Erick Thohir, Ketua Umum Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia 2018 (Inasgoc), dalam satu kesempatan menjelaskan, uji coba kejuaraan itu selain berfungsi sebagai uji kekuatan atlet Indonesia, juga untuk melihat kelebihan dan kekurangan Indonesia sebagai penyelenggara. Contohnya, apakah waktu transportasi pemain dari wisma atlet ke arena sudah sesuai dengan ketentuan untuk ajang multicabang, yakni maksimal 34 menit. Selain itu, apakah jumlah katering yang disediakan mencukupi, makanannya cocok atau tidak, dan apakah fungsi wisma atlet berjalan semestinya.
Sayangnya, uji coba kejuaraan, seperti yang dimaksudkan Ketua Umum Inasgoc itu, bukanlah uji coba yang dilakukan berbagai cabang sepanjang tahun 2017 ini. Tujuan pertama uji coba kejuaraan sebagai ajang untuk menguji kekuatan atau performa atlet Indonesia menghadapi calon rival mereka di Asian Games 2018 belum terwujud. Beberapa cabang melakukan uji coba tanpa diikuti atlet dari luar Indonesia karena beberapa alasan, misalnya cabang panjat tebing, tenis, dan karate.
Di cabang akuatik, jumlah peserta asing masih terbilang sedikit, dengan Jepang dan China sebagai kekuatan utama akuatik di Asia tidak ikut serta, sehingga juga belum menggambarkan bagaimana potensi atlet-atlet Indonesia pada Asian Games nanti. Adapun di cabang dayung, kalaupun banyak peserta dari luar Indonesia, mereka adalah atlet-atlet yunior sehingga tidak tergambar bagaimana peta kekuatan lawan yang sesungguhnya. Hanya di cabang paralayang dan voli pantai, peta persaingan lebih terlihat karena saat uji coba cabang itu menghadirkan banyak atlet dari luar negeri yang memang disiapkan untuk Asian Games 2018.
Dari sisi penyelenggaraan, tujuan uji coba kejuaraan untuk menyiapkan penyelenggaraan pertandingan secara mulus juga belum bisa dicapai. Sejumlah uji coba diselenggarakan bukan di arena yang akan digunakan pada Asian Games karena arena sesungguhnya belum selesai dibangun atau direnovasi. Artinya, hingga akhir tahun ini belum diketahui apakah semua arena Asian Games 2018 itu memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan memenuhi syarat.
Arena sesungguhnya
Dalam catatan Kompas, cabang paralayang, voli pantai, tenis, dayung, dan akuatik yang menggelar uji coba kejuaraan di lokasi yang akan digunakan pada Agustus nanti. Paralayang menggunakan lokasi di perkebunan teh Gunung Mas, Puncak, Bogor. Voli pantai, tenis, dan dayung menggunakan arena yang saat itu tengah dibereskan di kompleks Jakabaring, Palembang. Adapun akuatik menggunakan arena akuatik Gelora Bung Karno yang baru selesai direnovasi.
Sementara itu, cabang panjat tebing yang akan digelar di kompleks Jakabaring, Palembang, melakukan uji coba kejuaraan di Cikole, Lembang, Bandung Barat. Karate melakukan uji coba di GOR POPKI Cibubur, padahal nantinya cabang ini akan dilaksanakan di salah satu gedung di arena JI Expo Kemayoran, Jakarta.
Dari uji coba yang diselenggarakan di arena yang sesungguhnya pun terlihat masih banyak kekurangan dan banyak perbaikan harus dilakukan. Di cabang paralayang, misalnya, disimpulkan bahwa tempat peluncuran terlalu kecil untuk menampung semua peserta. Perlu disiapkan tempat peluncuran baru atau perluasan tempat peluncuran yang ada saat ini di Bukit Gantole.
Catatan bagi cabang voli pantai adalah perlunya memperluas lapangan utama, menambah sejumlah ruangan, termasuk ruangan untuk media, mengganti papan skor digital dengan yang lebih besar, membersihkan pasir di lapangan, dan menghilangkan pasir di luar lapangan. Di arena dayung muncul keluhan kurangnya tempat mandi atlet seusai lomba atau latihan, kurangnya fasilitas toilet, tempat dan alat pemanasan atlet di darat, perluasan tempat parkir perahu, pembangunan tribune untuk penonton, serta ruangan khusus untuk media. Untuk tenis, diperlukan juga perbaikan cukup banyak, antara lain perluasan ruang tunggu atlet dan ofisial, penyediaan ruang kesehatan, toilet yang lebih banyak atau lebih luas, dan ruang media.
