Demikian disampaikan beberapa wakil pengurus besar (PB) cabang olahraga, seusai mengikuti proses verifikasi di Kemenpora, 27-28 Desember 2017. Hal tersebut juga dibenarkan Sekretaris Kemenpora (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto.
”Memang anggaran untuk atlet itu fokusnya semua untuk Asian Games 2018, jadi bukan untuk pembinaan biasa, tetapi sudah harus untuk prestasi. Oleh karena itulah tim Kemenpora melakukan verifikasi berdasarkan nomor pertandingan yang berpotensi meraih medali dan berapa banyak atletnya,” ujar Gatot, Kamis (28/12).
Fokus alokasi anggaran dari Kemenpora itu berbeda dengan pandangan pengurus cabang-cabang olahraga. Cabang berpandangan pembinaan atlet itu berjenjang dan berkesinambungan.
Perbedaan pandangan itulah yang menyebabkan cabang-cabang mengajukan proposal anggaran pelatnas yang besar. Selain untuk pelatnas Asian Games, cabang memasukkan anggaran untuk persiapan SEA Games 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020.
”Pembinaannya kan tetap harus dari sekarang. Kami tidak berpikir hanya Asian Games. Inilah yang kami sayangkan karena pemerintah ternyata berpikirnya masih parsial,” ujar Wakil Ketua Umum II PB Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pristiawan Buntoro. ”Ketika kami sampaikan soal SEA Games dan Olimpiade, tim verifikasi meminta itu tidak dibicarakan dulu, tetapi fokus saja ke Asian Games,” ujar Pristiawan.
Hal itu juga dibenarkan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Wisnu Wardhana. ”Memang fokus Kemenpora hanya pada Asian Games. Karena itu, akan ada perampingan dari proposal yang kami ajukan. Kami dari PB belum tahu akan menyikapinya seperti apa, ini akan dikonsultasikan dulu kepada ketua umum,” ujarnya.
Untuk disiplin renang, PB PRSI saat ini membina 22 atlet yang disiapkan untuk Asian Games hingga Olimpiade 2020. Namun, jika alokasi anggaran pelatnas hanya untuk atlet yang berpotensi meraih medali emas di Asian Games, hanya sekitar enam atlet elite yang akan mendapat anggaran. Sementara sebagian besar atlet renang binaan PB PRSI tidak akan mendapatkan dana pembinaan pada 2018.
Terkait anggaran pembinaan setelah Asian Games juga masih menjadi tanda tanya bagi cabang. ”Kami juga tidak tahu bagaimana setelah Asian Games selesai. Apa ada anggaran lagi atau tidak, kami belum tahu,” kata Pristiawan.
Terkait hal itu, Gatot menegaskan, pemerintah tidak punya anggaran lainnya untuk 2018. Oleh karena itu, Kemenpora meminta setiap cabang mengalokasikan sebagian dananya untuk pembinaan pasca-Asian Games.
”Intinya, seperti dibilang Pak Wapres (Jusuf Kalla), pembinaan harus terus jalan sampai Desember, tidak boleh berhenti setelah Asian Games. Itu tanggung jawab PB mengelola anggarannya,” ujar Gatot.
Pemangkasan 70 persen
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Mulyana menjelaskan, Kemenpora memangkas hampir 70 persen dari usulan anggaran pelatnas Asian Games. Sebab, jumlah anggaran yang diajukan melonjak dua kali lipat dari pagu. Total pengajuan dana dari 40 cabang mencapai Rp 1,2 triliun. Padahal, alokasi anggaran untuk Asian Games hanya Rp 550 miliar.
Sebanyak 11 cabang telah memenuhi panggilan Kemenpora untuk menerima hasil verifikasi proposal dan keputusan anggaran sementara. Wushu, misalnya, mendapatkan Rp 9,2 miliar dari pengajuan Rp 37,4 miliar. Boling mendapat Rp 7,2 miliar dari pengajuan Rp 26,8 miliar. Disiplin loncat indah mendapat Rp 4,6 miliar dari Rp 29,8 miliar.
”Pelatnas 2018 itu memprioritaskan program untuk mencapai hasil optimal pada Asian Games. Jika cabang mempertimbangkan agenda-agenda lain, itu bisa dilakukan setelahnya,” ujar Mulyana. (DD18/DD01/OKI)