Umumnya hari raya keagamaan dirayakan khidmat oleh pemeluknya di rumah bersama keluarga. Namun, berbeda dengan di Inggris. Perayaan Natal justru menjadi momen berkumpulnya suporter sepak bola dari seluruh dunia. Mereka datang ke Inggris untuk mendukung tim kesayangannya berlaga dalam Boxing Day.
Secara harfiah boxing day berarti ’hari pembagian kotak’. Maksudnya, hari mendapatkan hadiah yang berlangsung sehari setelah perayaan Natal atau setiap 26 Desember. Sejarah boxing day diduga berawal dari tradisi pada era Ratu Victoria pada pertengahan abad ke-19. Ketika itu, sehari setelah Natal, Victoria memberikan hadiah yang dibungkus dalam kotak kepada para pembantunya di istana.
Tradisi itu kemudian merambah dunia olahraga, khususnya sepak bola. Kala kompetisi sepak bola di sejumlah negara Eropa libur Natal, kompetisi Liga Inggris justru terus bergulir. Inti dari boxing day di kompetisi itu tetap sama, yaitu berbagi kegembiraan, terutama kepada fans klub-klub Liga Inggris.
Pengalaman spesial itu dirasakan oleh rombongan program Bank Danamon Red Match Kids Mascot yang menyaksikan langsung laga boxing day antara Manchester United (MU) dan Burnley di Stadion Old Trafford, Manchester, Selasa (26/12).
Suporter yang memadati Old Trafford berasal dari Asia Tenggara, Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, dan beberapa negara Eropa. Tiga jam sebelum laga di mulai, pukul 15.00 waktu setempat, halaman Old Trafford sudah dipadati suporter. Mereka melakukan berbagai aktivitas, ada yang berfoto dengan latar belakang stadion berjuluk ”Theater of Dream” itu, hingga kalap berbelanja di Megastore MU.
Memasuki Old Trafford, semuanya membaur. Walaupun berbeda warna kulit dan bahasa, semuanya dipersatukan sebagai fans MU. Mereka sama-sama galau ketika MU tertinggal 0-2 hingga akhir babak pertama. Ketika MU menyamakan kedudukan 2-2 pada akhir babak kedua, semuanya bersorak dan lantang menyanyikan himne MU ”Glory Glory Man United”.
Patrick (72) dan Josephine (70) merupakan pasangan fans MU dari luar Inggris dan khusus datang ke Manchester untuk menikmati boxing day di Old Trafford. Pasangan yang telah menggemari MU sejak 1967-an itu berasal dari Irlandia.
”Setiap boxing day, kami selalu mencari kesempatan untuk menyaksikan langsung laga MU. Ini menjadi hiburan pada hari Natal. Kebetulan, anak lelaki kami tinggal di Manchester beberapa tahun terakhir,” ujar Patrick kepada wartawan Kompas, Adrian Fajriansyah, di Old Trafford.
Tradisi universal
Perwakilan MU untuk Wilayah Asia Pasifik, Hollie Avil, menyampaikan, boxing day memang banyak diminati oleh fans MU yang berasal dari luar Inggris. Ketika boxing day, Old Trafford yang berdiri sejak 1910 dan kini berkapasitas 75.000 penonton itu penuh oleh fans. ”Mereka telah membeli tiket boxing day itu jauh hari sebelum laga dilaksanakan,” ujarnya.
Dari ribuan suporter yang menyaksikan laga di Old Trafford hari itu, banyak yang tidak merayakan Natal. Bagi mereka, boxing day bukan lagi perayaan suatu agama, melainkan perayaan hari pertemuan fans sepak bola Liga Inggris dari seluruh dunia. Sepak bola telah menjadi bahasa universal yang menyatukan perbedaan.
Penonton asal Indonesia, Morra Lovreza (39), menyampaikan, boxing day bukan lagi perayaan milik satu agama ataupun tradisi khas milik orang Inggris, melainkan sudah menjadi tradisi universal di olahraga.
”Terbukti kan, di sini, orang-orang dari beragam agama, etnis, dan negara berdatangan untuk menikmati boxing day. Lagi pula, kita tidak merayakan ritual keagamaan melainkan merayakan bersama hari libur untuk menyaksikan laga sepak bola,” ujar Morra.
Daya tarik boxing day menjadi magnet banyak orang dari sejumlah negara. Mereka rela mengeluarkan biaya besar guna menyaksikan laga itu. Salah satunya penonton asal Indonesia, Toni Darusman (42). Ia datang bersama istrinya, Putti Darusman (37), serta anak mereka, Wina Darusman (13) dan Lionel Bey Darusman (8), untuk menyaksikan laga MU melawan Burnley. Toni mengeluarkan tak kurang dari Rp 100 juta untuk menyaksikan laga itu.
Toni menilai, uang itu tak sebanding dengan pengalaman yang didapat saat menonton laga tersebut, terutama bagi Lionel yang memuja MU dan bercita-cita menjadi pemain sepak bola profesional. Meskipun udara berkisar 1-4 derajat celsius, mereka merasakan kehangatan saat menyanyikan lagu ”Glory Glory Man United” di Teater Impian.