Begitu juga di arena akuatik GBK, lantai di arena akuatik itu dikeluhkan sangat licin jika terkena air karena pemilihan keramik yang kurang tepat. Tempat melompat di menara loncat indah masih harus diperbaiki dengan dipasangi karpet khusus agar tidak licin. Di arena akuatik itu pun tidak disediakan tempat untuk pemasangan jaringan kabel sehingga saat uji coba terlihat jaringan kabel listrik berseliweran, dan sangat membahayakan karena hanya ditutupi plastik hitam agar tidak terkena air. Jaringan audio dan sistem pencatatan waktu di arena akuatik ini pun dinilai belum standar serta perlunya penambahan 10-15 ruangan baru untuk menampung para atlet dan insan media.
Sayangnya, beberapa cabang olahraga yang sudah melakukan uji coba di kompleks Jakabaring, Palembang, tidak sekalian memanfaatkan wisma atlet yang tersedia sebagai tempat tinggal para atlet selama mengikuti pertandingan sehingga juga belum diketahui bagaimana tanggapan atlet asing terhadap wisma atlet yang sudah tersedia di Jakabaring itu.
Hal yang cukup menggembirakan dari pelaksanaan uji coba kejuaraan itu adalah kemampuan panitia penyelenggara untuk menggelar kompetisi dengan lancar karena banyak cabang sudah terbiasa menggelar kejuaraan internasional, bahkan kejuaraan dunia. Aturan perlombaan/pertandingan diterapkan dengan ketat dan para petugas pertandingan di lapangan pun sudah mengetahui tugas mereka dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Keterlibatan juri dan wasit asing juga menunjukkan kompetisi dilakukan dengan sungguh-sungguh atau tidak main-main. Akan tetapi, kesuksesan penyelenggaraan kompetisi saja tentu belumlah cukup dan belum menggambarkan kesuksesan penyelenggaraan secara keseluruhan.
Jauh dari ideal
Secara umum bisa disimpulkan, penyelenggaraan uji coba kejuaraan Asian Games 2018 oleh berbagai cabang olahraga hingga akhir tahun ini masih jauh dari gambaran ideal. Belum dilakukannya perekrutan relawan, misalnya, mengakibatkan beberapa aspek penyelenggaraan belum terkelola baik. Misalnya, pengaturan atau pembagian ruang berkumpul atlet dan anggota delegasi lainnya untuk setiap kontingen, belum adanya petugas penghubung yang melayani dan mengatur pergerakan para atlet dan anggota delegasinya, serta mengupayakan pemenuhan berbagai kebutuhan kontingen setiap peserta.
Perekrutan tenaga pendukung untuk Asian Games 2018 memang terbilang terlambat. Baru pada Desember 2017 ini Inasgoc melakukan pelatihan kepada 55 relawan khusus untuk bidang protokol dan hubungan internasional. Para relawan itu nantinya akan ditugaskan sebagai asisten protokol dan asisten Komite Olimpiade Nasional untuk mendampingi, membantu, dan melayani kebutuhan para delegasi dan tamu sangat istimewa (VVIP) dari Dewan Olimpiade Asia (OCA), komite Olimpiade negara peserta, perwakilan dari federasi cabang tingkat Asia, delegasi peninjau, serta tamu-tamu yang diundang oleh OCA dan Inasgoc.
Adapun untuk relawan penghubung para atlet atau delegasi peserta tengah disiapkan 1.754 relawan yang lolos seleksi dari 21.000 pelamar.
Hal lain yang juga penting, tetapi agak terabaikan, adalah di berbagai uji coba kejuaraan adalah ruang kerja bagi pekerja media, ketersediaan perangkat kerja pendukung, serta jaringan internet dan telekomunikasi untuk pengiriman berita, baik dalam bentuk teks, audio, maupun visual yang memadai. Ribuan pekerja media akan hadir dari seluruh Asia dan membutuhkan pengelolaan yang baik agar tidak mencoreng kesuksesan Asian Games 2018.
Setumpuk pekerjaan rumah masih menanti untuk diselesaikan dalam waktu kurang dari delapan bulan. Diperlukan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkannya. (NIC/DRI/RAM/ECA/OKI)