB PASI.
Kenyataannya, beberapa agenda pelatihan dan kejuaraan berlangsung tidak sejalan. Agenda yang tak selaras membuat atlet elite sulit mencapai puncak penampilan mereka.
Menurut Tigor, keberadaan PPLP sebenarnya tepat untuk mencari dan membina bakat olahraga pada usia sekolah. Namun, tujuan didirikannya PPLP seharusnya diiringi dengan penyediaan fasilitas dan sarana prasarana yang memadai, serta didukung nutrisi dan tempat tinggal atlet yang layak, serta pelatih yang terampil. Tanpa itu semua, cita-cita PPLP untuk melahirkan atlet-atlet berkualitas akan sulit dicapai.
Sejauh ini tidak ada perjanjian kerja sama formal antara PPLP dan federasi cabang olahraga. Namun, PASI tetap memperhatikan perkembangan atlet saat ada kejuaraan.
”Atlet dan pelatih yang menonjol kami rekrut untuk bergabung di pelatnas,” ujar Tigor.
Kepala Bidang Angkat Besi PB PABBSI Alamsyah Wijaya, mengatakan, pengubahan PPLP menjadi SKO harus diikuti petunjuk teknis yang terperinci.
”Setelah berubah menjadi SKO, bagaimana memastikan fasilitas dan sarana prasarana menjadi lebih baik?” kata Alamsyah.
Menurut dia, federasi olahraga juga perlu dilibatkan dalam pelaksanaan program pembinaan dan pelatihan atlet PPLP. ”Kalau atlet-atlet PPLP dibina dengan baik, mereka dapat menjadi pelapis atlet senior,” katanya.
Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora Raden Isnanta mengatakan, masalah-masalah klasik yang muncul di PPLP merupakan dampak dari anggaran yang kurang ideal. Mulai 2018, pemerintah akan mengubah PPLP menjadi SKO.
Pengubahan PPLP menjadi SKO dinilai lebih menjamin dukungan dana untuk atlet karena Kemenpora akan berbagi peran dengan Kemdikbud.
”Kemdikbud bertanggung jawab terhadap kebutuhan pendidikan dan tempat tinggal atlet. Kemenpora membiayai kebutuhan kepelatihan,” kata Isnanta, (Kompas, 21/12).
Menurut Raden Isnanta, dalam waktu dekat, petunjuk teknis untuk mendirikan SKO akan diterbitkan. Petunjuk teknis itu akan merinci pembagian kerja Kemdikbud dan Kemenpora. Selain itu, petunjuk teknis juga akan merinci kerja sama antara SKO dan federasi olahraga.
Masalah klasik
Sepanjang enam bulan terakhir, PB PABBSI memantau delapan PPLP, antara lain di PPLP Banjarmasin, PPLP dan SKO Bengkulu, PPLP Musi Banyuasin, SKO Internasional Kaltim, serta Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya, Palembang. Hasilnya, hampir semua PPLP itu mempunyai masalah yang sama, yakni minimnya fasilitas, sarana prasarana, dan nutrisi. Padahal, PPLP mempunyai potensi atlet dan pelatih yang luar biasa.
Temuan di PPLP Banjarmasin, misalnya, anggaran konsumsi atlet Rp 40.000 per orang per hari. Anggaran itu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi atlet. Dengan anggaran nutrisi sejumlah itu, atlet hanya dapat fokus berlatih 40 menit. Selebihnya, mereka menggunakan energi sisa. Jika keadaan ini berlangsung dalam periode yang cukup lama, dikhawatirkan atlet akan mengalami kelelahan dan menderita tifus. Selain itu, atlet berisiko mengalami cedera dan menghadapi masalah berkaitan dengan daya tahan kekuatan tubuh.
Tempat latihan angkat besi di PPLP Banjarmasin juga memprihatinkan karena awalnya ruang makan yang dijadikan tempat latihan. Tempat ini minim sirkulasi udara dan terlalu sempit untuk menampung 15 atlet.
Sebagian besar peralatan angkat besi juga tidak layak pakai. Batang besi sudah berkarat dan piringan barbel pecah. Perlengkapan lainnya, seperti sepatu dan ikat pinggang, sudah usang.
Tak hanya terkait fasilitas dan sarana prasarana, program latihan di sejumlah PPLP juga kurang mendukung pembinaan atlet jangka panjang.
Untuk mengatasi hal ini, PB PABBSI mengundang 20 pelatih sentra olahraga dan klub daerah-daerah untuk berkonsultasi dengan ahli dari Federasi Angkat Besi Internasional (IWF). Pelatih juga mendapatkan pendampingan dari para ahli. (DNA)